CERPEN ISBEDY STIAWAN ZS

Gattaw Cegaguk

Seni Budaya | Minggu, 13 Maret 2016 - 02:33 WIB

Gattaw Cegaguk

“Yang mengalahkan dirimu, sesungguhnya bukan kesaktian ilmu dari lawanmu. Melainkan yang ada dalam dirimu. Batinmu. Maka sering-seringlah memasuki hatimu. Ajakalah berdialog. Niscaya ia akan selalu tenang, walaupun badai bertubi-tubi meradang,” nasihat gurunya saat mempelajari ilmu hayat dan akhirat.

Lalu sekali helaan, perahu pun berbalik arah. Ia tak menuju pulang. Ia mencari tanah baru untuk merenung sampai kekecewaannya benar-benar pulih. Ia tak bisa memastikan ihwal waktu. Karena bukan saja soal kecewa, patah hati, tetapi yang sulit dihapusnya adalah malu. Ia malu pada seluruh keluarga dan kampung lainnya.

Baca Juga :BBPR Gelar Bedah Kumpulan Cerpen

Setelah dua atau tiga tiyuh dilalui, persis pada kali ketiga tikungan arus; di bawah pohon amat rindang menyerupai rumah, Minak Ratu Junjungan merapatkan perahunya. Ia melompat dari atas sampan itu. Duduk. Merenung10 sampai bertahun-tahun.***

Bandarlampung,

1-12 April 2015

Isbedy Stiawan adalah sastrawan asal Lampung. arya-karyanya dimuat di berbagai media. Isbedy juga telah menghasilkan beberapa buku kumpulan puisi.

Catatan:

1 Pada prosesi begawi adat, yang dibolehkan masuk dan ikut dalam perayaan begawi di dalam arena adalah jika lelaki diwajibkan berpakaian adat, yakni celana panjang bersarung setengah di atas lutut dan memakai topi/peci. Jika tidak, hanya berada di luar gelanggang

—yang biasa dibatasi/dipagar

—dan dulu kala, konon yang disampaikan penutur, pagar/pembatas terbuat dari daun telinga.

2 Gunung Batin Malay adalah tiyuh induk, dan Gedung Ratu muasalnya dari tiyuh ini.

3 Kalimat ini dpetik dari baris puisi “Perjalanan Pelaut” karya Isbedy Stiawan ZS (1987)

4 Sastra lisan dalam bentuk syair

5 Muli dalam bahasa Lampung ada perempuan/gadis

6 Mekhanai berarti lelaki/bujang/lajang (bahasa Lampung)

7 Siger adalah hiasan bagi perempuan (muli) Lampung di atas kepalanya. Alat ini sama artinya mahkota, maka tak semabarang dipakai dan diletakkan. Siger semestinya selalau berada di atas. Tetapi perkembangan zaman, kini siger berubah menjadi lambing (ikon) di daerah ini, sehingga (seakan) boleh dipajang di mana saja; di depan toko atau rumah toko, di dinding jalan, dan sebagainya.

8 Kursi untuk mendapatkan gelar dalam adat, kedua jurai sepertinya sepakat menyebut pepadun. Kini, cakak pepadun (naik ke kursi pepadun) bukan saja khusus bagi etnis Lampung (sai batin maupun pepadun), tetapi tamu pemerintah atau pejabat di daerah ini bisa mendapatkan gelar dan duduk di kursi tersebut. 

9 Misalnya seseorang yang hidupnya suka-suka (semaunya, ingin bebas, tidak bisa diatur), maka ia digelari Suttan Seago-ago (sesukanya/semaunya). Ini hanya misal.

10 Tempat merenung Minak Ratu Junjungan ini dinamai Gattaw Cegaguk. Inilah cikalbakal menjadi tiyuh sampai suatu masa karena populasi manusia terus bertambah, berpindahlah ke lahan lain yang tak jauh dari Gattaw Cegaguk itu, yakni Gedung Ratu. Dalam bahasa Lampung, gedung bisa diartikan ranah/wilayah, sedangkan Ratu konon diambil dari puyang pertama orang Gedung Ratu; Minak Ratu Junjungan.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook