ALVI PURWANTIE ALWIE (DEKAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNRI)

Manajemen Diri di Ramadan dan Pemberdayaan Umat

Petuah Ramadan | Senin, 10 April 2023 - 11:32 WIB

Manajemen Diri di Ramadan dan Pemberdayaan Umat
Alvi Purwantie Alwie (Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unri) (ISTIMEWA)

Manajemen bermakna pengelolaan, pengaturan, pengendalian, atau kontrol. Sedangkan manajemen diri bisa kita maknakan sebagai cara kita mengelola, mengatur, mengendalikan, dan atau mengontrol diri kita. Jika dikaitkan dengan bulan paling mulia yaitu bulan Ramadan, tentu saja kita memaknai betapa pentingnya manajemen diri di bulan Ramadan. Hasilnya ketika Ramadan berlalu kita benar-benar mendapat berkah dan kemuliaan yang membersamai bulan mulia ini.

Pengertian manajemen sebenarnya sangat luas. Penerapannya juga bisa untuk berbagai tujuan, termasuk tujuan diri kita sebagai umat muslim dalam kontek bulan Ramadan tentunya. Bisa dikatakan manajemen adalah mengandung unsur perencanaan, pengaturan, pelaksanaan, tujuan yang ingin dicapai, dan juga pelaksana manajemen yang berupa individu/diri atau kelompok/organisasi. Dengan demikian, manajemen adalah sebuah seni mengatur dan merencanakan sesuatu guna mencapai sebuah tujuan umat muslim di bulan Ramadan.


Karena manajemen diri Ramadan memiliki fungsi merencanakan, mengorganisasikan, mengontrol, serta menyusun sumber daya diri kemudian menggerakkan dan mengendalikan sumber daya diri yang dimiliki secara efisien dan efektif dalam jangka waktu terbatas (Ramadan), maka diperlukan pemikiran strategis bagaimana kita memperbesar manfaat dan tentu juga nilai ibadahnya dari sumber daya yang kita miliki.

Merujuk pada fungsi perencanaan, tentu saja kita harus merencanakan Ramadan dengan baik, ada target yang akan dicapai. Pada fungsi pengorganisasian, tentu kita harus mengorganisasikan Ramadan dengan terstruktur hingga target kita melaksanakan puasa, Salat Tarawih, zakat, dan berbagi, serta tilawah Al-Qur’an dapat tercapai.

Hal itu adalah bagian penting dari organisasi Ramadan, termasuk untuk mencapai keberkahan malam 1.000 bulan yang hanya ada sekali dalam setahun, dilipatkan ganda amal sama dengan 83 tahun 4 bulan. Laksanakan semua amaliah Ramadan dengan sungguh-sungguh karena iman dan menjaga kualitas amalnya.

Sesuai kata Nabi: ‘’man qoma romadhona imanan wahtisaban ghofiro lahu ma taqoddama min dzambihi’’. Yang artinya: siapa yang menegakkan Ramadan dengan iman dan menjaga kualitasnya (perhitungan), maka diampunkan dosanya yang telah berlalu.

Tentu pada fungsi kontrol atau pengawasan, kita lakukan pengawasan diri  dengan baik, kontrol semua amal untuk mencapai target yang telah direncanakan selama bulan mulia ini.

Lalu apa hubungannya dengan pemberdayaan ekonomi umat? Secara social, bulan Ramadan kewajiban zakat sebagai salah satu fungsi pengorganisasian dalam manajemen diri Ramadan. Tentu kita harus mengorganisasikan Ramadan dengan terstruktur hingga bisa berjalan dengan baik dan benar, serta diharapkan menjadi momentum untuk membangkitkan kesadaran umat Islam (kelompok sosial) untuk membayar kewajiban zakat.

Puasa akan meningkatkan kepekaan sosial dan kepedulian kita dengan sesame. Dalam kondisi lapar orang akan lebih peka terhadap kondisi saudara dan tetangga yang kurang mampu dan keinginan membantu akan lebih besar. Kepedulian terhadap sesama ini dapat kita lihat dari maraknya pembagian takjil dan buka di jalanan.

Untuk memaksimalkan potensi zakat, infak, dan sedekah (ziswaf) umat dalam bulan Ramadan ini, perlu  dilakukan dengan langkah-langkah strategis oleh banyak pihak agar sumber daya ini menjadi efisien dalam pengelolaan dan efektif dalam kemanfaatan,  di antaranya : Pertama, perlunya dilakukan sosialisasi dan edukasi terhadap masyarakat akan pentingnya ziswaf bagi kepentingan pemberdayaan masyarakat.

Peran para ulama dan tokoh masyarakat  dalam menjelaskan dan memotivasi umat untuk menunaikan kewajiban agama atas harta-harta yang dimiliki. Kedua, perlu penguatan lembaga pengelola ziswaf agar mampu memanfaatkan dana umat untuk hal hal yang produktif, sehingga mampu memberdayakan lebih banyak orang.

Pemanfaatan bisa untuk konsumtif bagi mereka mereka yang sangat memerlukan untuk makan sehari-hari. Juga untuk pemanfaatan produktif dengan cara memberi pelatihan dan modal kerja bagi para wirausaha kecil yang ingin membuat atau mengembangkan usaha sehingga diharapkan mampu menjadi muzaki.

Ketiga, perlu adanya sinergi antara lembaga ziswaf dengan masjid, pesantren, dan lembaga swadaya masyarakat. Dan bisa diperluas ke entitas lainnya yang memiliki tujuan yang sama seperti perguruan tinggi, perangkat pemerintah yang memiliki urusan pemberdayaan dan lainnya untuk menentukan langkah pemberdayaan yang tepat sasaran serta menyiapkan kader-kader yang peduli umat.  Semoga Ramadan tahun ini menjadi momentum meningkatnya kualitas manajemen diri dan implikasinya pada kebangkitan ekonomi umat.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook