Namun, baginya, perjuangan itu bukan persoalan kalah atau menang. “Sebagai ASN inilah yang bisa saya lakukan. Yakni membantu masyarakat agar kebudayaannya tak dikalahkan oleh nilai ekonomis. Moratorium tambang mangaan itu adalah keberhasilan perjuangan seluruh masyarakat,” ujar Nando.
Dia pun tidak dendam terhadap bupati, setda, dan siapa pun yang sebelumnya berbeda pemikiran tentang tambang itu dengan dirinya. Dia tetap menghormati mereka sebagai pimpinan daerah di mana dia tinggal dan secara struktural sebagai ASN. Dia tetap tunduk sebagai bawahan. Meski setelah kasus itu dia harus pindah jauh ke Raijua, Nando merasa tak ada masalah. Dia tetap berpikir bahwa mengabdi kepada masyarakat sebagai ASN bisa di mana saja. Bahkan di tanah kering dan tandus seperti Raijua, dia tetap berjuang dalam bentuk lain.
Di sana, bersama beberapa temannya, dia menghidupkan Taman Bacaan Gerakan Peduli Sesama (GPS). GPS sebelumnya dia dirikan bersama teman-temannya di Sabu bukan khusus ke persoalan literasi dan kebudayaan, tetapi pada kepedulian kemanusiaan. Dia bergerak bersama teman-temannya mencari dana --baik dana pribadi mereka maupun dari sumbangan masyarakat— untuk dibelikan bahan sembako. Sembako tersebut dibagikan kepada janda-janda tanpa suami, atau para duda tua yang sudah tak mampu bekerja, dan anak-anak yatim-piatu. Antara tahun 2014-1017, GPS sudah membantu sekitar 450 orang dengan kriteria di atas itu di 15 desa di Pulau Sabu. Itu dilakukannya sambil bekerja serabutan sebagai pemandu wisata. Juga saat sudah menjadi ASN.
Saat dipindah tugas di Kecamatan Raijua, Pulau Raijua, tahun 2018, Nando banyak punya waktu luang. Dia sering keliling kampung dan desa di pulau tersebut dan mendapati kondisi masyarakat yang masih memprihatinkan. Kemiskinan di tanah yang tandus dan berbatu ini karena minimnya musim hujan. Tanah pertanian tak bisa digarap dengan maksimal. Hanya bisa ditanami sorgum, jagung, atau kacang-kacangan setahun sekali di saat musim hujan di November-Desember. Setelah itu tanah-tanah tersebut tak bisa diapa-apakan lagi.
Masyarakat hanya mengandalkan penghasilan dari gula lontar, dan itu pun tak seberapa. Belakangan, dengan makin maraknya budidaya rumput laut, lapangan pekerjaan semakin banyak dan mereka lumayan mendapatkan penghasilan.