KOLOM HARY B KORIUN

Munich, Paris

Perca | Kamis, 26 November 2015 - 14:06 WIB

Munich, Paris

Kalangan muslim dunia mengecam keras.  “Mereka yang menyerang Paris itu tak mengerti Islam. Islam tidak begitu,” ujar gelandang Napoli asal Maroko, Omar El Kaddouri. “Mereka tidak ada hubungannya dengan Islam dan kami orang muslim! Mereka orang yang menyebarkan pesan rasisme terhadap seluruh umat Islam di dunia ini mungkin tidak mengerti apa-apa soal Islam dengan sebenarnya,” tegas El kaddouri lagi.

Serangan ini membuat Prancis marah. Presiden Francois Hollande langsung memerintahkan keamanan diperketat di semua titik penting. Hollande juga langsung memerintahkan operasi pengejaran terhadap orang-orang yang dicurigai. Dan dalam beberapa hari setelah itu, beberapa kali penggrebekan dilakukan dan memakan korban. “Dendam” Hollande nampaknya sudah sampai ke ubun-ubun. Serangan terhadap ISIS di Suriah juga terus ditingkatkan.

Apa yang dilakukan oleh Prancis ini, mirip yang dilakukan Israel setelah peristiwa Munich 1972: secara membabi-buta melakukan pengejaran terhadap orang-orang yang dicurigai. Jika ini sebuah dendam, Hollande harus mengendalikannya. Karena dendam tak akan menyelesaikan masalah. Seperti serangan di Munich, yang kemudian disadari oleh “tokoh” Avner, bahwa sebuah dendam akan melahirkan dendam yang lain. Darah yang tumpah hanya akan menumpahkan darah yang lain.

Serangan terhadap Paris harus dikutuk, tetapi, pikiran jernih harus terus dijaga. Benar bahwa penduduk Prancis dan negara-negara lainnya yang memiliki komunitas Islam cuku besar seperti Belgia atau Jerman, berada dalam ketakutan luar biasa. Sebab, serangan terhadap Paris, adalah serangan terhadap jantungnya Eropa. Serangan ini juga mengkhawatirkan karena Prancis akan menjadi tuan rumah Piala Eropa (Euro) 2016 tahun depan.

Namun, sekali lagi, ISIS dan organisasi radikal lainnya yang melakukan teror terhadap kemanusiaan, bukanlah wajah dari Islam. Ajaran Islam selalu menawarkan jalan kebaikan. Dan dengan jalan kebaikan itulah mestinya masalah ini dicari titik penyelesaiannya. ISIS memang biang teror yang menakutkan dan itu harus dihancurkan. Sayangnya, dengan membawa kata Islamic dalam ISIS, seolah-olah itu identik dengan Islam.

Kita semua setuju, teror adalah teror, dan tak ada hubungannya dengan agama. Agama dibawa dalam aksi teror hanyalah untuk menghancurkan agama itu sendiri. Lalu apakah kita percaya bahwa orang itu, kelompok itu, adalah kelompok  orang-orang yang memahami agama? Tidak! Tidak ada agama yang menganjurkan untuk menghancurkan nilai-nilai kemanusian.@harybkoriun

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook