Dua pekan jelang Ramadan, panas membara terasa di Riau. Rupanya, lahan-lahan pun mulai terbakar. Api hampir merata di seluruh wilayah Riau. Ketika data-data bara api mulai mengkhawatirkan, Pemprov Riau pun mengambil langkah siaga. Status siaga darurat karhutla ditetapkan per 21 Maret 2022. Sebanyak 168,66 hektare lahan terbakar sejak Januari 2022 jadi pemicunya.
(RIAUPOS.CO) - Hujan dalam beberapa hari terakhir seakan memberikan asa. Tapi api tidak serta merta padam. Bahkan statistik titik api justru menunjukkan tren naik. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, M Edy Afrizal mengatakan, terhitung sejak Januari 2022 hingga saat ini total luas lahan yang terbakar sebanyak 404 hektare (ha) lebih. Angka ini naik sekitar 150 persen dibandingkan saat status siaga darurat karhutla ditetapkan pada 21 Maret 2022, yang hanya sebanyak 168,66 hektare.
Melihat statistik karhutla, pada Senin 14 Maret lalu, dilakukan rapat koordinasi bersama instansi terkait seperti BMKG, Korem 031/Wirabima, Polda Riau, Lanud Roesmin Nurjadin dan OPD terkait. Hasilnya disepakati untuk mengusulkan penetapan status siaga darurat karhutla tingkat provinsi.
"Senin 21 Maret, SK penetapan status siaga darurat karhutla Riau sudah diteken Gubernur Riau Syamsuar," kata Edy.
Penetapan tersebut ditandatangani Gubernur Riau Syamsuar lewat SK No.653/III/2022 tertanggal 21 Maret 2022. SK tersebut berlaku hingga November 2022. Lebih lanjut dikatakannya, status siaga darurat karhutla Riau ditetapkan mulai 21 Maret hingga 30 November 2022. Sebelum diterapkan status siaga darurat karhutla tingkat provinsi, sudah ada tiga kabupaten yang menetapkan status siaga darurat karhutla terlebih dahulu. Tiga kabupaten tersebut yakni Kabupaten Kepulauan Meranti, Bengkalis dan Pelalawan.
Berdasarkan prediksi BMKG, musim kemarau di Riau akan masuk mulai bulan Mei. Hal tersebut membuat kondisi cuaca di Riau akan semakin kering.
"Puncaknya pada bulan Juni dan Juli," sebutnya.
Dengan kondisi seperti itu, pihaknya mengimbau masyarakat yang beraktivitas di lahan maupun hutan yang menggunakan api dapat lebih waspada. Hal tersebut untuk mengantisipasi terjadinya karhutla. Masyarakat yang membuka lahan, hendaknya jangan membakar. Kemudian yang mencari madu di hutan, hendaknya memastikan api untuk mengusir lebah padam sebelum ditinggalkan.
Ajukan Bom Air
Untuk penanganan karhutla di Riau, pihaknya mengajukan bantuan berupa helikopter untuk bom air (water boombing), yakni untuk menjangkau lokasi karhutla yang tidak bisa dijangkau akses darat. Kemudian juga helikopter untuk patroli.
"Berkas dan syarat-syarat yang diperlukan sudah kami lengkapi semua. Saat ini kami tinggal menunggu bantuan berupa helikopter tersebut dikirimkan," katanya.
Lebih lanjut dikatakannya, selain helikopter untuk keperluan patroli dan water boombing, pihaknya juga mengajukan bantuan untuk teknologi modifikasi cuaca atau TMC.