Riau sebagai salah satu kawasan geografis yang sangat rentan mengalami dampak dan masalah lingkungan sebenarnya menjadi kawasan yang paling membutuhkan kampanye sastra hijau dari para pegiat sastra. Bencana lingkungan yang terjadi secara berulang tiap tahunnya menggugah nurani kalangan penyair dan sastrawan untuk sama-sama bangkit menyuarakan pemakmuran terhadap alam semesta. Dalam kapasitas apapun kita di tanah yang kita cintai ini, tentunya sangat ingin memberikan kontribusi terbaik bagi masalah-masalah tempatan.
Oleh karena itulah, tema sastra hijau semestinya menjadi salah satu tema yang mendesak, yang harus disuarakan para sastrawan Riau secara khusus. Tanah kita, kita yang tahu. Masalah kita, kitalah yang tahu.
Di sinilah sebenarnya sastra memiliki peran yang sangat strategis untuk membuka panca indera para penikmatnya. Mata yang selama ini terpejam menyaksikan kekejaman tangan-tangan manusia pada lingkungan akan coba kita buka dengan sajian karya-karya hangat yang penuh dengan nilai edukasi.
Kita perlu berterimakasih kepada sastrawan-sastrawan Riau yang secara konsisten menyuarakan tema-tema lingkungan dalam karya-karyanya. Sebut saja kumpulan Cerpen berjudul Ongkak karya Fakhrunnas MA Jabbar menjadi salah satu kumpulan cerpen tema sastra hijau yang memberikan nilai penting bagi pelestarian hutan di Riau. Kampanye sastra hijau di Riau bukan hanya digaungkan pasca terjadinya musibah alam yang tak kita inginkan. Namun seyogyanya secara berkesinambungan hal ini harus digaungkan, disosialisasikan dan diigat-ingatkan kepada para penulis. Utamanya para penulis muda yang bakal mewarisi dunia literasi sastrawan di Riau.***
Nafiah Al Marab, Ketua Forum Lingkar Pena Riau.