PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Puluhan kendaraan baik truk hingga mobil pribadi mengantre di sejumlah SPBU di Kota Pekanbaru, bahkan antrean sampai ke badan jalan dan menyebabkan kemacetan. Kendaraan-kendaraan tersebut antre untuk mendapatkan BBM subsidi jenis solar.
Melihat kondisi ini, Gubernur Riau Syamsuar meminta agar pemilik mobil mewah tidak ikut antre untuk mengisi BBM bersubsidi. "Kami mengharapkan dukungan dari pengguna kendaraan-kendaraan yang sepantasnya tidak menggunakan BBM bersubsidi agar bersedia menggunakan BBM nonsubsidi," tegas Syamsuar, Selasa (16/7).
Gubri Syamsuar mengingatkan, solar subsidi di Riau saat ini mengalami kelangkaan. "Kita sedang kekurangan energi. Solar ini kan memang di seluruh Indonesia seperti itu (langka). Tapi kami pemerintah sudah mengatur agar tidak terjadi kelangkaan," ujar Syamsuar.
Pemprov Riau akan selalu memonitor perkembangan penggunaan solar subsidi yang tidak sesuai peruntukkannya. Apalagi, pengelola SPBU meloloskan mobil mewah yang mengisi solar subsidi. "Akan terus kami monitor dan awasi, termasuk kalau ada penyalahgunaan dari SPBU," ujar Syamsuar.
Sebelumnya, Pemerintah provinsi (Pemprov) Riau juga sudah mengajukan penambahan kuota BBM kepada pemerintah pusat. Pasalnya, stok kuota BBM yang ada saat ini diprediksi hanya akan cukup hingga September atau paling lama Oktober.
Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Riau SF Hariyanto mengatakan, stok kuota BBM yang diberikan untuk Riau saat ini adalah kuota asumsi keperluan saat kondisi pandemi Covid-19. Karena saat ini kondisi pandemi Covid-19 sudah mulai membaik, stok tersebut diprediksi tidak akan cukup hingga akhir tahun.
"Kami sudah mengajukan untuk penambahan kuota BBM. Karena kuota yang ada saat ini diprediksi hanya akan cukup sampai September, atau paling lama Oktober," katanya.
Tidak cukupnya kuota BBM tersebut, demikian Sekdaprov karena belakangan ini mobilitas masyarakat sudah mulai tinggi. Hal ini karena Covid-19 sudah melandai dan juga perekonomian mulai membaik. ‘’Masyarakat sudah mulai beraktivitas seperti semula sehingga mobilitas tinggi, konsumsi BBM juga meningkat. Mudah-mudahan penambahan kuota BBM segera terealisasi," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Riau Evarefita mengatakan, pihaknya telah mengusulkan penambahan kuota BBM jenis biosolar tahun 2022 sebesar 884.590 kl kepada Badan Pengatur Hilir Minyak Bumi dan Gas (BPH Migas).
Permintaan penambahan kuota BBM solar ini disebabkan adanya pengurangan kuota BBM untuk tahun 2022 sebanyak 3,78 persen atau hanya 794.787 kl dari realisasi BBM tahun 2021 sebesar 825.979 kl. "Kita telah mengusulkan kuota BBM biosolar sebesar 884.590 kl ke BPH Migas untuk memenuhi kebutuhan di Provinsi Riau," kata Evarefita.
Namun kata Evarefita, hingga saat ini permintaan penambahan kuota BBM biosolar di Provinsi Riau belum ada jawaban dari BPH Migas. "Mereka masih menunggu persetujuan. Seperti tahun 2021 itu biasanya mereka akan melakukan perubahan di semester kedua. Mudah-mudahan dengan perubahan itu, permintaan kita dapat dipertimbangkan untuk memberi tambahan kuota biosolar tahun 2022 di Provinsi Riau," harapnya.
Evarefita menyampaikan, jika usulan permintaan penambahan kuota BBM solar Riau tahun 2022 hampir sama dengan realisasi kuota BBM tahun 2021. "Kalau tahun 2021 realisasi BBM solar untuk Riau sebesar 825.979 kl, sedangkan usulan kita 884.590 kl dari kuota yang ditetapkan hanya 794.787 kl," ujarnya.
Antrean Biosolar Sebabkan Kemacetan
Kelangkaan solar ini membuat antrean panjang terjadi di sejumlah SPBU di Pekanbaru dan tak jarang menyebabkan macet. Seperti yang terjadi di SPBU Jalan Tuanku Tambusai Pekanbaru, SPBU Jalan SM Amin Pekanbaru, SPBU Jalan Soekarno-Hatta Pekanbaru, dan lain-lain, Selasa (16/8).
Endra, salah seorang pengendara kendaraan yang menggunakan BBM biosolar mengatakan, hingga saat ini masih terjadi kelangkaan biosolar sehingga membuat kendaraan mengantre panjang di beberapa SPBU yang masih menyediakan biosolar.
"Sampai saat ini masih langka. Kalau pun ada di SPBU itu stoknya terbatas. Kalau mau dapat ya harus datang cepat ke SPBU dan mengantre hingga 1-2 jam. Kalau tidak, bisa kehabisan," ujar Endra.
Ia mengungkapkan, informasi yang didapatnya, pihak Pertamina membatasi jumlah pasokan biosolar ke SPBU sehingga membuat stok BBM biosolar di masing-masing SPBU cepat habis. "Infonya stoknya dibatasi sehingga membuat ketersediaan biosolar di SPBU cepat habis. Biasa setengah hari sudah habis. Itu yang membuat antrean panjang kendaraan di SPBU," terangnya.
Di sisi lain, ia juga mengeluhkan penggunaan aplikasi MyPertamina untuk bisa mendapatkan BBM bersubsidi. Sementara banyak masyarakat kalangan menengah ke bawah tidak menggunakan smartphone. "Kalau seperti kami supir pick up itu jarang yang pakai handphone android. Kami banyak pakai handphone jadul yang cukup untuk menelepon," terangnya.