PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Balai Bahasa Provinsi Riau (BBPR) merasa bangga bisa menerbitkan dan menggelar diskusi dan bedah buku Kumpulan Cerpen (Kumcer) Terapi Kamar Mandi (TKM) di kantor BBPR, Kampus Bina Widya Unri, Jumat (29/9/2023).
Kumcer TKM adalah karya 33 penulis cerpen yang ikut dalam kegiatan Pelatihan dan Pendampingan Cerpen BBPR tahun 2023 yang diampu oleh prosais Olyrinson dan Hary B Koriun.
Kepala BBPR Toha Machsum, menjelaskan, pihaknya merasa bangga karena berhasil menyelenggarakan kegiatan pelatihan dan pendampingan itu hingga penerbitan dan bedah buku tersebut.
Dijelaskan Toha, sebenarnya awalnya ada 50 peserta yang ikut dalam pelatihan dan penampingan tersebut, namun yang bertahan dan mampu menghasilkan karya hanya 33 peserta yang kemudian dibukukan. Mereka berasal dari beragam latar belakang, seperti guru, mahasiswa, ibu rumah tangga, pegiat literasi, dll.
"Kegiatan ini adalah salah satu cara dan upaya kami dalam ikut membangun dunia sastra dan literasi di Riau. Kami berterima kasih kepada seluruh yang terlibat dalam program ini," kata Toha.
Tampil sebagai pembedah dalam kegiatan ini adalah sastrawan Dr Griven H Putra, akademisi Alvi Puspita MA, dan Kepala SMA Cendana Rumbari Dr Bambang Kariyawan, yang ditemani oleh Hary dan Olyrinson sebagai pemandu diskusi. Para penulis yang karyanya masuk dalam Kumcer TKM juga hadir dalam diskusi tersebut.
Dalam diskusi tersebut, baik Griven, Bambang, maupun Alvi mengatakan bahwa Kumcer TKM adalah sebuah karya yang pantas diapresiasi karena sebagian besar ditulis oleh mereka yang belum pernah menulis cerpen. Bimbingan dan pendampingan yang dilakukan oleh Olyrinson dan Hary, menurut mereka, berhasil membuat para peserta bisa menulis lumayan baik.
"Untuk ukuran mereka yang belum pernah menulis, cerpen-cerpen yang dirangkum dalam buku ini sangat menjanjikan,"" ujar Griven.
Hal yang sama juga disampaikan Bambang Kariyawan. Menurutnya, model pendampingan seperti ini cukup baik karena membuat penulis benar-benar diajari langkah-langkah dari awal bagaimana menulis cerpen yang benar, secara teori dan langsung praktik.
"Jika ada kekurangan, itu hal yang biasa. Bisa berkarya saja menurut saya sudah luar biasa," jelas Bambang.
Sementara menurut Alvi Puspita, hampir semua cerpen yang ditulis sudah memperlihatkan cara berkisah yang baik. Yang perlu dilakukan adalah bagaimana mempertahankan passion untuk terus menulis.
"Jika separoh saja dari 33 penulis ini terus belajar dan menempa diri, saya yakin dunia cerpen Riau akan lebih bergairah lagi," kata pengajar di FIB Unilak ini.
Mewakili pendamping penulisan, Olyrinson menjelaskan, 33 penulis dalam buku tersebut semua memiliki potensi untuk berkembang. Saat pelatihan dan pendampingan selama 6 pertemuan, mereka telah memperlihatkan itu.
"Jadi, semua memang tergantung mereka sendiri. Dasar sudah ada, karya sudah berhasil ditulis dan diterbitkan, tinggal mengembangkan saja. Jika itu dilakukan, saya yakin mereka akan jadi," jelas penulis buku Kumcer Sebutir Peluru dalam Buku tersebut.
Laporan: Eka Gusmadi Putra
Editor: Rinaldi