Sementara itu, 138 hari sejak kasus pertama muncul awal Maret lalu, kasus Covid-19 di Indonesia akhirnya melanpaui Cina. Negara asal virus corona penyebab pandemi di seluruh dunia. Saat penularan di Cina melandai, Indonesia bahkan belum mencapai puncaknya.
Pekan ketiga Februari lalu Hilyatu Millati Rusdiyah harus merasakan betapa tidak enaknya mendapat stigma. Saat itu dia baru saja tiba di kediamannya di Klaten, Jateng, setelah menjalani karantina dua pekan di Natuna pascadijemput dari Wuhan, Cina. Tidak sedikit orang yang akhirnya tahu bila dia alumni Natuna, lalu menjauh. Khawatir Hilya membawa virus corona dan menulari mereka.
Saat Hilya pulang, belum ada kasus konfirmasi positif Covid-19 di Indonesia yang dilaporkan. Karena kasus pertama di Indonesia baru dilaporkan pada 2 Maret. ’’Sekarang coronanya sudah berdekatan dengan kita, kok nggak takut lagi,’’ ujar Hilya saat berbincang dengan Jawa Pos (JPG), kemarin.
Corona, virus pembawa penyakit Covid-19, kini tidak hanya sekadar dekat dengan kita. Per Sabtu (18/7) sudah ada 84.882 orang yang dilaporkan sebagai kasus positif. Melampaui total kasus positif yang dilaporkan di Cina versi Worldometers sejumlah 83.644. Di saat yang sama, WHO melaporkan kasus di Cina sebanyak 85.857. Dan John Hopkins Coronavirus Research Center melaporkan 85.314.
Dengan perbedaan data global tersebut, kalaupun WHO yang menjadi acuan, maka kemarin catatan kasus di Indonesia dipastikan melebihi Cina. Karena saat ini kasus baru di Cina sudah sangat rendah. Laman coronatracker.com mencatat rata-rata kasus baru di Cina hanya 1-2 digit per hari. tepatnya di bawah 50. Sementara Indonesia sudah mencapai 4 digit alias lebih dari 1.000 per hari sejak 9 Juni.
Meskipun angka kasus positif di Cina terhitung tinggi, masih diimbangi dengan rasio kesembuhan yang cukup tinggi. Yakni mencapai 78,758 orang atau 94,2 persen. Indonesia sendiri masih terus berusaha meningkatkan jumlah kesembuhan dengan 51 persen tingkat kesembuhan atau recovery rate dengan jumlah total 43.268 orang. Itu artinya, separuh pasien positif Covid-19 di Indonesia sembuh dan menyisakan separuh kasus aktif.
Indonesia dan Cina juga mirip dalam hal kasus kematian hingga kini. Cina mencatatkan 4.634 kasus kematian. Sedikit lebih besar dari Indonesia di angka 4.016. Angka fatalitas masih tidak berbeda jauh. Cina 5,5 persen. Sementara Indonesia hanya sedikit lebih rendah yakni 4,7 persen.
Di sisi lain, perkembangan kasus sembuh cukup menggembirakan dalam beberapa waktu terakhir. Prosentase kesembuhan di provinsi-provinsi episentrum Covid-19 rata-rata hampir mengimbangi pertambahan kasus positif. Bahkan lebih besar.
Seperti Jawa Tengah yang mencatatkan 266 kasus baru dengan 235 orang sembuh. Sementara DKI Jakarta mencatatkan 346 orang kasus baru dengan 124 orang sembuh. Sementara Jatim mencatatkan 204 orang kasus baru dan tingkat kesembuhan yang jauh melampauinya, yakni 555 orang.
Hal lain yang cukup menggembirakan adalah kasus konfirmasi positif yang selama ini terdeteksi banyak yang hanya dengan gejalan ringan bahkan tanpa gejala. Jubir Pemerintah untuk Covid-19 Achmad Yurianto mengungkapkan bahwa kasus konfirmasi positif yang tanpa gejala ini tidak lagi dirawat di RS. ”Beberapa daerah sudah membuat isolasi secara kelompok dengan pengawasan yang ketat. Takut (pasien positif tanpa gejalan, red) jadi sumber penularan baru,” jelas Yuri, kemarin.
Mereka yang positif namun tanpa gejala ini rata-rata melakukan isolasi mandiri di rumah. Banyaknya pasien tanpa gejala ini termasuk faktor yang meringankan beban layanan kesehatan di rumah sakit. Berdasarkan laporan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 (Covid-19), hingga saat ini keterisian tempat tidur atau bed occupancy masih berada di angka 50 hingga 55 persen kapasitas.