KOLOM HARY B KORIUN

Pamuk

Perca | Selasa, 01 Desember 2015 - 00:02 WIB

Pamuk

KA adalah tokoh rekaan Orhan Pamuk, dan kisah-kisah itu ditulisnya dalam novel Snow (Kar dalam bahasa Turki, yang berarti salju). Snow menjadi salah satu karya avan-garde Pamuk selain The White Castel, The Black Book, Istanbul, My Name is Red dan The New Life yang mengantarkannya meraih Nobel Sastra 2006.

Pamuk selalu menulis dalam novel-novelnya tentang tokoh sekuler kelas menengah, seperti halnya dirinya, yang merupakan anak dari konsep sekulerisme yang digagas dan dikembangkan oleh Attaturk. Dia memandang dengan garis jelas: bahwa agama (Islam) tak bisa dan tak boleh disatukan dalam sebuah lembaga pemerintahan. Agama dan negara (politik) harus dipisah. Jika masyarakat, menurut Pamuk, masih menggenggam Islam dan menjadikan kitab-kitabnya sebagai panutan yang absolut, maka Turki tak akan bisa mengejar ketertinggalannya dari bangsa Eropa yang lain.

Baca Juga :Napoleon (2)

Pamuk dan para pendahulunya, termasuk Attaturk, adalah generasi yang secara kebudayaan tidak ingin disatukan dengan negara di benua Asia lainnya. Letak wilayah mereka yang berada di Asia, tidak menyurutkan keinginannya untuk menjadi “orang Eropa” dan Turki sebagai “bangsa Eropa”. Maka, untuk “mengeropakan” bangsa itu, jalan satu-satunya adalah menafikan agama (Islam) dalam kehidupan mereka meski sebagian besar penduduknya beragama Islam. Maka larangan memakai jilbab di sekolah –yang sebenarnya ditentang banyak orang— adalah salah satu upaya untuk menjelaskan kepada dunia bahwa Turki adalah bagian dari kebebasan dan keunggulan Eropa.

Namun, Pamuk adalah pribadi yang kompleks. Selain mendukung sekulerisme, dia juga melakukan kritik pedas terhadap negaranya yang membuatnya diajukan ke pengadilan oleh pemerintah. Dia mengklaim Turki punya masa lalu hitam dengan pembunuhan besar-besaran terhadap orang Armenia, dan untuk itu harus minta maaf kepada dunia. Anehnya, seperti ditulisnya dalam Snow, tentara Armenia pernah menguasai Turki (termasuk di Kars) dan hidup beratus-ratus tahun di sana sebelum Dinasti Otoman (Utsmani) menguasai sebagian besar Eropa.

***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook