ESAI : MUHAMMAD HUSEIN HEIKAL

Absurditas Makna Metafora Malna

Seni Budaya | Minggu, 31 Januari 2016 - 11:36 WIB

Absurditas Makna Metafora Malna
internet

Asia Membaca

Matahari telah berkali-kali berganti di sini, tetapi kami tetap menghadapi langit dan tanah yang sama. Setelah dewa- dewa pergi dan menjadi batu dalam pesawat-pesawat televisi; setelah waktu-waktu yang menghancurkan dan berita-berita lama memanggili lagi dari dunia yang lain, setiap kata-kata teras gelap di situ. Lalu kami masuki dekor-dekor baru yang menyimpan kerusuhan-kerusuhan, mencari hari-hari dalam pasar yang digantungi kepala naga, Asia. Kami meranggas dalam pertaruhan-pertaruhan kekuatan yang mengantar kami ke dalam pembisuan. Bagaimanakah kami tahu bahwa kami sedang memasuki sebuah dunia yang berbau bensin, melepas anak-anak berlarian dalam bentangan kawat listrik; dan dari setiap lembaran kitab suci, kami mencari kembali saat-saat penciptaan. Tanah berkaca-kaca mencium bau manusia, menyimpan kami dari segala jaman. Asia. Kami pahami lagi debur laut, tempat para leluhur mengirim burung-burung mencipta hutan. Asia hanya bisa ditemui setelah malam gelap- gulita, menggerayang, mencari tanah-tanah yang hilang. Asia. (Horison Sastra Indonesia, 2002,  Kitab Puisi, hal. 385)

Baca Juga :Pastikan Rekondisi Jalan Selesai Akhir Tahun

Puisi naratif lumrah jika berbentuk paragraf. Terkadang bahkan menyerupai prosa. Itu pula yang menjadi “hobi” Malna dalam meramu puisi-puisinya. Kesukaannya menggunakan kata yang tidak sederhana, menjadi semacam kesengajaan yang tak sengaja dilakukannya. Pada puisi Asia Membaca, ia melukiskan kegelisahan manusia dalam suatu kawasan bernama Asia. Kemajuan telah menabrak Asia dengan segala kemodernan dan kecanggihannya. Sehingga diksi pesawat televisi, bensin, kawat listrik terpilih untuk mewakili. Akan tetapi, setiap kata-kata terasa gelap di situ. Dibalik semua kemajuan dunia (Asia) ada sebuah lorong gelap dibaliknya. Puisi Asia Membaca belum terlihat jelas peran Malna mempermainkan huruf-huruf puisinya untuk merujuk kepada ketidaklogisan. Dapat dikatakan Asia Membaca belum mencapai puisi dalam taraf absurd dalam karya Malna.

Metafora Malna

Metafora sendiri berarti pengungkapan secara tidak langsung berupa perbandingan analogis suatu arti yang bukan mengunakan kata dalam arti sesungguhnya. Melainkan sebagai kiasan yang berdasarkan persamaan dan perbandingan. Kekayaan metafora Afrizal Malna begitu terasa sebagai inovasi yang diusung secara murni oleh sang penyair. Dapat dikatakan bukan sekedar iseng ia bermain kata dalam puisi. Hanya sayangnya, kerayaan metafora ini tidak dibarengi dengan makna sebagai “memperjelas” ataupun “diperjelas”.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook