Saya dengar keluh nenek. Semakin saya dengar, semakin iba rasanya tiap cerita-cerita itu. Saya tahu, bukan salah nenek membeli kembang gulalah api-api itu meledak.
“Nek,” seru saya.
“Usahlah nenek mencemaskan itu. Tak semua disebabkan kembang gula nenek. Ayo, nek, kita pulang. Rumah sudah dekat. Biar Dina carikan kabar kalau tak semua api-api yang meledak itu tersebab kembang gula dari nenek.”
Nenek tersenyum. Ia pegang tangan saya, terasa agak dingin.
“Pulanglah, Din,” ia menyeru. “Nenek tunggu di sini. Biar nenek pegangkan kembang gulamu. Ke rumahlah, lalu carikan nenek kabar api-api yang meledak lainnya yang bukan dari kembang gula.”
Saya anggukkan kepala, lalu lekas berlari ke rumah. Saya bongkar semua tumpukan majalah dan koran, teliti satu per satu kejadian api-api yang meledak dari tahun ke tahunnya.
“1991, anak buah gerilyawan Fretilin, Kay Ralla Xanana Gusmao meledakkan bom di Demak, Jawa Tengah. Krisis di Timor Timur memuncak pada peristiwa Santa Cruz, di Dili. Satu Hotel turut diledakkan di Surabaya.”
“Januari 1998, bom meledak di rumah susun Senen, Jakarta. Di tahun yang sama tempat parkir kendaraan di sebuah plaza di Jakarta Pusat diledakkan. Sejumlah mobil rusak berat.”
“1999, pusat perbelanjaan di Jalan Sabang, Jakarta Pusat diledakkan.”
“12 Oktober 2002, bom meledak di sebuah klub malam. Dua restoran di Jalan Legian, Kuta, Denpasar, Bali hancur, menewaskan 187 orang dan 385 luka-luka.”
“5 Agusutus 2003, bom meledak di komplek perhotelan Jakarta. Pelakunya, Asmar Latin Sani, mengendarai mobil berisi bahan peledak. Model bomnya menggunakan bahan campuran organik dan anorganik. Korban tewas 14, dan luka-luka 156.”
“10 September 2006, bom meledak di Kedutaan Besar Australia, Jakarta. Jumlah korban sekitar 6 sampai 9 orang. Korban yang tewas satpam kedubes dan pemohon visa.”
“1 Oktober 2005, bom meledak di Kuta Bali. 22 orang tewas dan 196 orang luka-luka. Bom meledak di tiga tempat. Tragedi ini disebut Bom Bali II.”
“17 Juli 2009, bom meledak di komplek perhotelan di Jakarta. Ledakan bom merupakan yang kedua kalinya setelah 2003. Sembilan korban tewas dan puluhan luka-luka.”
“April 2015, empat orang cedera akibat ledakan di pemukiman padat penduduk di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu petang itu. Ledakan terjadi di dalam sebuah rumah bedeng dari papan dan triplek di sudut sebuah lapangan di belakang Gang Kayu Mati, Jalan Jatibunder, Tanah Abang, sekitar pukul 15.00 WIB.”
“Juli 2015, bom meledak di sebuah mall di Tangerang, Banten.”