TEATER

Hang Jebat Mendurhaka

Olahraga | Minggu, 06 Maret 2016 - 00:05 WIB

Hang Jebat Mendurhaka

Hang Tuah yang menjunjung kesetian itu langsung menemui Jebat yang telah berminggu-minggu menguasai istana. Pertemuan dua saudara itu pun terjadi dalam suasana saling mempertahankan kesetian masing-masing. Si Tuah bersetia kepada Sultan Melaka dan si Jebat bersetia dengan persaudaraan dan keadilan.

Hang Jebat mati terbunuh ditangan Hang Tuah setelah berhasil merebut keris Tameng Sari. Pentas lakon malam itu, dikemas sutradara dengan konsep drama klasik sebagaimana yang telah disepakati sebulan sebelumnya.

Baca Juga :Akses Lapangan Hang Jebat Ditutup Pagar

Hampir tidak ada tawaran konsep kekinian yang ditawarkan Hang Kafrawi. OK Nizami Jamil mengatakan, bentuk teater yang berkembang ketika itu, sebagai bentuk penyederhanaan konsep Sandiwara Bangsawan saja. Pasalnya, jika benar-benar dipentaskan sebagaimana aslinya maka memerlukan dana yang cukup besar.

Sedangkan cerita-cerita yang diangkat pada waktu itu sama dengan cerita dalam Sandiwara Bangsawan, hanya pada tataran set dekornya saja yang disederhanakan. Ditambahkan OK Nizami, Tenas Effendy tunak dan konsisten dalam menulis naskah-naskah drama klasik seperti Hang Jebat Mendurhaka, Sri Mersing, Lancang Kuning dan lain-lain.

Terkait dengan pementasan malam itu, disebutnya bentuk drama klasik seperti ini patut dipentaskan kembali di hadapan khalayak. Setidaknya memperkenalkan kepada generasi hari ini salah satu bentuk kekayaan dan khazanah seni budaya yang ada di Riau.

“Apalagi hari ini dengan teknologi yang semakin lengkap, tentulah bisa dikemas sedemikian rupa untuk memenuhi selera berteater hari ini. Misalnya dapat kita tengok dari pementasan malam ini, sudah ada panggung, lampu yang bagus, dan juga sound system yang mencukupi,” ujarnya.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook