PENYAIR PEREMPUAN INDONESIA (PPI) TERBENTUK

Dan, Palung Puisi itu Bernama Perempuan

Seni Budaya | Minggu, 16 Desember 2018 - 14:34 WIB

Dan, Palung Puisi itu Bernama Perempuan
Para Penyair Berfoto Bersama

Sastra lisan yang dilantunkan para ibu pendahulu ini sudah banyak yang hilang, seperti terputus. Maka kewajiban para penyair perempuan untuk mengusungnya kembali, mengangkatnya ke permukaan melalui karya-karya puisi. Tidak hanya sastra lisan, tapi juga keseluruhan dari ketulusan dan kekuatan perempuan dinilai mampu mengubah dunia, tentu dengan segala lika likunya. Salah satunya mengubah wajah kerajaan Melayu seperti yang mereka temui selama mengikuti ziarah budaya ke makam pahlawan-pahlawan kerajaan Melayu di Bintan. Ada kekuatan Tun Fatimah, Tengku Tengah, Siti Kamariah, termasuk Aisyah Sulaiman, pujangga besar pada zamannya. Belajar dari itu semua, maka PPI dirasa perlu hadir agar peran sastrawan dan penyair perempuan bagi Indonesia juga lebih terlihat.

Baca Juga :Sastrawan dan Gambaran Kualitas Karya

"Dengan PPI, semoga perempuan bisa lebih  menggali maksimal kekuatan yang mereka miliki, kekuatan seorang ibu, kekuatan seorang istri, kekuatan dirinya sebagai perempuan. Kekuatan itu semoga bisa mengharumkan perempuan dalam dunia kepenyairan di Indonesia dan bisa mengharumkan Indonesia melalui puisi. Jadi, bukan karena kami merasa ingin lebih dari lelaki, merasa kalah atau ditinggalkan, bukan. Tapi ingin menggali potensi yang dimiliki perempuan seperti yang dimiliki perempuan-perempuan terdahulu, ibu-ibu terdahulu. Mereka pahlawan satra, terutama sastra lisan. Nandung, batimang, dodoi, ratik yang penuh pesan dan harapan siapa yang melantunkan, ibu, perempuan. Ini jangan sampai hilang. Saya mengajak perempuan lain, khususnya penyair dan sastrawan, kembalilah pada tradisi, menyusulah pada tradisi,’’ kata Kunni.

Lahirnya PPI di Tanjungpinang ini mendapat sambutan hangat dari seluruh peserta bahkan sastrawan dan penyair seluruh Indonesia yang tidak hadir dalam pertemuan tersebut. Semua itu bisa dilihat dari riuhnya perbincangan tentang PPI di berbagai media sosial dan grup-grup Whatshap sastra.’’Kenapa PPI lahir, tentu mereka ingin lebih baik. Dan mereka lahir setelah mempelajari tokoh-tokoh perempuan Melayu pada zaman kerajaan Melayu. Mereka sangat berpengaruh bagi kerajaan. Inilah yang ditemui Kunni dan teman-temannya itu saat mengikuti Festival Sastra Gunung Bintan ini. Semangat tulus, semangat juang dari tokoh-tokoh perempuan Melayu inilah yang ingin mereka usung dalam diri mereka untuk sastra Indonesia. Bagus, sebuah niat yang bagus,’’ kata Rida pula.***

Laporan FEDLI AZIS, Pekanbaru









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook