GAZA CITY (RIAUPOS.CO) - Tekanan terhadap Israel terus menguat. Senin (18/12), Dewan Keamanan (DK) PBB kembali menggelar voting (pemungutan suara) mengenai resolusi baru yang menyerukan gencatan senjata sedini mungkin dan berkelanjutan. Tujuannya agar pengiriman bantuan kemanusiaan melalui darat, laut, dan udara bisa segera disalurkan.
Resolusi baru yang dirancang oleh Uni Emirat Arab (UEA) itu juga mendukung solusi dua negara (two state solution). Langkah tersebut praktis memberikan tekanan pada AS untuk tidak lagi melindungi Israel dengan menggunakan hak vetonya.
DK PBB beranggotakan 15 negara, yaitu 5 anggota tetap yang memiliki hak veto dan 10 anggota tidak tetap. Pada voting sebelumnya, AS satu-satunya yang menolak resolusi gencatan senjata di Gaza demi mendukung Israel.
Keputusan tersebut dilakukan ketika sekutu-sekutu utama Israel mulai menunjukkan ketidaksabaran terhadap negara yang dipimpin Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu tersebut. Prancis, Inggris dan Jerman telah bergabung dalam seruan global untuk gencatan senjata. Pengunjuk rasa di Israel juga menuntut Netanyahu meluncurkan kembali perundingan penyanderaan, setelah pasukan pertahanan Israel (IDF) keliru membunuh tiga sandera yang mengibarkan bendera putih.
Direktur CIA Bill Burns akan bertemu dengan Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani dan Direktur lembaga intelijen Israel, Mossad, David Barnea di Warsawa. Pertemuan tersebut untuk membahas kemungkinan kesepakatan baru untuk menjamin pembebasan sandera Israel yang ditahan oleh Hamas di Gaza.
Sementara itu, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin tiba di Tel Aviv kemarin. Kunjungannya terjadi di tengah keretakan relasi antara Presiden AS Joe Biden dengan Netanyahu perihal korban sipil di Gaza. Dia rencananya akan bertemu dengan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant. Austin meminta penjelasan Israel terhadap aksi mereka di Gaza.
Serangan IDF di Gaza kemarin menewaskan ratusan warga sipil. Irjen Kementerian Kesehatan Gaza Munir Al-Bursh mengungkapkan setidaknya 110 orang tewas dan puluhan lainnya terluka dalam serangan di Jabalia selama 24 jam terakhir. Sebuah video yang direkam Al-Bursh dan dikirim ke CNN menunjukkan sembilan anak tewas tergeletak di tanah. Empat diantaranya terbungkus kain putih dengan nama mereka tertulis di kain tersebut.
Ahad (17/12) IDF menjatuhkan bom di bangsal bersalin RS Nasser, Khan Younis. Direktur Umum RS Nasser Dr Mohamed Zakout mengungkapkan bahwa bom IDF menembus langit-langit RS dan langsung mengenai gadis kecil bernama Donia Abu Mohsen. ’’Kepalanya hancur dan darahnya berceceran di dinding seperti yang Anda lihat. Ini adalah kejahatan yang brutal,’’ ujarnya.
Orang tua dan dua saudara lelaki Donia meninggal dalam serangan sebelumnya. Donia sendiri dirawat dengan kedua kaki diamputasi. Gadis kecil itu kini menyusul seluruh anggota keluarganya. ’’Musuh (IDF, Red) tidak mengatakan apa pun sebelum menyerang kami,’’ ujar Dr Zakout.
Serangan Israel telah menewaskan lebih dari 19 ribu penduduk Gaza. Perempuan dan anak-anak mendominasi angka yang tewas. Di sisi lain, IDF kemarin menunjukkan terowongan yang mereka temukan di Gaza. Terowongan yang diklaim milik Hamas itu memiliki pintu masuk di dekat perlintasan Eraz.
Human Right Watch (HRW) di lain pihak mengatakan bahwa militer Israel dengan sengaja menghalangi pengiriman air, makanan dan bahan bakar. Mereka juga menghancurkan lahan pertanian dan merampas barang-barang yang dibutuhkan 2,3 juta orang di Gaza untuk bertahan hidup.
’’Pemerintah Israel menggunakan kelaparan warga sipil sebagai metode peperangan di wilayah Jalur Gaza yang diduduki. Para pemimpin dunia harus bersuara menentang kejahatan perang yang menjijikkan ini,’’ bunyi laporan HRW.(sha/bay/jpg)