Marhaban Ya Ramadan. Selamat datang bulan mulia. Betapa bahagianya kita bisa bersua dengan bulan suci ini. Lewat kolom ini saya ingin berbagi pengalaman betapa Ramadan adalah waktu yang sangat baik untuk berdoa. Sebagai seorang pengusaha, jatuh dan bangun dalam berusaha adalah suatu yang kadang tak dapat terelakkan.
Saya mengalami kebangkrutan bisnis pada tahun 2005 sampai 2006 setelah memiliki 36 toko. Suatu hari di tahun 2006, toko terakhir yang menjadi tumpuan untuk kehidupan dan makan kami sekeluarga ditutup paksa oleh sekelompok debt collector yang dikirim oleh kreditur saya, dengan cara digembok dari luar. Saya ingat saat itu bulan Ramadan, sama seperti saat ini.
Kebetulan hari itu saya sekeluarga diundang buka puasa bersama oleh sebuah komunitas dan saya diminta menyampaikan “kultum motivasi” pada acara itu. Awalnya saya menolak untuk memberikan kultum mengingat saya merasa tidak pantas untuk berbagi pengalaman dengan kondisi saya yang lagi bangkrut.
Tetapi terngiang kembali ucapan mentor saya, bahwa kita harus selalu bersedekah, apalagi saat kita dalam kondisi terpuruk. Sedekah itu tidak hanya dengan uang, berbagi ilmu, memberikan motivasi bahkan hanya tersenyum itu juga sedekah. Akhirnya saya pun melakukannya, memutuskan tetap mau berbagi.
Saat toko ditutup paksa itu siang hari, istri saya menangis dan menolak untuk ikut hadir pada acara buka bersama. Dia menangis karena khawatir dengan biaya kehidupan dan makan kami sehari-hari berikutnya. Namun saya ngotot tetap mengajak keluarga saya, karena saya tidak ingin istri saya terus menangis di rumah.
Saat saya memberikan kultum motivasi di saat sebelum berbuka, saya melihat istri saya berusaha menutup matanya yang sudah sembab meleleh kembali. Saya berusaha sekuatnya untuk menahan jangan sampai menangis, walaupun akhirnya air mata saya juga berjatuhan di pipi. Saat itu tentu saja saya tidak menceritakan kondisi terakhir ketika toko saya ditutup.
Saya pernah diingatkan oleh mentor saya, “Kamu kan tidak perlu cerita pada semua orang tentang kondisi Kamu, apalagi saat Kamu sedekah ilmu pada orang lain.” Sore itu saya memberikan motivasi jangan pernah menyerah di saat kita gagal. Namun motivasi itu, jujur, lebih saya arahkan pada diri saya sendiri, dan saya kembali tidak dapat menahan air mata saya. Terbawa suasana saya, ada beberapa orang yang ikut terisak dan menangis. Namun saat itu saya merasakan suatu hal yang sangat luar biasa terjadi pada diri saya. Saya merasakan sangat-sangat bersemangat. Saya bertekad untuk tidak mau menyerah. Saya bertekad untuk bangkit dan tidak akan mau mundur, tidak mau sejengkal pun untuk mundur. Sebelumnya saya memang pernah terniat untuk berhenti berbisnis dan balik ke dunia kerja lagi. Pada hari itu saya putuskan, jembatan yang sudah saya lewati saya “bakar”, sehingga tidak ada pilihan untuk kembali ke belakang.
Ternyata memberi motivasi bagi orang lain itu, luar biasa dampaknya bagi diri kita sendiri, walaupun kita dalam kondisi terpuruk dan juga butuh motivasi. Sama seperti sedekah yang lain, walaupun tujuannya membantu dan memberi manfaat bagi orang lain, tetapi juga memberi manfaat buat si pemberi sedekah. Saat memberi motivasi, kita pun ikut termotivasi bahkan dalam kadar yang lebih tinggi.
Apalagi kultum yang saya sampaikan itu menjelang waktu berbuka. Berdoa saat di bulan puasa tidak terhalang untuk dikabulkan oleh Allah. Apalagi menjelang berbuka, yang merupakan waktu yang sangat mustajab dalam berdoa. Doa yang dilakukan bersama-sama. Awalnya hanya beberapa orang yang menangis, kemudian menular dan sebagian besar menangis. Jadilah doa yang disertai tangisan.
Setelah buka dan doa bersama itu, saya menjadi lebih yakin kalau saya akan bisa bangkit. Kegagalan ini hanyalah proses ujian untuk kenaikan kelas, menuju tingkat yang lebih tinggi. Keyakinan bahwa Allah adalah seperti prasangka hamba-Nya. Sedekah menjadi amalan yang selalu saya lakukan di setiap kesempatan, walaupun hanya dengan menyesuaikan kemampuan saat itu, termasuk sedekah berbagi dengan ilmu dan motivasi bagi orang lain.
Akhirnya pada awal tahun 2007 saya mampu bangkit dengan membuka Idolmart cabang pertama. Awal 2008 saya buka cabang yang kedua dan terus berlanjut. Alhamdulillah saat ini Idolmart sudah 125 cabang yang tersebar di Pulau Jawa. Doa adalah senjata. Doa adalah kekuatan. Mari terus lantunkan doa-doa kita dengan prasangka baik yang tidak pernah putus kepada-Nya.***
Wan Muhammad Hasyim, Owner Idolmart dan Ketua IKA Universitas Riau