ANNIE ERNAUX, PERAIH NOBEL SASTRA 2022

Aktivis Pejuang dalam Karya dan Realitas

Seni Budaya | Minggu, 23 Oktober 2022 - 11:45 WIB

Aktivis Pejuang dalam Karya dan Realitas
Penulis Prancis, Annie Ernaux, yang terpilih sebagai peraih penghargaan Nobel Sastra 2022 oleh Akademi Nobel Swedia, Kamis (6/10/2022) lalu. (NEWYOKER)

Banyak orang terkejut ketika Annie Ernaux dinobatkan sebagai peraih Nobeli Sastra 2022. Banyak yang tak tahu sepak-terjangnya, termasuk peminat sastra di Indonesia karena karya-karya belum ada yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

RIAUPOS.CO - PENULIS asal Prancis, Annie Ernaux, meraih penghargaan Nobel Prize bidang Sastra tahun 2022. Sebuah kejutan, karena nama Annie selama ini tak banyak dibicarakan sebagai orang yang dianggap penting bagi sastra dunia dan masuk dalam daftar calon peraih penghargaan sastra paling bergengsi di dunia tersebut.


Banyak orang menyebut karya fiksinya adalah sebuah autobiografi. “Keberanian dan ketajaman yang dingin” dalam buku-buku yang sebagian besar terkait ingatan pribadi dan ketidaksetaraan sosial/kelas dalam masyarakat, juga gerakan feminisme. Akademi Nobel Swedia mengatakan bahwa Ernaux “secara konsisten dan dari sudut yang berbeda menelisik kehidupan yang ditandai oleh perbedaan yang kuat mengenai gender, bahasa, dan kelas”.

Ernaux adalah perempuan asal Prancis pertama yang memenangkan Nobel Sastra. Dia mengatakan,  kemenangan ini merupakan “tanggung jawab”.  “Saya sangat terkejut. Saya tidak pernah berpikir itu akan menjadi lanskap saya sebagai seorang penulis. Ini adalah tanggung jawab besar. Untuk bersaksi, tidak harus dalam hal tulisan, tetapi untuk bersaksi dengan akurasi dan keadilan dalam kaitannya dengan dunia,” kata Ernaux kepada media Swedia SVT seperti dilansir Reuters.

Dia sebelumnya mengatakan bahwa menulis adalah tindakan politik yang membuka mata soal kesenjangan sosial. “Dan untuk tujuan itu dia (Ernaux, red) menggunakan bahasa sebagai ‘pisau’, begitu dia menyebutnya, untuk merobek selubung imajinasi,” kata Akademi Nobel.

Novel debut Ernaux adalah Les Armoires Vides pada 1974. Dia baru mendapatkan pengakuan internasional setelah Les Années pada 2008 diterjemahkan menjadi The Years pada 2017. Buku itu, menurut Akademi Swedia, adalah proyek paling ambisius yang telah memberinya reputasi internasional dan banyak pengikut serta murid sastra.

Lahir dari keluarga sederhana pedagang grosir dari Normandia di Prancis utara, Ernaux menulis tentang pertentangan kelas dan bagaimana dia berjuang untuk mengadopsi norma dan kebiasaan borjuis Prancis sambil tetap setia pada latar belakang kelas pekerjanya. Sebuah karya adaptasi dari novel Ernaux, Happening, tentang pengalamannya melakukan aborsi ketika itu masih ilegal di Prancis pada 1960-an, memenangkan Golden Lion di Festival Film Venesia (Venice Festival Film) pada 2021.

Akademi  Swedia menyebut,  “narasinya yang terkendali secara klinis” tentang aborsi ilegal dari narator berusia 23 tahun dalam buku itu tetap menjadi mahakarya di antara karya-karyanya. Teks tersebut dikatakan yang sangat jujur, di mana dalam tanda  Annie Arnaux  menambahkan refleksi dengan suara yang sangat jelas, menyapa dirinya sendiri dan pembaca dalam satu aliran yang sama.

Karya Annie Ernaux

Mantan Menteri Kebudayaan Prancis, Roselyne Bachelot, menulis di Twitter bahwa Ernaux adalah “seorang penulis yang telah menempatkan mode autobiografi dengan cara analitis yang dingin di jantung kariernya”.  Bachelot menambahkan, seseorang mungkin tidak setuju dengan pilihan politiknya tetapi seseorang harus memberi hormat pada karya yang kuat dan mengharukan.

Atas kemenangannya ini, Ernaux diganjar hadiah bernilai 10 juta krone Swedia (Rp13,8 miliar). Ernaux pun sejajar dengan para penulis legendaris Prancis yang pernah memenangkan Nobel Sastra, yakni Andre Gide, Albert Camus, dan Jean-Paul Sartre. Ernaux  menjadi wanita ke-17 yang menerima Nobel Sastra, yang telah dianugerahkan kepada 119 penulis sejak hadiah itu ditetapkan pada tahun 1901.

