Namun dia tak bisa memastikan apakah itu bom atau hanya petasan. Sebab, setelah mendengarkan itu, dia tak mencari tahu lebih lanjut. Siapa yang berada di sumber bunyi ledakan, dia tak tahu. Saat kejadian itu, dia juga tidak mengetahui di mana keberadaan Z. “Di homestay itu ada saya, Ami, Bang Afni sama Bang Gemal lagi buka,” kata dia.
Soal siapa yang berada di lapangan basket, dia pun tak menghiraukannya. Termasuk keberadaan Z. “Kami nggak tahu juga di mananya. Kalau di luar, kami nggak pernah tahu. Kami punya kesibukan masing-masing kan,” sebut dia.
Dari sumber informasi yang diterima Riau Pos, saat bunyi ledakan itu, ada orang yang melihat Z sedang berada di lokasi itu. Diduga Z sedang melakukan uji coba ledakan bom.
Kabid Humas Polda Riau AKBP Sunarto mengaku, belum mengetahui adanya ledakan di lingkungan kampus Unri sehari sebelum penangkapan itu. Namun, pihak kepolisian akan menanyakan hal tersebut kepada Z. “Nanti kami tanyakan lagi,” ujarnya.
Begitu juga dengan Rektor Unri Prof Aras Mulyadi yang belum mengetahui bahwa pernah ada ledakan diduga bom di lingkungan kampus itu.
“Kami belum dapat informasi itu,” sebutnya singkat.
Pesanan Bom Tak Dipenuhi
Z adalah satu dari tiga terduga teroris yang ditangkap di kampus Unri pada Sabtu (2/6) lalu. Dia diduga memiliki keterkaitan langsung dengan pelaku penyerangan Mapolda Riau beberapa waktu lalu. Di mana, pelaku penyerangan Mapolda Riau itu pernah memesan bom kepadanya. Kata polisi, Z pandai merakit bom. Bahkan, pernah juga menyebar video tutorial pembuatan bom di grup Telegram.
Bom ini dipesan secara langsung oleh Pak Ngah, salah seorang pelaku penyerangan Mapolda Riau yang tewas ditembak polisi. Pak Ngah memesan bom itu sebelum aksi penyerangan tersebut dilancarkan. Bom yang dipesan ini hendaknya akan diledakkan di Mapolda itu.
Tapi, Z tidak memenuhi pesanan tersebut. Alasannya, Z saat itu sedang memiliki agenda lain. Sehingga penyerangan di Mapolda beberapa waktu lalu tidak menggunakan bom. Melainkan hanya menggunakan pedang.