Sementara itu, Al azhar selaku salah satu penita dalam helat Haul Tenas Effendy mengatakan pentas karya almarhum ini setidaknya menghadirkan kembali bentuk seni pertunjukan yang hampir punah, salah satunya adalah drama klasik. “Jadi selain helat ini ditaja untuk mengenang dan mengapresiasi karya-karya Tenas Effendy, juga ada faedah untuk masa kini dan mendatang,” ujar Ketua Harian LAM Riau itu.
Hal serupa juga dikatakan Kepala UPT Bandar Serai, Pulsiamitra. karya-karya drama klasik ini perlu ditindaklanjuti ke depannya. Ia bisa dijadikan tontonan alternatif bagi mahasiswa-mahasiswi, siswa-siswi di Riau. “Kita akan coba su sun program agar pentas lakon seperti malam ini dapat dijadikan agenda tetap setiap tahunnya,” ujar Pulsiamitra.
Tafsir Kekinian
Disebutkan Sutradara Hang Kafrawi, baginya naskah almarhum Tenas Effendy yang telah dipentaskan di hadapan khalayak dari berbegai negara malam itu (tamu dari Malaysia dan Singapura) menujukkan bahwa Hang Jebat telah melakukan sebuah sikap melawan arus. Suatu upaya memperlihatkan diri, sekaligus menampakkan sikap tidak sesuai dengan sesuatu yang "diaminkan" banyak orang. Hal itu lanjut Hang Kafrawi menujukkan keadaan hari ini, di zaman kini, banyak sekali orang yang hanya jadi pengikut alias pengekor. Ape yang dapat menyenangkan, terutama menyangkut masalah ekonomi, orang pun jadi tak berdaya. Maka jilat-menjilat, sikut-menyikut, ditambah hasad dengki pun tumbuh subur.