KELAS MENULIS CERPEN BBPR 2022

Upaya Mencegah Keterputusan Generasi Penulisan Cerpen di Riau

Feature | Selasa, 06 Desember 2022 - 16:17 WIB

Upaya Mencegah Keterputusan Generasi Penulisan Cerpen di Riau
Para peserta Kelas Menulis Cerpen Balai Bahasa Provinsi Riau (BBPR) 2022 foto bersama dengan Kepala BBPR, Toha Machsum (tengah, memakai batik) dan instrukstur Hary B Koriun (lima dari kiri) saat acara pembukaan di Kantor BBPR, Ahad (13/11/2022) lalu. (BBPR UNTUK RIAUPOS.CO)

Kelas Cerpen BBPR 2022 adalah satu ikhtiar dalam ikut membantu mencegah keterputusan generasi penulisan cerpen di Riau. Selain teori, para peserta juga didampingi dalam praktik langsung untuk menghasilkan karya.

Laporan: Edwar Yaman, Pekanbaru


AHAD (4/12/2022) adalah pertemuan terakhir dari empat pertemuan Kelas Cerpen Balai Bahasa Provinsi Riau (BBPR) 2022. Kegiatan ini dimulai pada Ahad (13/11/2022) dan pada setiap Ahad pertemuan dilakukan di Aula Fisabillillah BBPR di Pekanbaru.

Kelas ini diinisiasi wartawan Riau Pos, Hary B Koriun, bekerja sama dengan BBPR. Hary langsung menjadi instruktur dan pendamping dalam kegiatan ini, sedang BBPR menyediakan tempat dan honorarium untuk instruktur.

Dalam empat pertemuan tersebut, 13 peserta yang ikut dalam kelas ini diberi materi beberapa teori menulis cerpen yang baik, juga tips dalam menembus media. Selain diskusi di kelas, mereka juga diskusi di grup WhatsApp (WA) tentang apa-apa yang tidak dipahami. Para peserta juga melakukan praktik penulisan, baik karya setengah jadi maupun karya jadi di akhir pertemuan.

Kepala BBPR Toha Machsum SAg MAg saat membuka kegiatan ini mengaku senang ada pihak di luar lembaga yang dipimpinnya berinisiatif menyelenggarakan kegiatan seperti. Menurutnya kerja-kerja kreatif seperti ini terus ditumbuhkan dan pihaknya siap bekerja sama jika memungkinkan.

"Jika memang memungkinkan, karya-karya peserta Kelas Cerpen Balai BBPR 2022 ini nanti diterbitkan menjadi buku. Tetapi intinya, saya mengapresiasi kegiatan ini," jelas alumni UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta ini, Ahad (13/11).

Menurut Toha, tidak ada kata terlambat bagi siapa pun jika ingin belajar, termasuk bagaimana menulis cerpen yang baik dalam kelas ini. Sebab, belajar memang harus dilakukan siapa pun hingga akhir hayatnya. BBPR, kata Toha, akan terus membuka ruang-ruang kreatif dan mendukung para sastrawan, seniman, peminat bahasa, dll, untuk terus melakukan kegiatan, terutama dalam membangun sumber daya manusia (SDM).

Toha juga berharap kegiatan ini tidak berhenti hanya tahun ini saja, tetapi terus dilakukan di masa depan. Baik dengan mempertahankan konsep seperti saat ini atau ada konsep lain yang dikembangkan. Yang penting Kelas Cerpen BBPR ini bisa terus berjalan.

Inisiator kegiatan ini, Hary B Koriun, mengaku bersyukur karena apa yang ada dalam pikirannya selama ini bisa direalisasikan dengan bantuan BBPR. Menurutnya, pelatihan menulis cerpen ini penting dilakukan dan terus dikembangkan agar dunia menulis cerpen Riau terus melahirkan penulis yang mampu melahirkan karya yang berkualitas.

"Ini adalah salah satu usaha untuk ikut membangun dunia sastra Riau, terutama penulisan cerpen," jelas lelaki yang sudah menerbitkan dua kumpulan cerpen, yakni Tunggu Aku di Sungai Duku dan Tambang Nanah, tersebut.

Sebagai daerah lahirnya karya cerpen modern yang pertama kali ditulis oleh M Kasim tersebut, kata Hary, tak boleh ada keterputusan generasi dalam penulisan cerpen di Riau. Hingga hari ini Riau masih diperhitungkan dalam dunia penulisan cerpen di tingkat nasional. Nama-nama seperti Taufik Ikram Jamil, Abel Tasman, Fakhrunnas MA Jabbar, Olyrinson, Marhalim Zaini, dll, masih terus berkarya dan eksis. Namun generasi penerusnya harus terus ada.

Hary mengucapkan terima kasih kepada 13 peserta yang tetap setia ikut kegiatan dalam empat pertemuan tersebut hingga menyelesaikan satu karya cerpennya. Mereka yang mengikuti kegiatan ini adalah Mulyati Umar, Tina Hariyanti, Syamsidar, Cahaya Eka Juniarti, Joni Hendri, Erna Erina Herawati, Fitriani Dwi Kurniasari, Nurhabibah, Nurhaliza, Pimpin Dwi Astuti, Susilawati, Verilla Sari Purba, dan Eka Putri Musrahimah.

Mereka datang dari berbagai profesi seperti guru, pengajar bahasa Inggris, pegawai universitas, dan mahasiswa. Untuk mengikuti kegiatan ini, kata Hary, mereka harus ikut seleksi berdasarkan karya awal. Ada 26 calon peserta yang ikut mendaftar, namun hanya 13 yang diikutkan dalam kegiatan ini dengan berbagai pertimbangan.

"Semoga mereka akan terus menggeluti dunia menulis cerpen secara serius dan menghasilkan karya yang baik suatu saat nanti," jelas Hary mengakhiri.***

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook