HARY B KORIUN

Napoleon

Perca | Minggu, 17 Desember 2023 - 10:26 WIB

Napoleon
Hary B Koriun (RIAU POS)

SANTA Helena adalah sebuah pulau koloni Inggris yang terletak di sebelah selatan Samudra Atlantik, di antara Benua Afrika dan Amerika Latin. Di pulau yang sangat jauh inilah Napoleon Bonaparte diasingkan sejak 1815 hingga kemudian wafat pada 5 Mei 1821 karena kanker.

Sutradara Ridle Scott membuat film biopik berjudul Napoleon (2023), mulai setelah keterlibatannya dalam Revolusi Prancis hingga kematiannya di St Helena melalui surat-suratnya kepada Josephine de Beauhamais, janda seorang tentara yang dihukum mati. Pendekatan ini cukup menarik karena melihat seorang Napoleon bukan hanya dari sisi kekuasaan dan otoritarian sebagai seorang kaisar dan pemimpin perang, tetapi juga dari sisi hal-hal yang manusiawi: rasa cintanya yang mendalam untuk Josephine meski dikhianati dan tanpa keturunan --mereka kemudian bercerai karena Napoleon ingin memiliki penerus sebagai kaisar, namun tetap bersahabat dengan penuh rasa cinta-- hingga gambaran sebagai pemimpin yang sangar di medan perang dan saat memimpin rakyatnya, namun cengeng dan suka mengeluarkan air mata dalam kehidupan pribadi.

Baca Juga : Ambigu

Napoleon juga digambarkan sebagai seorang pemimpin perang yang sangat perhatian terhadap anak buahnya, dan selalu berada di barisan pertama pasukan dalam setiap pertempuran, meskipun dia akhirnya meninggalkan pasukan saat perang terakhir di Waterloo (1815). Itu terjadi setelah pasukannya kalah dari gabungan pasukan Inggris, Rusia, Austria, dan Prusia yang membuatnya dibuang ke St Helena.

Untuk peran lelaki unik ini, Scott memutuskan Joaquin Phoenix yang pernah bekerja sama dengannya dalam  Gladiator (2000), yang berperan sebagai Commodus, Kaisar Romawi yang mencintai kakak kandungnya sendiri, musuh utama sang gladiator, Maximus. Demi Phoenix --yang juga memenangkan Oscar dalam Joker-- Scott harus merevisi skenario yang ditulisnya bersama David Scarpa karena ada bagian yang tidak sesuai dengan casting Phoenix.

Sementara untuk peran Josephine, Scott memilih aktris yang selama ini identik dengan Mission: Impossible, yakni Vanessa Kirby. Aktris yang juga bermain dalam Piece of a Woman dan The Crown ini berhasil mengaduk-aduk perasaan penonton karena karakternya juga unik: perempuan penggoda pria sekaligus berjuang dalam kesetiaannya bersama Napoleon.

Napoleon adalah salah satu dari 100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia yang ditulis Michael H Hart. Dalam buku tersebut, Napoleon berada pada nomor 34 setelah Alexander Agung dan sebelum Thomas Alva Edison, seorang penemu serbabisa asal Amerika Serikat. Posisi tersebut menggambarkan bagaimana pengaruh Napoleon, bukan hanya karena kemenangan-kemenangan besarnya yang didapat dalam beberapa perang melawan negara Eropa lainnya, tetapi juga bagaimana aturan-aturan administrasi dan undang-undang yang diciptakannya saat berkuasa sebagai Kaisar Prancis, berpengaruh bukan hanya di negaranya hingga kini, tetapi juga di negara lainnya.

Baca Juga : Al azhar (1)

Napoleon Bonaparte (Napoleone Buonaparte/Napoleon I) lahir di Ajaccio, Corsica --yang sebelumnya tidak masuk dalam wilayah Prancis-- sebuah wilayah yang ditaklukkan Prancis zaman Raja Louis XVI, lima belas bukan sebelum Napoleon lahir pada 15 Agustus 1769. Di masa mudanya, Napoleon yang memiliki tinggi badan hanya 166 cm --tergolong pendek untuk ukuran orang Eropa-- adalah seorang nasionali Corsica yang mengganggap Prancis adalah penjajah. Namun, Napoleon muda harus masuk wajib militer dan dikirim ke akademi militer Prancis. Dia lulus pada tahun 1785 dengan pangkat letnan dua dalam angkatan bersenjata Prancis.

