Menurut Edwin, kebutuhan sawit yang tinggi di tahun 2022 ini berdampak pada fenomena dan kemungkinan ke depannya ada aktivitas membuka lahan semakin meningkat pula.
‘’Ya kita melihat ada kecenderungan itu. Kebutuhan sawit meningkat. Dibarengi dengan aktivitas membuka lahan. Di manapun lokasi akan dicari. Bahkan yang jauh sekalipun,’’ ujarnya.
Baru-baru ini, pihaknya menemukan ada lahan terbakar yang berada di wilayah dengan kontur berbukit di Rokan Hulu. Lokasi yang menurut logika akan susah aktivitas dilakukan di situ. Tapi, karena kebutuhan akan sawit tadi, masyarakat pun membuka lahan di sana.
Karena itu, personel pun makin gencar diturunkan untuk melakukan patroli rutin. Umumnya patroli dilakukan tiga kali dalam sepekan secara terus-menerus. Namun, jika memasuki musim kemarau, intensitas pun dinaikkan. Sejak awal tahun, tim Manggala Agni dikatakannya sudah melakukan patroli rutin ke titik-titik kerawanan terjadinya karhutla. Saat itulah temuan-temuan terkait adanya aktivitas pembukaan lahan itu ditemukan.
Dalam giat patroli, anggota Manggala Agni juga melakukan edukasi dan sosialisasi di titik-titik rawan tersebut. Termasuk melakukan pengecekan, pemadaman dini, pembentukan masyarakat peduli api hingga pemasangan imbauan.
Patroli Terpadu
Manggala Agni juga melakukan patroli terpadu yang melibatkan berbagai pihak. Seperti TNI, Polri, Masyarakat Peduli Api dan satuan lainnya. Patroli ini juga mengharuskan tim untuk menetap selama 1 bulan di lokasi dengan level kerawanan yang tinggi tersebut.
Ini dilakukan agar pencegahan kebakaran bisa dilakukan lebih cepat dan intens. Di sisi lain, agar menyadarkan masyarakat juga. Karena tipe masyarakat perlu pressure.
Untuk menghadapi kemarau Juni nanti, patroli rutin dan patroli terpadu akan dilakukan lebih intens. Kalau sudah masuk ke fase kemarau, volume kegiatan ditingkatkan. Di bulan Juni, akhir Mei pihaknya mulai mengintensifkan lagi giat patroli.
"Sekarang patroli terpadu ada 5 lokasi dan patroli rutin ada 3 lokasi. Pada Juni nanti mungkin lebih banyak lagi,’’ jelasnya.
Menurutnya, dalam upaya pencegahan ini, Manggala Agni cukup kewalahan. Mengingat wilayah Riau yang luas tak diimbangi dengan jumlah personel dan jangkauan dari Manggala Agni. Manggala Agni hanya terpusat di markas daerah operasional (daops). Baru setelah 2 tahun terakhir, ada 3 daops yang membuka pondok kerja untuk memperluas wilayah kerja.
Meski kewalahan, Manggala Agni tak bisa menambah jumlah personel. Karena terbentur oleh aturan. Karena itu jumlah yang ada saat inilah yang dimanfaatkan sebaik-baiknya. Adapun total keseluruhan dari tim Manggala Agni di Riau berjumlah 225.