KOLOM HARY B KORIUN

Jalan Pena

Perca | Sabtu, 31 Oktober 2015 - 00:02 WIB

Jalan Pena

SUATU siang yang panas, beberapa mahasiswa saya –terutama yang perempuan— mengusap pipinya dengan mata sembab, menangis, setelah menyaksikan film Veronica Guerin. Hari itu, saya sengaja “meliburkan” kuliah bagi mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Lancang Kuning (Unilak) yang mengambil mata kuliah Jurnalistik. Hari itu, mereka saya ajak menyaksikan film tentang perjuangan wartawan perempuan asal Dublin (Irlandia) yang mati di tangan para penembak jitu suruhan bos kartel obat bius.

Mulanya, beberapa mahasiswa bertanya —apa hubungan mata kuliah yang saya asuh dengan sebuah film?—  ketika saya katakan, pekan depan kami akan nonton film bersama. Setelah menyaksikan film bersama-sama, beberapa dari mereka mengatakan: “Betapa mulianya dunia jurnalistik... Betapa hebatnya wartawan itu: Veronica Guerin...”

Film ini diangkat dari kisah nyata seorang wartawan perempuan dari Harian Sunday Independent, Veronica Guerin. Adegan awal film ini memperlihatkan Veronica  –yang dimainkan dengan ciamik oleh Cate Blanchett— sedang menyetir mobil sambil menelpon rekannya. Dia baru saja menghadiri persidangan atas pencabutan Surat Izin Mengemudi (SIM) miliknya akibat ngebut di jalanan. Namun, sesampai di lampu merah, dua orang bersepeda motor melepaskan beberapa tembakan yang menembus kaca jendelanya, dan juga menembus tubuhnya.

Veronica adalah potret jurnalis pemberani. Dia melakukan investigasi tentang  kejahatan narkotika dan obat terlarang di Dublin yang sudah sangat parah dan merambah anak-anak. Pelan tapi pasti, hasil liputannya membuat para bandar narkoba kelimpungan dan melakukan teror kepadanya.  Yang pertama, dua orang menyambangi rumahnya dan melepaskan dua tembakan yang menembus jendela rumahnya. Yang kedua, seorang pembunuh dikirim untuk menghabisinya, untungnya, dia hanya tertembak di bagian kaki. Dua teror itu secara psikis memang mempengaruhi jiwanya, tetapi keinginannya untuk membongkar jaringan narkoba itu tak berbenti, hingga berondongan peluru menembus kaca mobil dan tubuhnya, dan membuatnya mati pada 26 Juni 1996.

Namun, kematiannya memicu demo besar-besaran rakyat Irlandia di Dublin dan memaksa pemerintah mengeluarkan undang-undang tentang pemberantasan narkoba secara masif. Banyak bos narkoba yang kemudian ditangkap dan dipenjara, dan banyak yang ditembak mati karena melawan.

Baca Juga :Napoleon (2)







Tuliskan Komentar anda dari account Facebook