Saat Revolusi Prancis pecah karena ketidakpuasan kepada Raja Louis XVI empat tahun kemudian (1787), Napoleon ikut dalam barisan revlusioner. Tahun 1783, dia memimpin pasukan alteleri untuk membebaskan kota pantai Toulon dari tangan Inggris. Napoleon yang sudah menganggap dirinya orang Prancis dan meninggalkan nasionalisme Corsica, dipromosikan sebagai brigadir jendral. Tahun 1796, dia dikirim ke Italia sebgai komandan tentara Prancis di sana. Dalam serangkaian peperangan, Napoleon membawa Prancis dalam kemenangan. Sebagai pahlawan dia ditarik untuk kembali ke Paris.

Setelah itu Napoleon bergabung dengan Abbe Sieyes dll dalam sebuah kudeta pada 9 November 1799 yang sukses menjatuhkan pemerintahan semi republik hasil dari Revolusi Prancis. Napoleon kemudian mengangkat dirinya dalam pemerintahan baru berbentuk konsulat, sebagai Konsul Pertama atau pimpinan tertinggi Prancis. Napoleon membuat UU baru yang dianggap rumit, namun intinya menguatkan posisinya di atas para rekan konspiratornya, meski mereka tetap dijadikan pejabat  nomor satunya.

Apa yang dilakukan Napoleon ini sangat luar biasa. Sebelum pengepungan Toulon tahun 1793, dia masih seorang perwira rendahan tak dikenal berusia 24 tahun dan memimpin pasukan dengan tubuh menggigil karena nervous. Satu lagi, saat itu darahnya bukan murni orang Prancis. Namun enam tahun kemudian saat usianya 30 tahun, dia menjadi penguasa tertinggi dan mutlak Prancis.

Selama 14 tahun kekuasaannya, selain perang dan penaklukan yang dilakukannya, Napoleon juga melakukan reformasi dalam berbagai bidang. Misalnya revisi-revisi besar dalam bidang administrasi dan hukum Prancis. Dia melakukan reformasi dalam struktur keuangan, mendirikan Bank Prancis (bank sentral), mendirikan Universitas Prancis, dan menyentralkan administrasi. Semua reformasi yang dilakukan Napoleon berdampak luas hingga sebagian masih berlaku hingga kini di Prancis. Salah satu yang paling fenomenal adalah undang-undang tentang hak sipil yang dikenal dengan Code Napoleon, yang mengandung pemikiran-pemikiran Revolusi Prancis. Misalnya, dalam Code Napoleon ini tidak ada hak istimewa yang dilekatkan kepada keturunan dan semua orang berkedudukan sama di depan hukum. UU ini mirip dengan hukum dan adat lama Prancis sehingga diterima oleh rakyat dan profesi hukum di Prancis. UU ini hingga kini tidak hanya bertahan di Prancis --setidaknya UU Hak Sipil Prancis saat ini mengadopsinya dan sangat mirip dengan Code Napoleon yang asli— tetapi banyak negara lain, sebagian besar di Eropa, yang menerapkan dengan melakukan modifikasi sesuai dengan kondisi setempat.

Napoleon selalu mengatakan dirinya adalah pembela Revolusi Prancis. Namun, para pendukungnya kecewa ketika dia mengembalikan sistem monarki dengan mengangkat dirinya sebagai Kaisar Prancis pada tahun 1804, dengan menempatkan tiga saudaranya pada tahta di negara-negara taklukan di Eropa. Orang-orang terdekatnya  saat Revolusi Prancis terjadi –kaum Republikan Prancis --menganggap prilaku Napoleon ini sebagai pengkhianatan sepenuhnya terhadap idealisme Revolusi Prancis. Mengembalikan Prancis kepada sistem monarki berlawanan dengan cita-cita Revolusi Prancis.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook