KOLOM HARY B KORIUN

Petrus

Perca | Jumat, 12 Februari 2016 - 00:13 WIB

Petrus
ILUSTRASI (TEMPO/HISTORIA)

Soeharto meminta polisi bersama tentara, melakukan pembersihan (penindakan) secara menyeluruh agar untuk memberi shock therapy kepada para penjahat.  Maka, setelah Soedomo melakukan berbagai pertemuan dengan kepolisian dan tentara, operasi digelar dengan berbagai nama di seluruh Indonesia. Hingga September 1982, kepolisian mengumumkan, 1.946 penjahat berhasil ditangkap, juga ada yang ditembak mati lewat berbagai operasi, Operasi Sikat, Pukat, Linggis, Rajawali, Cerah, dan Parkit.

Yogyakarta menajdi salah satu daerah paling banyak korban petrus ini.Dipimpin Komandan Garnisum Yogyakarta, Muhammad Hasbi, perang terbuka terhadap penjahat dilakukan. Mereka yang ditangkap akan ditembak ditempat. Yang ditangkap dikenakan wajib lapor.Yang melarikan diri diburu sampai ke kolong tikus sekalipun. Bahasa "shock therapy ’ ternyata bermakna sangat luas. Mayat-mayat yang ditembak sengaja dibuang di tempat-tempat umum seperti di pasar,  alun-alun, lapangan olahraga, taman,  dan di berbagai tempat yang bisa dilihat orang banyak.

Baca Juga :Napoleon (2)

Maret 1983, LB Moerdani diangkat menjadi Panglima ABRI dan Panglima Kopkamtib. Bukan menghentikan operasi rahasia itu, salah satu orang dekat Soeharto itu malah meneruskannya. Moerdani lebih sadis lagi. Dia mengadosi cara Hasbi di Yogyakarta.  Di tangan Moerdani, kali ini operasi dilakukan terpusat. Operasi Celurit namanya.Tidak tanggung-tanggung, Kopassus dilibatkan. Mereka melakukan operasi secara acak, menjemput sasaran tengah malam dengan memakai pakaian serba hitam, termasuk memakai zebo di wajahnya. Bahkan sering mereka melakukan eksekusi di depan keluarganya.

Selain tembak mati di tempat, melakukan penculikan juga dilakukan.Mereka diambil dari rumah atau dari tempat-tempat di mana mereka berada ketika itu. Dibawa ke suatu tempat, dieksekusi, dan dibuang di daerah lain. Ada juga yang dimasukkan ke dalam lubang secara massal dan tak diketahui hingga kini di mana kuburan massal itu.

Namun yang pasti, saat operasi itu berlangsung, banyak penjahat dari kelas kakap sampai kelas teri, lari terbirit-birit. Ada yang bersembunyi di gunung-gunung atau perbukitan,  ada yang masuk ke hutan belantara, ada yang kabur ke daerah yang dianggap aman, atau ke luar negeri. Bukan hanya itu, rakyat biasa yang tak terlibat kejahatan namun memiliki tato, juga hidup dalam ketakutan. Sebab, hampir semua mayat yang ditemukan tergeletak di sembarang tempat tersebut, memiliki tato di tubuhnya.

Tato, di zaman itu, dianggap sebagai salah satu penanda seseorang jahat atau tidak.

 Selama operasi berlangsung, banyak data yang simpang-siur. Kementerian Luar Negeri Belanda ketika itu merilis ada 3.000 orang yang dihabisi atau dihilangkan. Aktivis Mulyana W Kusuma menyebut angka 2.000. Seorang peneliti dari Monash University, Australia, David Boucheir merilis jumlahnya sampai 10.000 preman atau penjahat.

Operasi rahasia petrus ini menjadi salah satu noda dalam perjalanan sejarah bangsa ini. Meski pemerintah tak pernah mengakuinya –Moerdani mengatakan bahwa mayat-mayat yang bergelimpangan itu bukan dari operasi khusus tetapi akibat perkelahian antargeng--  namun pernyataan Soeharto dalam buku Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya ini menjadi pembenaran bahwa operasi ini memang dirancang secara sistematis.

 “Ya harus dengan kekerasan. Tetapi kekerasan itu bukan lantas dengan tembakan dor! dor!begitu saja. Bukan! Tetapi yang melawan, ya, mau tidak mau harus ditembak,” ujar Soeharto seperti ditulis Tempo.

***

Koran pagi muncul seperti mimpi buruk. MAYAT-MAYAT HIDUP GENTAYANGAN DI IBU KOTA. Potongan berita:  … dan reporter kami di berbagai sudut ibu kota melaporkan, di setiap tempat keramaian muncul mayat hidup. Tubuhnya busuk sekali. Dagingnya sebagian mencair, peluru pistol atau senapan biasa tidak mempan. Bahkan senjata api yang sudah dijampi-jampi dukun pun tak berguna.  Mayat hidup itu hanya bisa dimusnakan dengan rudal.Itu pun tak berarti mati. Serpihan dagingnya masih masih meloncat-loncat. Dan ulat-ulat yang berjatuhan dari tubuhnya berkembang biak dengan dasyat… (Cerpen “Grhhh”,  Penembak Misterius, hal. 28). @harybkoriun

          









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook