Dengan kondisi seperti sekarang, di mana Indoensia tidak mampu meningkatkan tes secara signifikan, harus ada alternatif untuk mencegah penularan. Satu-satunya yang bsia dilakukan adalah mengisolasi orang-orang hasil contact tracing. Bukan isolasi mandiri, melainkan isolasi terpusat di fasilitas pemerintah. setidaknya selama dua pekan.
Dengan isolasi terpusat, pemerintah bisa lebih mudah mengontrol. Bila selama 14 hari itu timbul gejala, bisa langsung dites. Atau bila kapasitas tes sudah meningkat, mereka bisa lebih mudah dijankau untuk giliran tes. Bila mengandalkan isolasi mandiri, justru akan berisiko. ’’Masyarakat kita belum banyak yang punya ruangan sendiri di rumahnya untuk isolasi,’’ tuturnya.
Dengan kondisi tersebut, kontak dekat dengan keluarga sulit terhindarkan. Maka tidak heran mulai banyak kasus satu keluarga tertular Covid-19 bersama. Mereka diduga tertular dari salah satu anggota keluarga yang seharusnya mengisolasi diri.
Pemerintah juga tidak boleh tanggung dalam menjalankan isolasi. Menurut Elina, setiap satu kasus baru, minimal harus ada 25 kontak dia yang diisolasi secara terpusat. Semakin banyak semakin baik. itu meminimalisir potensi kontak mereka dengan orang lain. konsekuensinya, pemerintah harus menyediakan pusat-pusat isolasi di tiap kabupaten/kota yang dijaga petugas 24 jam.
Menurut Elina, harus diakui langkah yang dilakukan pemerintah Indonesia di awal pandemi memang tidak pas. Kebijakan sering berubah. Misalnya yang awalnya melarang mudik lalu mengizinkan dengan syarat.
Bandingkan dengan Cina yang langkahnya terstruktur sejak awal. ’’Mereka mengunci episentrum dari wabahnya,’’ ujar Elina. Yang dikunci hanya Provinsi Hubei, bukan seluruh negara. Ditambah beberapa kota kain yang terlanjur didatangi warga Wuhan untuk pulang kampung saat Imlek. Bukan seluruh negara.
Epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis Miko Wahyono menjelaskan, kasus Indoensia melebihi Cina bukan hal mustahil. Mengingat Cina sudah confirm flat untuk kasus barunya. ”Flat itu artinya, setelah naik, kurvanya sudah datar saat ini,” ungkapnya saat dihubungi, kemarin.
Sementara Indonesia, per harinya, penambahan bisa bertambah hingga ribuan kasus Covid-19 baru. Bahkan, jika penambahan tetap di angka tersebut, bisa-bisa Indonesia menyusul Mesir dan Irak. Pertambahan kasus baru yang kian masif ini, menurut dia, disebabkan oleh beberapa hal.
Pertama, deteksi kasus. Tri menilai, hingga saat ini kemampuan deteksi kasus baru masih rendah. Deteksi baru mencapai 20 ribu per hari. padahal idealnya, minimal deteksi dilakukan 1 dibanding 10 ribu penduduk. ”Sekarang yang diperiksa baru berapa. Kalau 10 ribu per penduduk, berarti 2,6 juta. Deteksi sangat kurang,” tegasnya.
Kedua, isolasi orang yang terkonfirmasi positif Covid-19. Menurutnya, isolasi saat ini masih terbilang buruk. Meski proses karantina di rumah sakit sudah baik, namun isolasi mandiri masih tidak bagus. ”Itu pun hanya diawasi puskesmas tingkat kelurahan atau kecamatan saja,” paparnya.
Begitu juga untuk karantina mereka yang suspect, dulu disebut OTG dan ODP. Ketika hasil dari uji swab belum keluar, merea harusnya diisolasi. Sayangnya, di lapangan, kebanyakan pemantauan dan isolasi baru dilaksanakan ketika hasil positif. Sementara, dalam waktu tersebut mereka banyak yang tidak menjalankan isolasi mandiri. ”Kalau positif baru isolasi beneran, itu juga tidak baik,” ungkap pria yang juga menjabat sebagai Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI tersebut.
Selanjutnya, terkait penerapan social distancing. Dari tiga kategori pembatasan sosial berskala besar (PSBB), Indonesia hanya menerapkan skala sedang cenderung ringan. Bahkan ketika masa transisi sejumlah sektor sudah mulai dibuka, meski masih dilakukan pembatasan. Di DKI Jakarta misalnya, mall sudah resmi dibuka kembali. Begitu pula tempat wisata.
Kendati begitu, dia tak sepakat bila kebijakan tersebut lantaran pemerintah mengarah pada keputusan melakukan herd immunity. Sebab masih ada pembatasan maksimal 50 persen pengunjung. ”Tapi dari keempat hal tersebut, terjadilah penumpukan kasus ini. Kasus meningkat terus,” katanya.