Pengumuman Nobel Sastra 2022 ini menjadi rangkaian hajatan Akademi Swedia sepanjang Oktober 2022. Hadiah yang menandai pencapaian tertinggi bidang sains, sastra, dan perdamaian ini digagas oleh ahli kimia dan insinyur Swedia, Alfred Nobel.

Sebelum pengumuman kemenangan Ernaux, sejumlah pihak memprediksi beberapa nama populer sebagai pemenang yang hampir setiap tahun selalu dibicarakan sebagai “calon terkuat”. Mereka antar lain adalah  Michel Houellebecq (Prancis), yang mendapatkan reputasi internasional lewat novelnya Atomised (1998). Kemudian ada nama Ngugi wa Thiong’o dari Kenya, penyair Kanada Anne Carson, penulis Haruki Murakami dari Jepang, hingga pengarang kontroversial Salman Rushdie.

Rushdie, penulis dan aktivis kebebasan berbicara, kelahiran India, sempat menghabiskan waktu selama bertahun-tahun untuk bersembunyi setelah ulama Iran –yang disampaikan oleh Ayatulloh Khomeini-- menyerukan fatwa soal kematiannya usai penerbitan novel The Satanic Verses (Ayat-Ayat Setan, 1988) yang dinilai menghina Nabi Muhammad SAW.  24 tahun seusai novelnya terbit, ia ditikam dan terluka parah di sebuah festival di New York oleh Hadi Matar, pria asal New Jersey, beberapa waktu lalu.

Sayangnya, hingga kini karya-karya Annie Ernaux belum ada yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Ini membuat banyak orang Indonesia betul-betul masih “buta” dengan karya-karya pejuang feminism ini.

***

ANNIE Ernaux --lahir dengan nama Annie Duchesne-- lahir 1 September 1940 di Lillebonne, Prancis bagian utara. Ia merupakan seorang penulis Prancis yang dikenal dengan memoar fiksi ringannya, yang ditulis dalam bentuk prosa terpisah.  Ernaux lahir dari keluarga kelas pekerja. Orang tuanya kemudian pindah ke Yvetot, Prancis, di mana mereka menjalankan toko kelontong dan kafe. Penghasilan mereka hanya cukup untuk menyekolahkan putri satu-satunya itu ke sekolah menengah Katolik swasta, lantaran saudara perempuannya meninggal sebelum Annie lahir.

Karya Annie Ernaux

Dia kemudian mengingat bahwa pertemuannya dengan siswa lain, yang sebagian besar berasal dari latar belakang kelas menengah, adalah pengalaman malu pertamanya mengenai orang tua dan pengasuhannya yang proletar.

Karyanya memeriksa ingatannya, terkadang meninjau kembali peristiwa-peristiwa dalam karya-karya selanjutnya dan merekonstruksinya, sehingga mengungkapkan kecerdasan genrenya sendiri. Banyak karyanya yang berlatarkan kehidupan pribadinya, seperti aborsi ilegal, pernikahannya yang bermasalah, penurunan ibunya dari Alzheimer, hubungan cintanya selama usia paruh baya, dan pengalamannya dengan kanker.

Seperti di lansir britannica.com, nama “Ernaux” diambil Annie ketika ia menikah dengan Philippe Ernaux pada akhir 1960-an. Dia menjadi ibu dari dua putra, dan dia mulai mengajar bahasa Prancis di sekolah menengah di Annecy, Prancis. Perubahan keadaannya dari seorang putri kelas pekerja menjadi seorang wanita karir kelas menengah yang sudah menikah mengilhami karya pertamanya yang diterbitkan, Les Armoires vides (Cleaned Out, 1974). Di dalamnya, Ernaux menggambarkan kisah fiksi tentang bagaimana pendidikannya menjauhkannya dari orang tuanya serta aborsi ilegal yang dia jalani pada tahun 1964, tak lama sebelum prosedur itu disahkan di Prancis.

Ernaux juga sempat mengeksplorasi ambivalensinya terhadap pernikahannya serta perannya sebagai seorang ibu dalam buku La Femme gelée (A Frozen Woman, 1981). Periode hidupnya ini kemudian diperiksa dalam film dokumenter, Les Années Super 8 (The Super 8 Years, 2022;) yang ia garap bersama salah satu putranya, David Ernaux-Briot.

Dalam film tersebut, Ernaux me­ngenang kisahnya sebagai seorang istri dan ibu muda. Ia mendambakan kebebasan untuk mengeksplorasi karir menulisnya yang berkembang. Ia menyadari bahwa perasaannya dimiliki oleh ribuan wanita yang berjuang setiap hari untuk menerima harapan masyarakat atau mengambil risiko perasaan bersalah untuk mencapai kemerdekaan.

Pada dekade 1990-an, Ernaux menerbitkan karya-karya seperti Passion simple (A Simple Passion, 1991) yang menjadi buku terlaris di Prancis. Karya itu menggambarkan perselingkuhan obsesifnya dengan seorang diplomat yang sudah menikah, bertahun-tahun setelah pernikahannya sendiri berakhir.

Passion Simple dipuji karena kemahirannya dalam menghindari klise yang biasa dari hubungan cinta terlarang dan untuk mengungkap ketegangan antara apa yang diinginkan seseorang dan apa yang dia setujui. Dia juga menulis dengan Marc Marie tentang pengalamannya dengan kanker dalam L’Usage de la photo (The Uses of Photography, 2005;). Pada tahun 2000 Ernaux pensiun dari mengajar dan fokus terutama pada tulisannya.

Les Années yang terbit pada 2008 sering dianggap sebagai mahakarya Ernaux. Tulisannya ini mengisahkan sejarah pribadi dan kolektif Prancis pascaperang. Karir panjang Ernaux mencakup 24 buku yang diterbitkan dan sejumlah esai dan cerita pendek. Karyanya telah diadaptasi ke beberapa film pemenang penghargaan, termasuk L’Evénement (2021) yang memenangkan Singa Emas di Festival Film Venesia 2021 .

***

TIDAK hanya menuliskan pemikirannya tentang ketidakadilan sosial atau politik, Annie Ernaux juga menerjemahkan pikiran-pikirannya itu dalam tindakan langsung. Misalnya, dia mengecam praktik apartheid dan kejahatan Israel terhadap Palestina. Dia juga mendukung pemogokan buruk di Prancis baru-baru ini.

Ernaux juga seorang pendukung perjuangan Palestina dan kampanye Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) untuk melawan Israel. Tahun lalu, Ernaux menulis surat yang berjudul, “Surat menentang apartheid: mendukung perjuangan Palestina untuk dekolonisasi”. Surat itu mengatakan, serangan Israel ke Gaza bukan konflik melainkan tindakan apartheid.

“Israel adalah kekuatan penjajah. Palestina dijajah. Ini bukan konflik, melainkan apartheid,” ujar isi surat itu, dilansir Middle East Monitor, Selasa (11/10/2022).

Pada 2019, Ernaux menunjukkan solidaritas dengan gerakan BDS. Ketika itu Ernaux menandatangani surat yang menyerukan kepada jaringan penyiaran milik negara Prancis untuk tidak menayangkan kontes Eurovision, yang diadakan di Israel.  

Kemudian pada 2018, Ernaux menandatangani surat yang menentang penetapan musim acara budaya oleh pemerintah Prancis dan Israel untuk menandai peringatan 70 tahun pembentukan negara pendudukan. Isi surat itu menyatakan, Israel menggunakan acara budaya untuk menutupi kejahatannya terhadap warga Palestina.

Terkait inflasi yang sekarang terjadi di Prancis yang menyebabkan harga-harga melambung yang membuat ribuan pekerja mogok menuntut perbaikan upah, Annie termasuk yang mengajak masyarakat turun ke jalan memprotes hal itu karena perusahaan-perusahaan mendapatkan keuntungan tak terduga. Mereka menuduh Presiden Emmanuel Macron tidak banyak membantu masyarakat.

“Emmanuel Macron menggunakan inflasi untuk memperlebar kesenjangan kekayaan, untuk mendorong pendapatan modal saat mengabaikan sisanya,” kata 69 penulis, sutradara, dan dosen yang menandatangani ajakan yang dirilis Journal Du Dimanche, Ahad (9/10/2022).

“Ini tentang kehendak politik,” kata teks yang juga ditandatangani Ernaux itu.

Teks tersebut mengatakan pemerintah tidak berbuat cukup dalam mengatasi lonjakan harga energi dan menolak menaikan pajak pada perusahaan yang mendapatkan keuntungan tak terduga karena inflasi tinggi.

Inflasi Prancis yang tajam tahun ini sebagian karena perang di Ukraina, masih paling rendah di antara negara-negara Uni Eropa dalam beberapa bulan terakhir. Pemerintah Prancis menerapkan kebijakan mulai dari membekukan harga bahan bakar sampai subsidi khusus untuk menahan lonjakan harga.

Penandatangan mengajak masyarakat untuk turun ke jalan pada 16 Oktober 2022 lalu. Protes ini digelar gerakan politik La France Insoumise. Gerakan itu mempromosikan demonstrasi sebagai “perlawanan terhadap kenaikan biaya hidup dan tidak adanya tindakan dalam perubahan iklim.” Unjuk rasa digelar saat Macron menghadapi perlawanan dari serikat yang menolak reformasi dana pensiun dan mogok kerja yang mendesak kenaikan upah.***

Laporan HARY B KORIUN, Pekanbaru









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook