“Jadi, Agustus kemarin kalau tak salah. Ada lahan kebun warga yang terbakar, bersama petugas. Ia ikut padamkan. Seharian tak makan tak istirahat, malamnya istirahat, kemudian wafat,” bebernya bercerita.
Menurutnya, memang masyarakat sangat peduli bahkan sampai lupa segala sesuatu kalau yang terbakar adalah lahan miliknya. Terutama kebun. Tempat mencari nafkah bagi masyarakat Bunga Raya kebanyakan.
Kemudian, Ucu juga bercerita tentang persoalan lahan antara masyarakat di sana dengan perusahaan. Di mana sering terjadi perselisihan atas kepemilikan lahan kebun masyarakat dengan perusahaan. Misalnya PT TWKL, PT BKM dan PT RML yang berada di sekitar atau berbatasan langsung dengan kampung-kampung masyarakat.
Ucu memaparkan detil perihal persoalan tersebut. Namun, Riau Pos lebih tertarik melihat sikap masyarakat terdampak asap ketika kualitas udara berbahaya. “Kalau diulas, banyak lagi Mas. Tapi yang asap ini, kami memang tak bisa berbuat banyak,” keluhnya.
Disinggung cerita adakah masyarakat mengungsi? Dijelaskan Ucu, saat kebakaran terjadi sekitar dusun kampung mereka, memang sempat ada masyarakat yang mengungsi. Namun hanya berpindah dari dusun satu ke dusun lain, masih di kecamatan yang sama.
“Ada waktu itu, masyarakat di kampung 40 atau di Kampung Tapsel itu mengungsi. Karena api sudah sampai ke belakang rumah mereka. Tidak tahan, jadinya mengungsi. Tapi sekarang sudah balik lagi,” paparnya.
Menurutnya kejadian tersebut pada Agustus atau Juli lalu. Namun, Ia tidak mengingat jelas cerita soal warga mengungsi dari dusun yang berjarak dua jam dari kampungnya dengan medan jalan rusak dan berdebu tersebut.
Di sela perbincangan, Ucu yang juga Ketua Masyarakat Peduli Api di kampungnya mendapat telepon. Bahwasanya ada lahan di desa tetangganya sedang terbakar hebat. Riau Pos pun segera menuju lokasi.
Jalannya berlubang, sesekali tanah berdebu. Namanya Dusun Sri Mersing, masih di Desa Tuah Indrapura. Setelah menempuh perjalanan satu jam lebih, Riau Pos tiba di ujung jalan aspal. Medannya lebih berat.
Beruntung ada Maman, warga sekitar yang menunjukkan arah menggunakan sepeda motornya. Sisi kiri parit besar, semacam kanal. Sebelahnya kebun sawit terhampar luas. Sisi kanan, jalan yang dilewati juga kebun. Tak ada perumahan warga. Kendaraan hanya bisa sampai di tepi jalan. Parkir. Setelah ditemani Maman sepanjang 2 kilometer perjalanan.
Berjalan kaki ke dalam. Tampak mobil polisi, mobil pemadam kebakaran, dan mobil double cabin yang dikendarai seorang pria menggunakan helm. Bajunya bertulis asisten dua, merupakan asisten kebun, dan kemudian diketahui dari PT TKWL.
Selang panjang membentang dari parit. Selangnya keras membulat. Riau Pos mengikuti selang dimaksud. Di perjalanan, tampak beberapa tentara sudah istirahat. “Wah, telat datangnya mas. Sudah jadwal istirahat,” kata seorang tentara yang istirahat.(das)
Laporan Eka G Putra, Siak