Gara-gara guyonan itu, mereka akhirnya tertahan di perbatasan selama satu jam. Polisi meminta mereka membongkar barang-barang bawaan. Polisi ingin memastikan tidak ada ganja. Total bawaan mereka kurang lebih 50 kg. Isinya persediaan makanan, baju, sampai alat-alat elektronik.
”Kasihan Diego karena harus unpack semua, termasuk baju-baju kotornya,” kenang Marlies.
Insiden unpacking itu juga terjadi di ina. Mereka masuk lewat Xinjiang, dataran Cina bagian barat. Diego dan Marlies harus membongkar kembali bawaannya satu per satu untuk diperiksa polisi. Yang paling dicurigai adalah gawai, laptop, dan kamera. ”Polisi lihat isinya karena curiga. Tapi, begitu dibuka, isinya cuma video-video tikus,” lanjut Marlies.
Lega sudah pasti terasa setelah menyelesaikan life goal mereka yang satu ini. Ada hal-hal yang akan dikangeni selama perjalanan. Misalnya, kesempatan menikmati pemandangan eksotis dan bertemu banyak orang dari berbagai latar belakang. Namun, Marlies mengaku belum punya keinginan untuk mengeksplorasi tempat baru lagi. Apalagi, dengan sepeda dan jarak ribuan kilometer.
Mereka berencana kembali ke Belanda dan menata lagi kehidupan seperti sebelum bersepeda. Maklum, untuk menempuh perjalanan jauh itu, mereka harus mengumpulkan biaya selama sekitar tiga tahun.
”Kami kerja keras, kadang kerja tujuh hari dalam sepekan,” ungkapnya.
Setelah uang terkumpul, Diego mengajukan resign dari pekerjaan lamanya di Belanda. Marlies yang dulunya guru juga berhenti mengajar sementara dan meng-handle bisnis mikronya dari jauh selama bersepeda. Namun, mereka masih punya bucket list tempat yang ingin dikunjungi. Tentu saja tidak dengan sepeda lagi.
”Saya ingin sekali ke negara-negara Skandinavia, tapi sekarang fokus cari kerja dulu saja,” tutur Marlies.
Sedangkan Diego ingin mengeksplorasi daratan Amerika Selatan. Keduanya kembali ke Belanda, April nanti. Tentu dengan membawa kenangan selama perjalanan bersepeda itu. Berharap bisa menginspirasi lebih banyak lagi orang. (*/c10/oni/jpg)