“Kalau asosiasi tidak bisa bernegosiasi dengan industri tadi, bisa minta pemerintah untuk memediasi. Karena memang tujuannya agar solar bersubsidi itu memang bisa dipakai oleh masyarakat umum yang lebih berhak,” tegasnya.
Sementara itu Ketua Dewan Pimpinan Cabang Himpunan Swasta Minyak dan Gas (Hiswana Migas) Riau Tuah Laksamana Negara SH mengatakan, pihaknya akan kembali mengingatkan kepada seluruh pengusaha SPBU terkait Surat Edaran Gubernur No 272/SE/DESDM/2021 tanggal 14 Desember 2021 tentang Pengendalian Pendistribusian Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu Jenis Minyak Solar Bersubsidi di Riau
“Kita akan sosialisasikan surat edaran gubernur yang terbaru ini ke seluruh anggota Hiswana yang pengusaha SPBU,” ujarnya.
Dengan surat edaran ini, diharapkan solar bersubsidi lebih tepat sasaran lagi peruntukannya. Surat edaran ini sebagai pegangan bagi para petugas SPBU di lapangan untuk menghindari gesekan dengan konsumen yang tidak berhak.
Antrean Solar Terus Mengular
Di setiap SPBU yang ditemui di sepanjang jalan lintas Pekanbaru hingga perbatasan Riau dengan Sumatera Utara dan Sumatera Barat, tampak antrean panjang kendaraan. Khususnya kendaraan roda empat berukuran besar, seperti truk, mobil boks dan berukuran lebih besar lainnya, mengular di sisi kiri hingga ke tepi jalan lintas. Tujuannya satu, ingin mendapatkan solar bersubsidi.
Kondisi ini sudah terjadi memasuki dua pekan terakhir di wilayah Riau yang disebut-sebut sebagai negeri ‘atas minyak bawah minyak’. Antrean di SPBU untuk mendapatkan solar ini juga seakan tanpa solusi. Sebab masih saja terjadi, khususnya pada waktu-waktu tertentu.
Pantauan Riau Pos, Ahad (13/3), di ruas jalan Pasirpengaraian-Pekanbaru atau sebaliknya. Tampak sopir-sopir truk, bus dan kendaraan bertonase besar pengangkut CPO, sawit dan kerikil serta lainnya tampak mulai berbincang di dekat antrean. Pintu mobil yang terbuka, diselingi bual antarsopir menjadi pemandangan tak asing.
“Dari batas Riau-Sumut sudah begini kemarin. Ini saya arah Dumai, harus menambah waktu perjalanan karena antrean bisa sampai setengah hari,” kata seorang supir truk Momon, yang ditemui Riau Pos di SPBU Ujung Batu, Rokan Hulu, Ahad (13/3) sore.
Bukan saja di SPBU Ujung Batu, pantauan Riau Pos pula, di hampir seluruh pengisian bahan bakar. Antrean kendaraan untuk mendapatkan solar memang tak terhindari. Mulai dari SPBU di sepanjang Rimbo Panjang, hingga melewati lintas Riau-Sumut, ditambahkan Momon memang terjadi antrean.
Disinggung kenapa mengantre solar, dan tidak mengisi pertadex, menurut Momon, sesuai waktu tempuh perjalanan dan biaya bahan bakar. Memang truk yang dibawanya hanya mampu untuk mengisi solar.
“Sesuai biaya saja Pak, kami sopir ini menyesuaikan saja. Tapi lama di jalan jadinya,” keluhnya.
Kondisi antrean solar mengular ini juga terjadi di sepanjang ruas jalan Riau-Sumbar. Seorang sopir pikau asal Pekanbaru Een yang biasa membawa ikan dari Maninjau atau PLTA Koto Panjang. Paham benar kesulitan mengantre solar di sepanjang jalan akan memakan waktu perjalanan lebih lama.
“Jadi, ya kadang cari solar di SPBU dalam kota, tapi ya sama saja dengan perjalanan ngambil ikan, antre panjang juga. Tapi mau bagaimana lagi,” kesalnya.
Baik sopir kendaraan berat yang mengantre, bahkan pengendara kendaraan lain berharap agar kemacetan akibat antrean yang mengular hingga ke ruas jalan utama ini, dapat berakhir. Solusi nyata pemerintah agar kejadian ini tidak berlarut seakan menjadi harapan bersama.
“Apapunlah masalahnya, kami sopir ini cuman berharap bisa normal lagilah. Tidak harus antre sampai berjam-jam begini,” harap Een yang ditemui di salah satu SPBU di Rimbo Panjang, malam tadi.
Macet di Lintas Timur
Antrean panjang di sejumlah SPBU di Jalan Lintas Timur dalam wilayah Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) kembali terjadi pada Ahad (13/3) malam. Akibatnya, arus lalulintas di sekitar SPBU sempat terjadi macet.
Hal ini masih dipicu oleh langkanya bahan bakar minyak jenis bio solar di sejumlah SPBU tersebut. Parahnya lagi, pihak SPBU tidak bisa memastikan kapan datangnya bahan bakar jenis bio solar. Arus lalu lintas yang sempat terjadi macet di Jalan Lintas Timur itu, yakni di SPBU Simpang PT Kencana Amal Tani (KAT) Kecamatan Seberida. Kemudian, di SPBU Belilas Kelurahan Pangkalan Kasai Kecamatan Seberida dan SPBU di Kelurahan Pematang Reba Kecamatan Rengat Barat.
“Penyebab macet itu dikarenakan oleh antrean mobil jenis truk di kiri dan kanan jalan sekitar SPBU. Kemudian mobil yang melintas dari masing-masing arah berlawanan, saling terobos,” ujar Toni salah seorang warga Pekanbaru saat melintas di Jalan Lintas Timur, Ahad (13/3).
Dalam kondisi itu sebutnya, ada satu mobil ambulans dari arah Jambi menuju Pekanbaru juga terjebak macet. Hal itu disebabkan oleh mobil yang ada di depan arah berlawanan sudah saling terobos. Macet yang dialami mobil ambulans berlangsung sekitar 30 menit, setelah beberapa orang warga memandu.
“Untung ada warga yang memandu mobil ambulans,” ungkapnya.
Satuan Lalulintas (Satlantas) Polres Inhu yang mendapat informasi tersebut langsung turun lapangan.
“Anggota sudah berada di lapangan dan macet yang terjadi sudah mulai terurai,” ujar Kapolres Inhu AKBP Bachtiar Alponso SIK MSi melalui Kasat Lantas AKP Rocky Junasmi SIK MH.
Memang sebutnya, di Jalan Lintas Timur yang mengalami macet terutama di sejumlah SPBU, dilakukan buka tutup.
“Buka tutup ini dilakukan, agar macet dapat terurai,” tambahnya.
Kasat Lantas membenarkan, penyebab utama macet panjang tersebut dikarenakan antrean mobil yang akan mengisi bahan bakar minyak.
“Mobil khususnya truk, lagi antre menunggu bahan bakar minyak jenis bio solar. Antrean mobil juga berada di bahu jalan,” terangnya.(nda/epp/egp/kas/sol/ted)
Laporan: TIM RIAU POS (Pekanbaru)