PETUALANGAN KE PULAU KARANG (4)

Upacara Hole dan Kepercayaan kepada Leluhur di Sabu

Feature | Jumat, 10 Januari 2020 - 13:40 WIB

Upacara Hole dan Kepercayaan kepada Leluhur di Sabu
Proses pembuatan perahu dalam Upacara Hole sebelum kemudian dilarung ke laut di pantai Napae, Pulau Sabu, Nusat Tenggara Timur (NTT). (HARY B KORIUN/RIAUPOS.CO)

“Robo Aba pada masa itu merupakan salah satu pemimpin besar di Wilayah Adat Habba setelah adanya pembagian lim wilayah Adat di Kabupaten Sabu Raijua pada zaman Way Waka. Sebelum tinggal dan berkediaman di Namata, Robo Aba awalnya tinggal di kampung yang bernama Hanga Rae Robo, yang sekarang terletak di Desa Robo Aba, Kecamatan Sabu Barat. Pada suatu hari ia menyuruh anaknya Tunu Robo bersama beberapa pasukan lainnya untuk pergi berburu ke sebelah barat dari Kampung Hanga Rae Robo  yang bernama Radja Mara Kanni Bahi (sekarang menjadi Namata),” tutur Nando saat kami bertemu di Pantai Napae, di Seba, Senin, 6 Mei 2019 lalu.

Di daerah yang bernama Radja Mara Kanni Bahi inilah mereka menemukan begitu banyak babi hutan atau dalam bahasa Sabu disebut wawi addu. Ketika sedang berburu di Radja Mara Kanni Bahi, Tunu Robo beserta pasukannya menemukan satu ekor babi hutan yang sedang tidur di bawah pohon duri, sehingga secara bersamaan mereka menembaki babi hutan tersebut dengan menggunakan tombak, namun sayangnya tembakan mereka tidak berhasil, karena tombak yang mereka gunakan patah pada saat mengenai hewan buruannya. Akhirnya mereka kembali dengan tangan hampa, dan memberitahukan kepada Robo Aba, bahwa di tempat yang bernama Radja Mara Kanni Bahi ini, merupakan tempat yang banyak wawi addu.


Keesokan harinya, tutur Nando yang mengutip cerita lisan dari berbagai sumber di masyarakat Sabu,  Robo Aba memerintahkan anaknya Tunu Robo dengan beberapa pasukan untuk berburu kembali ke tempat yang sama dengan suatu pesan bahwa apabila mereka berhasil membunuh babi tersebut maka mereka harus membawa tanah di mana babi tersebut tidur yaitu tanah pada bagian kepala, tanah pada bagian perut dan bagian kaki belakang. Singkat cerita, Tunu Robo beserta pasukannya berhasil mendapatkan wawi addu dan membawa tanah seperti yang di mintakan oleh Ayahnya, Robo Aba.

Tanah yang diserahkan oleh anaknya, diperhatikan betul tekstur tanah yang diambil tersebut oleh Robo Aba, dan akhirnya dia memutuskan tempat berburu yang bernama Radja Mara Kanni Bahi menjadi tempat berburu babi hutan atau dalam bahasa Sabu disebut era pemata wawi addu diubah menjadi nama Namata.

“Lokasi yang bernama Namata tersebut ketika dilihat oleh Robo Aba,ternyata tempat dan tekstur tanahnya sangat cocok dijadikan sebagai salah satu perkampungan, sehingga saat itulah ia memutuskan untuk berpindah tempat tinggal dari Hanga Rae Robo ke Namata,” jelas Nando. (bersambung)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook