HARY B KORIUN

Allende (2)

Perca | Minggu, 30 Juli 2023 - 10:58 WIB

Allende (2)
Hary B Koriun (RIAU POS)

ISABEL Allende lahir di Lima, Peru, tahun 1942, namun berdarah Cili, tumbuh dan dewasa di negeri itu. Dia pernah bekerja sebagai wartawan, pembawa acara televisi, penulis skenario film, dan buku anak-anak. Dia meninggalkan Cili setelah Salvador Allende dibunuh dalam sebuah kudeta berdarah tahun 1974. Dia kemudian bekerja di Venezuela dari tahun 1975 hingga 1984, sebelum kemudian memilih tinggal dan menetap di Amerika Serikat bersama sang suami, Willie Gordon, hingga kini.

Setelah debut The House of the Spirits yang sukses, Isabel mengikuti aturan mulai menulis semua buku-bukunya pada tanggal 8 Januari. Alasannya sederhana. “Pada 8 Januari 1981, saya tinggal di Venezuela dan saya menerima panggilan telepon dari nenek tercinta yang sedang sekarat. Saya mulai menulis surat untuknya yang kemudian menjadi novel pertama saya, The House of The Spirits. Sungguh sebuah buku yang sangat beruntung dari awal, dan saya akan selalu memulai menulis dari keberuntungan itu,” katanya seperti ditulis dalam situs pribadinya.

Baca Juga : Pers Bebas

Selain The House of The Spirits, beberapa novel Isabel yang lain yang juga mendapat apresiasi tinggi antara lain De amor y sombras (1984, diterjemahkan ke bahasa Inggris tahun 1987 menjadi Of Love and Shadows [tahun 1994 difilmkan oleh sutradara Betty Kaplan, dibintangi oleh Antonio Banderas dan Jenifer Connelly, bercerita tentang sepasang jurnalis muda yang melakukan investigasi terhadap kasus menghilangnya seorang gadis muda yang diculik oleh militer dan menggambarkan Cili di bawah tirani Jendral Augusto Pinochet]); Cuentos de Eva Luna (1989, edisi bahasa Inggris, Stories of Eva Luna [1991]); El Plan Infinto (1991, diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan judul The Infinite Plan [1993]); Hija de la Fortuna yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan judul Daughter of Fortune (1999), dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Putri Keberuntungan (Gramedia Pustaka Utama, Desember 2009); serta Retrato en Sepia (Portrait in Sepia, Mei 2001).

Cerita The House of The Spirits dimulai dengan keluarga Del Valle, berfokus pada Clara dan Rosa. Putri bungsu, Clara del Valle, memiliki kekuatan paranormal dan menyimpan buku harian rinci dalam hidupnya. Menggunakan kekuatannya, Clara memprediksi kematian-kematian dan masa depan dalam keluarga. Tak lama setelah itu, sang kakak, Rosa, meninggal karena diracun. Dari sinilah kisah panjang ini dimulai. Tunangan Rosa, seorang penambang miskin bernama Esteban Trueba, merasa hancur dengan kematian Rosa dan berusaha menyembuhkan patah hati dengan mengabdikan diri  di tanah pertanian Las Tres Maria. Dia cepat memperoleh simpati dari para petani. Sebagai tuan tanah, dia terkenal keras, tangan besi, egois dan memiliki tingkah aneh karena stres tinggi: suka memperkosa Perempuan, terutama para budak yang bekerja di tanah pertaniannya, dengan sesuka hati. Dan korban pertamanya Pancha García, ibu Esteban García, yang kelak akan menjadi sumber malapetaka keluarganya.

Setelah kematian ibunya, Esteban memutuskan  memenuhi keinginannya untuk menikah dan memiliki anak yang sah. Dia pergi ke keluarga Del Valle lagi untuk meminang Clara. Clara menerima lamaran itu --dia sendiri telah meramal pertunangannya itu dua bulan sebelumnya. Selama masa pertunangan mereka, Esteban membangun apa yang orang sebut sebagai “rumah besar di sudut jalan”, sebuah rumah besar di kota tempat keluarga Trueba akan hidup selama beberapa generasi.

Setelah pernikahan mereka, adik Esteban, Férula, datang dan tinggal bersama mereka. Férula sangat perhatian kepada Clara, dan saking dekatnya membuat Esteban cemburu dan marah, dan kemudian mengusir Férula keluar rumah. Ferula marah dan mengutuk Esteban, bahwa tubuh dan jiwa Esteban akan menyusut dan kering, serta akan mati seperti anjing. Meskipun tak menerima perlakuan Esteban terhadap adiknya sendiri, Clara tetap memperlihatkan jiwa yang tenang, teduh, penuh senyum dan cinta.

Baca Juga : Al azhar (2)

Clara melahirkan anak perempuan bernama Blanca dan anak laki-laki kembar Jaime dan Nicolás. Saat musim panas, mereka tinggal di Tres Maria. Di sana, Blanca kecil berkenalan dengan Pedro Tercero, anak dari mandor ayahnya. Di belakang Esteban, keduanya saling mencintai dan akhirnya menjadi sepasang kekasih. Setelah gempa bumi yang menghancurkan sebagian Santiago, Esteban membawa keluarganya pindah permanen ke Las Tres Maria. Clara menghabiskan waktunya untuk mengajar dan membantu anak-anak petani, sedangkan Blanca dikirim ke sekolah biara, dan anak laki-laki kembar kembali ke sekolah asrama Inggris, yang keduanya terletak di kota. Di sekolah, Blanca pura-pura sakit sehingga harus dibawa pulang ke Las Tres Maria, di mana dia bisa bertemu dengan Pedro Tercero. Dia hanya ingin bertemu dengan Pedro.

Esteban akhirnya memergoki Blanca dan Pedro yang sedang bercinta di tanah pertanian di suatu malam, dan dengan marah memukuli Blanca dengan cambuk. Clara yang datang melerai dan mengatakan tindakan suaminya sudah di luar batas, malah ditampar oleh Esteban hingga giginya tanggal. Clara kemudian memutuskan untuk tidak pernah bicara dengan Esteban lagi, dan membawa Blanca yang hamil muda pindah ke kota. Esteban marah dan kesepian, menyalahkan Pedro Tercero, dan menyiksanya dengan memotong tiga jari Pedro. Blanca kemudian dinikahkan dengan lelaki berdarah Prancis, Jean de Satigny, meskipun cintanya hanya untuk Pedro.

Tak tahan kesepian di tanah pertanian, Esteban Trueba akhirnya menyusul Clara ke rumahnya di Santiago, namun dia masih sering pergi ke Tres Maria. Clara tetap tak mau bicara dengannya, Blanca juga tak akrab dengannya dan sibuk dengan idealismenya sebagai aktivis gerakan marxisme, di mana Pedro terlibat di dalamnya. Hanya Alba kecil yang dekat dengannya. Seiring dengan waktu, Esteban terpilih menjadi senator untuk Partai Konservatif, yang kelak di kemudian hari kalah dalam pemilu. Kekalahannya itu membuat Clara kasihan dan mulai berbicara dengannya. Beberapa tahun kemudian, Clara meninggal secara damai dan Esteban sangat sedih, sama sedihnya seperti ketika Rosa mati sebelum mereka menikah.

Hidup tak bahagia, Blanca memilih berpisah dengan Jean de Satigny, dan  harus mengalami kehidupan yang miskin dengan penghasilan yang kecil sebagai menjual tembikar. Dia hidup bersama anak-anak kelas bawah, anak-anak cacat mental, dan menemukan kembali Pedro Tercero yang sekarang menjadi penyair dan tetap aktif dalam gerakan revolusioner marxis.***

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook