Pada Perang Badar yang terjadi pada tahun ke-2 Hijriyah, kemenangan berpihak pada kaum muslimin dan mereka berhasil menawan 70 orang musyrik. Berbagai usulan dilontarkan untuk menangani nasib para tawanan tersebut. Usulan yang diterima berasal dari Abu Bakar yang meminta tebusan empat ribu dirham bagi yang mampu, sedangkan bagi yang tidak, harus mengajar membaca dan menulis anak-anak Madinah sebanyak sepuluh orang pertawanan. Nabi Muhammad SAW menerima usulan Abu Bakar tersebut karena sadar betapa besarnya pengaruh kemampuan baca-tulis bagi keberlangsungan perjuangannya ke depan.
Di dalam Alquran, pentingnya baca-tulis ini tergambar dari ayat pertama yang turun, yaitu “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan” (Al Alaq: 1). Di dalam ayat ke-4 pada surat yang sama disebutkan “yang mengajarkan (manusia) dengan perantaraan qalam.” Pada surat Al Qalam, kembali ditekankan akan hal ini “Nun. Demi qalam dan apa yang mereka tulis.”
Kita telah tiba di hulu, di tempat mata air dari sungai peradaban terpancar. Dari sinilah semua kebijaksanaan bermula, kearifan berawal dengan penuh ketinggian bahasa dan kejernihan hikmah. Kalau mau minum, minumlah dari mata air ini dan hiruplah tanpa jeda. Siapa pun yang meneguknya tidak akan pernah kering inspirasi.***