PERJALANAN MENEMBUS DAN SAKSIKAN PRODUKSI ASAP

Kami Tidak Tahu Harus Berbuat Apa, Mati ya Matilah

Riau | Minggu, 15 September 2019 - 10:16 WIB

Kami Tidak Tahu Harus Berbuat Apa, Mati ya Matilah
PADAMKAN API: Salah satu lokasi yang tengah memproduksi asap di Dusun Sri Mersing, Desa Tuah Indrapura, Kecamatan Bunga Raya, Siak bersebelahan dengan kebun sawit perusahaan, Sabtu (14/9/2019). Tampak petugas berupaya memadamkan api. EKA GUSMADI PUTRA/RIAU POS

Neng (4 tahun), tetap berlari lincah. Bermain balon dan memukulkannya ke langit. Serupa menembus awan karena awan tampak di atas kepalanya. Ia bermain di pekarangan rumahnya, Dusun Sri Mersing, Desa Tuah Indrapura, Kecamatan Bunga Raya, Kabupaten Siak, Sabtu (14/9). Padahal, saat ini kualitas udara di atmosfer negeri Lancang Kuning pada level berbahaya, di atas 300-an PSI.

(RIAUPOS.CO) - Sejak sepekan terakhir, sekolah diliburkan pemerintah daerah. Mulai tingkat provinsi, hingga tingkat kabupaten dan kota. Pertengahan September 2019 ini, memang Riau kembali dihadapkan pada bencana asap pekat berbahaya. Dari SD, SMP, SMA sederajat hingga bangku kuliah libur total.

Pagi menjelang di ibukota Provinsi Riau, setiap sudut pandangan mata menguning. Visibility (jarak pandang) sempat pada angka 300 meter saja. Semakin siang, matahari tak terlihat. Sementara tubuh gerah, panas terasa berbeda. Mentari di Riau, September semakin mengecil karena ukurannya jauh berbeda saat normal. Itu pun terlihat sesekali apabila ada angin bertiup. Seolah menggeser tirai asap.


Kondisi ini ternyata bukan di Pekanbaru saja. Riau Pos coba menerobos asap di beberapa lokasi yang berdasarkan pantauan data Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) menunjukkan angka di atas 300 atau pada level berbahaya. Bahkan ada yang hampir 500-an Jumat (13/9) lalu yakni di Pekanbaru, Rumbai, Minas, Siak, Duri, Dumai.

Riau Pos berkesempatan menembus asap hingga Siak. Lewat Rumbai dan Minas. Asapnya ternyata sama pekat, jarak pandang bahkan lebih dekat dibanding Pekanbaru. “Masya Allah, ini semakin pekat saja,” kata seorang pegiat lingkungan Mahendra yang ikut dalam perjalanan menembus asap bersama Riau Pos sejak Jumat (13/9) hingga Sabtu (14/9) di sedikit bagian wilayah Riau.

Memang, dalam perjalanan berempat menggunakan kendaraan roda empat. Suasana seolah mencekam sepanjang perjalanan, karena tak sedikit kendaraan di arah berlawanan menyalakan lampu pada siang hari. Kualitas udara pada level berbahaya ternyata dengan langit yang sudah tak biru lagi, benar.

Cuaca kelam bukan saja di Pekanbaru, namun di sebagian wilayah pesisir Riau yang coba dijajaki Riau Pos. Setelah berjalan kurang empat jam, rombongan tiba di sebuah desa yang disebut lumbung padi bagi kebanyakan masyarakat Siak. Kecamatan Bunga Raya. Harus ditempuh lagi dengan perjalanan sekitar satu jam dengan jalan berlubang dan kecil.

Jumat malam sekitar pukul 20:00 WIB. Desa Tuah Indrapura mulai sepi aktivitas. Namun di pekarangan rumah warga, tampak sesekali ada yang berkumpul. Sekadar berbincang atau bermain gitar. Tapi, ada juga bocah bermain dengan sanak keluarga.

 

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook