“Ada benang merahnya antara perakit bom (Z, red) dengan pelaku penyerangan Mapolda yaitu Pak Ngah. Pak Ngah ini pernah memesan bom kepada pelaku Z. Namun Z ada agenda lain. Sehingga permintaan itu tidak dipenuhi,” kata Kabid Humas Polda Riau, AKBP Sunarto saat ditemui di Unri, Senin (4/6) pagi.
Sejak pemesanan itu, kata Sunarto, Z diintai oleh polisi. Pergerakannya diwaspadai. Hingga akhirnya dia ditangkap pada Sabtu lalu. “Z diintai sejak pesanan bom oleh Pak Ngah,” katanya.
Hal ini, kata Sunarto, membuktikan bahwa Z memiliki hubungan khusus dengan jaringan teroris. Terkhusus jaringan pelaku penyerangan Mapolda Riau. “Tentunya mereka punya hubungan yang khusus. Dekat begitu. Nggak mungkin nggak dekat kalau sampai memesan bom,” ujarnya.
Diketahui, para pelaku penyerangan Mapolda Riau itu tergabung dalam jaringan Jamaah Ansharud Daulah (JAD). JAD ini sendiri diduga sudah berafiliasi dengan ISIS. Ditengarai, Z juga tergabung dalam JAD ini.
Sunarto juga mengakui bahwa Z sudah tergabung dalam kelompok teroris ini. Hanya saja, dia belum bisa memastikan sejak kapan Z mulai bergabung. “Kalau Z, belum tahu kita dia sudah berapa lama bergabung,” ujarnya.
Z tergabung dalam jaringan itu, salah satunya dibuktikan dengan video yang dimilikinya. Di mana, Z menyimpan video-video berkaitan dengan ajaran-ajaran ISIS. AKBP Sunarto pun membenarkan bahwa Z mengantongi video itu.
Kapolda Riau, Irjen Pol Nandang juga mengakui bahwa Z tergabung dalam kelompok JAD. Bahkan, kata Nandang, bukan Z saja, melainkan dua terduga yang ikut diamankan, juga tergabung dalam kelompok radikal tersebut. Dua orang yang ikut diamankan tersebut yakni D dan K.
“Hasil penyidikan, bahwa tiga ini adalah bagian rangkaian JAD dan rekannya adalah empat orang yang menyerang ke Polda,” sebut Nandang.
Sama dengan pernyataan Sunarto, Kapolda juga mengakui bahwa Pak Ngah pernah memesan bom kepada Z. “Belum sempat dibuatkan, tapi mereka yang empat orang ini (pelaku penyerangan Mapolda), sudah lakukan aksinya,” ujarnya.