DARI PERTEMUAN PENYAIR NUSANTARA VIII PATTANI

Berjumpa dengan Saudara Sehati

Seni Budaya | Minggu, 06 Desember 2015 - 08:30 WIB

Berjumpa dengan Saudara Sehati
Peserta PPN VIII di Prince of Songkhla University, Thailand Selatan.

Burung terbang dari Kota Baru

Hinggap juga di tanah Pattani

Ke Darunsat mencari ilmu

Baca Juga :Mendikbudristek Apresiasi Pemprov Riau Lakukan Upaya Pelestarian Kebudayaan

Berjumpa dengan saudara sehati

PANTUN yang dilantunkan penyair Indonesia Ahmadun Yose Herfanda di hadapan guru-guru dan siswa-siswi Darunsat Witya Islamic High School di Taluban Saiburi Distric, Pattani, ini mungkin cukup tepat. Ini merupakan “balasan” sambutan yang diberikan tuan rumah begitu hangat di mana pun rombongan peserta Pertemuan Penyair Nusantara (PPN) VIII berada, baik di Narathiwat, Pattani, Yala maupun di Prince of Songkhla University.

Ahmadun melantunkan pantun ini ketika dia diminta tampil membacakan puisinya yang alih-alih ditukarnya dengan pantun yang dibuatnya spontan, untuk menyambung rasa “ukhuwah” sesama saudara serumpun di Pattani ini.

Acara di Darunsat ini berlangsung pada hari kedua PPN VIII (23/11), setelah dibuka resmi sehari sebelumnya di gedung pemerintahan Districk Bacok di Provinsi Narathiwat, di Timur Pattani Raya. Berikutnya pembacaan puisi berlangsung di rumah makan Nasi Kerabu Janggut di Narathiwat dan berakhir di Prince of Songkhla University. Semua acara diberjalan mengalir.

Di sekolah Islam Darunsat yang besar ini, para peserta disambut para pengelola sekolah serta para guru bersama barisan para santri setingkat SMA, yang di antaranya melambai-lambaikan bendera masing-masing negara Asia Tenggara. Sementara di dalam gedung sekolah yang sudah terisi penuh, sebuah acara pergelaran seni baca puisi sudah dipersiapkan.

Para penyair peserta PPN VIII pun masing-masing negara diberi kesempatan tampil membacakan karya mereka, setelah sebuah pidato sambuan hangat dari kepala sekolah Darunsat Witya High School Shamsiah Ahmad Abidin serta persembahan beberapa buah lagu nasyid oleh kumpulan santri sekolah ini. Mungkin yang jadi agak istimewa pada PPN kali ini, hadir pula utusan Melayu Champa dari Vietnam dan Kamboja, selain tentu  dari Thailand, Brunei Darussalam, Singapura, Malaysia, dan Indonesia, yang di dalamnya termasuk Riau dan Kepulauan Riau.

Menurut Ketua Penyelanggara Nik Rakib Nik Hassan, pelaksanaan PPN VIII di Pattani ini agak berbeda dengan PPN-PPN sebelumnya. Pada PPN-PPN sebelumnya semua kegaiatan di diadakan di hotel. Seperti PPN V di Brunei Darussalam, PPN VI di Jambi, PPN VII di Singapura. “Hari pertama ramai. Hari kedua, pagi mulai berkurang. Selepas siang makin berkurang. Sore sepi. karena sebagian peserta pergi shoping. Saya bosan,” tambah dosen di Prince of Songkla University itu saat memberikan sambutan di sekolah Darunsat Taluban ini.

Oleh karena itu, menurut Nik Rakib, sekali ini, acara PPN VIII dilaksanakan di lapangan. Baca puisi di sekolah-sekolah. Sekaligus meninjau tempat-tempat bersejarah di Pattani Raya untuk dikenalkan pada dunia luar.

“Orang di luar perlu tahu keadaan Thailand Selatan yang sesungguhnya. Sebab, selama ini sebagian besar menganggap Thailand Selatan masih merupakan kawasan  yang mengerikan. Bergejolak dan miskin. Banyak teman yang bertanya, di Narathiwat itu ada airport atau tidak? Di Songkhla itu ada airport atau tidak? Di Hat Yai itu ada airport atau tidak? Sekarang lihatlah sendiri. Kami memang miskin, tetapi miskin soal bahasa. Miskin soal identitas.”

Soal miskin bahasa ini, tambah Nik, memang sebagian sudah jarang berbahasa asli mereka, dialog Bahasa Melayu Pattani, yang agak mirip-mirip dengan Bahasa Melayu Kelantan, Malaysia.

Soal “bosan” itu Nik Rakib Nik Hassan ini sempat dua kali dilontarkannya. Pertama ketika memberi sambutan saat pembukaan di Gedung Pemerintahan di Districk Bacok, Narathiwat. Kedua, ketika di Darunsat ini. Oleh karena itu mungkin “gayung jadi bersambut”. Haji Jawawi Hjr, penyair dari Brunei Darussalam memberikan pula kata “bosan” balasan. “Di Pattani ini juga "saya bosan".  Setiap kilometer ada penghalang jalan pemeriksaan,” kelakarnya.

Penghalang jalan pemeriksaan yang dimaksud Haji Jawawi Hjr adalah pos pemeriksaan militer yang dilengkapi timbunan susunan ban bekas. Pagar besi kawat berduri yang boleh dipindah-pindah. Posisinya memakan separuh badan jalan. Selalu ada kira-kira tiap dua kilometer. Tentu bosan yang dimaksud masing-masing orang ini lebih pada pada “kritik kelakar” gaya penyair. Tidak ada perang di sini. Walaupun militer ada di mana-mana. Militer ini selalu boleh diajak kelakar. Ketawa-ketawa. Foto bersama. Malah tukang angkat kursi.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook