Rektor Akui Kecolongan
Rektor Universitas Riau Profesor Dr Aras Mulyadi mengakui telah kecolongan adanya aktivitas terduga teroris di kampus yang dipimpinnya. Bahkan, aktivitas meracik bom itu sudah dilakukan sebulan.
“Kami akui kecolongan, karena memang sebelumnya tidak ada yang mencurigakan,” kata Aras usai Deklarasi Menolak Radikalisme di Kampus Unri, Senin (4/6) pagi.
Dia mengakui terdapat beberapa kelemahan peraturan kampus Unri sehingga rawan disusupi oleh terduga teroris. Di antaranya adalah aktivitas mahasiswa yang selama ini kerap menginap di lingkungan kampus.
Ke depan, kata dia, aktivitas serupa akan dievaluasi, termasuk menginap di areal kampus. “Apalagi ada orang luar yang masuk, tapi malah tidak terdata oleh kita. Ini kan masalah. Di sini kecolongannya,” sebut dia.
Dia menyebutkan alasan mengapa ada pihak luar yang bisa beraktivitas di dalam kampus. Menurutnya, alumni itu berada di kampus karena adanya kedekatan dengan junior. “Karena mereka merasa hubungan antara senior dan junior,” ujar Aras.
Pascakejadian tersebut, Aras mengatakan pimpinan kampus serta kemahasiswaan sepakat untuk mengambil beberapa langkah cepat. Di antaranya memperketat penjagaan areal kampus.
“Kami koordinasi dengan seluruh civitas akademik dan lembaga kemahasiswaan untuk mencegah kejadian serupa terulang,” ujarnya.
Selanjutnya, untuk jangka panjang pihaknya akan membenahi perangkat-perangkat peraturan, tata laksana di kampus dan pendampingan berbagai kegiatan. Baik yang dilakukan mahasiswa maupun oleh civitas akademik.
“Kemudian kami juga akan mengontrol penggunaan fasilitas yang ada di kampus. Kami perlu mendata kalau ada warga lain yang masuk ke kampus, apalagi menginap,” ujarnya.
Dirinya berharap beberapa langkah tersebut dapat mencegah terulang kembalinya paparan radikalisme menyusup ke wilayah kampus, terutama di Unri.
Kecam Terorisme
Pihak Unri mengecam aksi terorisme. Kecaman itu dituangkan dalam deklarasi yang dilakukan pada Senin (4/6) pagi. Pernyataan deklarasi itu sendiri dibacakan langsung oleh Aras Mulyadi didampingi oleh seluruh civitas akademika Universitas Riau.
Ada lima poin deklarasi yang dibacakan. Pertama, mengecam keras setiap aksi terorisme, tindakan intoleran, dan penyebaran paham radikal yang membunuh martabat kemanusiaan yang memicu keresahan dan kecurigaan terhadap mahasiswa maupun masyarakat di Riau khususnya, dan masyarakat Indonesia pada umumnya.(dal)