SETELAH KAA 1955 BANDUNG

Indonesia Perjuangkan Dua Peninggalan Bung Karno Jadi Memory Of The World

Nasional | Rabu, 18 April 2018 - 17:05 WIB

Indonesia Perjuangkan Dua Peninggalan Bung Karno Jadi Memory Of The World
Megawati Soekarnoputri. (JPG)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Pidato Presiden Soekarno di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan arsip Gerakan Non Blok (GNB) saat ini sedang diperjuangkan agar ditetapkan sebagai Memory of The World di 2019.

Adapun Indonesia menggalang dukungan itu bersempena pameran arsip Konferensi Asia Afrika (KAA) dan peluncuran buku Pidato 29 Pemimpin Asia Afrika di KAA 1955 di Auditorium Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta.

Baca Juga :Pertemuan Darurat DK PBB, Rusia dan Korea Utara vs Amerika dan Sekutunya

Megawati yang menjadi pembicara kunci menyampaikan, satu abad lalu tepatnya abad 20, ada sejumlah peristiwa penting dalam sejarah peradaban manusia. Pertama, KAA  1955 di Bandung. Kedua, pidato Bung Karno di Sidang Umum PBB XV 1960.

"KAA yang diikuti oleh 200 delegasi dari 29 negara menghasilkan sebuah komunike akhir yang sangat bersejarah, yaitu Dasa Sila Bandung," ucapnya, Selasa (17/4/2018).

"Saya berusia 8 tahun saat Konferensi Asia-Afrika (KAA) 1955, berusia 13 tahun saat Pidato Bung Karno di PBB 1960, berusia 14 tahun saat Gerakan Non-Blok Pertama diadakan di Beograd 1961. Saya adalah delegasi termuda," tuturnya.

Hanya 10 tahun setelah KAA berlangsung, sambungnya, ada 41 negara yang memproklamasikan kemerdekaannya di Asia dan Afrika.

"Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak dan juga kepada UNESCO yang telah menetapkan arsip KAA sebagai Memory of The World pada 9 Oktober 2015," jelasnya.

Dia menyebut, saat arsip KAA diakui sebagai Memory of The World oleh UNESCO, arsip Pidato Bung Karno di Sidang Umum PBB dan Arsip GNB Pertama, sangat layak pula dijadikan Memory of The World.

"Jelas bukan hanya Indonesia, tetapi dunia, membutuhkan Arsip KAA, Arsip Pidato Bung Karno di PBB dan Arsip GNB Pertama sebagai ingatan kolektif. Goresan dari tiga tinta emas abad 20 tersebut, merupakan bekal setiap bangsa untuk menata kehidupan yang lebih baik di masa depan," paparnya.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook