CATATAN PINGGIR KEPARIWISATAAN 7/II

Jangan Terjebak dalam Teknis

Pekanbaru | Selasa, 15 Agustus 2023 - 11:02 WIB

Jangan Terjebak dalam Teknis
Riyono Gede Trisoko

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Pasca Covid-19 ini menjadi refleksi bagi ketahanan bisnis buat semua pelaku usaha dan tidak terkecuali di bidang kepariwisataan.

Nah, bagaimana tidak, kalau berjalan, kita akan melihat bagaimana track bisnis misalnya sebuah hotel  dengan melihat perkembangan perubahan “atribut” dari  fisik pada hotel itu.


Kalau sebuah pusat perbelanjaan misalnya bisa kita lihat bagaimana suasana pusat perbelanjaan itu di luar hari libur atau misalnya bagaimana mereka memanfaatkan “momen atmosferik”, pada bisnis  sebuah restoran, bisa kita lihat bagaimana minat yang terlihat dari perubahan jenis makanan yang disukai, dikafe kita bisa lihat bagaimana dinamika mereka yang kongkow dengan perbandingan antara berapa jumlah menu atau makanan yang dipesan dengan jumlah waktu yang ia gunakan selama di kafe. Sedangkan tempat tempat  wisata barangkali kita bisa lihat bagaimana daya tarik wisata melakukan rekontruksi kembali terhadap venue utamanya.

Memang kesemuanya baik itu hotel, restoran, kafe, biro perjalanan, mal berupaya mereka mempertahankan pelanggan ataupun konsumen yang menjadi urat nadi bisnis mereka, dengan cara rasional. Karena intinya bisnis bukanlah bisnis semata tetapi ada ikatan sosial emosional rasional hingga  representasi kebijakan.

Memahami situasi ini sampai kini menurut penulis menjadi sebuah rahasia sendiri yang harus selalu di eksplor oleh manajemen, oleh pimpinan agar tujuan  bisnis itu bukan hanya  tetap  bertahan, tetap bisa memberi manfaat hingga  mungkin memperluas pasarnya.

Kalau di manaufaktoring maka kita melihat bagaimana sebenarnya kaitan antara cost dengan produk misalnya,  kita beli Bengbeng dulu ukurannya sekian sekarang dengan harga tetap  ternyata ukurannya berbeda hanya saja chasingnya yang tetap sama tetapi isinya berbeda.

Itu adalah pembelajaran yang penting di dalam kita mengemas usaha bisnis kita. Tapi dalam konsep kali ini penulis ingin bercerita atau bersama-sama mengajak kepada semua pembaca berupaya agar kita jangan terjebak kepada sisi teknis saja yang membuat kita abai  tentang bagaimana kita bisa mempertahankan saat terjadinya pergeseran pasar yang semakin tidak terbendungkan karena adanya perubahan-perubahan perilaku.

Dua hal penting yang harus kita perhatikan bersama selaku pemilik usaha adalah pertama pentingnya kita melakukan namanya Rebrand,  adalah sebuah upaya mereposisikan usaha kita, produk kita dibenak konsumen daripada atau dibandingkan dengan pelaku usaha yang sejenis dengan kita. Konsep ini penting untuk kita lakukan karena barangkali bagian yang paling sederhana yang bisa dilakukan di samping pilihan yang lain yaitu melakukan investasi.

Pola-pola ini dapat kita lakukan jika kita mampu dengan memahami akan adanya pergeseran akan siapa peminat kita, siapa yang mengambil keputusan di dalam bidang usaha yang kita lakukan atau siapa penikmat  akhir daripada setiap yang ditawarkan, namun  yang harus kita pahami dalam rebrand ini sebenarnya dalam contoh yang sederhana adalah catatan dari beberapa survei dikatakan yang mengambil keputusan orang berwisata itu cenderung biasanya mak-mak, bukan bapak-bapak meskipun didukung secara akhir bapak-bapak, di kuliner bagaimana, diperhotelan bagaimana demikian yang lain.

Mengapa, sederhananya dalam konsep di bawah sadar, pengambil keputusan selain pekerjaan emak adalah penguasanya. Oleh karenanya rebrand dapat diarahkan kepada customer bukan hanya konsumen, sehingga yang perlu  dilakukan adalah merubah konsep komunikasi produk  yang bisa menjadi pilihan rasa pilihan baru. Masih banyak beberapa contoh akhirnya.

Kemudian yang kedua dilakukan adalah melakukan new value artinya kita memberikan sebuah konsep partisifasi lebih banyak kepada masyarakat tentang  target produk kita kepada orang yang menyukai produk kita agar dia bisa lebih banyak berpartisifasi dengan beberapa model misalnya membuat model momen khusus melalui diskon atau memberikan produk khusus pada hari besar tertentu dan sebagainya.

Konsep new value ini merupakan sebuah strategi pemasaran yang sederhana dikarenakan setiap konsumen akan menjadi influenser yang secara tidak langsung mengenalkankan, menyebarkan  dan mempublikasikan produk yang kita buat dan ini cenderung akan menjadi stori steling sendiri terhadap bisnis karena,  melalui konsep ini pelaku usaha tidak perlu repot membentuk bidang seperti IT ataupun komunikator lainnya sehingga mampu menekan cost  dalam pembiayaan atau operasional.

Melalui kedua konsep yang sederhana ini penulis meyakini kita semua mampu memberikan suatu kajian lebih dalam agar bisa melakukan suatu rejuvinasi sehingga mampu mempengaruhi alam bawah sadar setiap target konsumen hingga customer,  agar  bisa selalu menjadi langganan, bisa menjadi rentensen bagi kegiatan pariwisata baik itu hotel, restoran, biro perjalanan maupun destinasi,  sehingga aktivitas pariwisata tetap berjalan. Karenanya yang perlu kita pahami bersama disini adalah bagaimana kita mencoba untuk mengukur antara berapa pertumbuhan ataupun minat orang berkunjung ke tempat kita baik itu mal dan sebagainya dengan pertumbuhan kesejahteraan dan penambahan jumlah penduduk, mengapa,  karena dengan kita mengetahui konsep ini harapannya adalah  usaha yang kita tekuni akan dapat lebih kita pahami yang akhirnya  akan  memberikan barokah yang lebih bagus. (nto/c)  









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook