PERISA YUSMAR YUSUF

Tahun Baru; Enuma Elis

Seni Budaya | Minggu, 03 Januari 2016 - 00:09 WIB

Manusia purba bergurau dalam drama tahun  yang baru.  Satu di antaranya Babilonia (Bab-ilani atau “gerbang dewa”). Dari titik inilah, menurut keyakinan mereka para dewa turun ke bumi. Ada dua bulan yang selalu dipakai untuk ritual tahun baru dalam tradisi Babilonia; pertama, bulan Tisrit dan kedua, bulan Nisan. Dunia ini diciptakan dalam bulan Tisrit. Kedua bulan ini dikenal sebagai bulan yang basah. Dalam ritual itu, dilibatkan prosesi “libasi” atau ritual penuangan anggur demi penghormatan kepada dewa, yang kemudian menjadi simbolisme hujan. Pada ketika itulah “Pesta Tempat Ibadah” (The Feast of Tabernacles – atau hag hasuk-kot) berlangsung dalam musim hujan yang datang pada tahun itu.

Ihwal ini semacam air Ephipany dalam tradisi Kristen awal. Peringatan tahun baru Babilonia disebut dengan akitu. Perayaan akitu, bisa dilaksanakan pada ketika siang atau malam hari. Durasi waktunya sama pada musim semi (the spring equinox) dalam bulan Nisan. Juga bisa dilaksanakan pada malam dan siang hari dalam durasi yang sama di musim gugur (the autumnal equinox) pada bulan Tisrit. Kata Tisrit itu sendiri berakar kata dari kata surru, yang bermakna “mula” atau “awal”, atau “dini”.


Perayaan itu bak parade puisi tentang alam dan dewa-dewa. Setiap orang menjinjit tangkai puisi masing-masing keluar rumah. Dipertemukan dalam penggenapan bersama dalam sebuah pesta tempat ibadah (dalam satu lokus bersama). Ideologi dan struktur ritualnya sama dengan zaman Sumeria, dan malah disinyalir bahwa sistem akitu, berhubung kait dengan zaman orang Akkadia yang lebih tua. Dalam perayaan ini, juga dirungkai epic penciptaan (enuma elis) dalam konfiguarsi pertarungan antara Marduk dan gergasi laut Tiamat, lalu dari potongan tubuh (Tiamat) kemudian terciptalah  kosmos, dan manusia diciptakan dari darah demon Kingu, sosok makhluk yang dipercaya oleh Tiamat untuk menyimpan “Tablet Nasib”. Pada bangsa Hattite ada kesamaan corak pertarungan yaitu antara dewa taufan Tesup melawan naga Illuyankas, yang juga diperingati dan direaktulaisasi dalam bingkai pesta tahun baru.

Sepanjang sejarah agama-agama dan etnografi, dikenal dua rangkaian upacara periodik dalam satu tahun berjalan; yaitu upacara pengusiran setan, penyakit dan dosa. Kemudian upacara yang dilaksanakan pada jelang dan setelah tahun baru. Ritual pengusiran setan, penyakit dan dosa itu  biasa berlangsung dalam bentuk puasa, penyucian badani, pemurnian, pemadaman api sekaligus penyalaan api, lalu diikuti dengan pengusiran setan dalam moda bebunyian, tangisan, pemukulan daun pintu, diikuti dengan proses pengejaran sekampung dengan bebunyi yang bising dan hullabaloo (tolak bala). Lalu, Sir J.G.Frazer menggenapkan dalam bentuk pengusiran hewan atau bahkan pengusiran manusia (jenis Mamurius Veturius). Segala bentuk pengusiran ini, selalu dibancuh dalam satu sesi besar perayaan, dengan ketepatan periodis -periodical precision- dengan festival tahun baru.










Tuliskan Komentar anda dari account Facebook