Kisah Pilu Anak-Anak di Gaza Akibat Serangan Israel, Mereka Terpaksa Diberi Obat Penenang

Internasional | Sabtu, 30 Desember 2023 - 14:05 WIB

Kisah Pilu Anak-Anak di Gaza Akibat Serangan Israel, Mereka Terpaksa Diberi Obat Penenang
Penderitaan anak-anak di Gaza akibat serangan israel. (X SEAN CASEY)

GAZA (RIAUPOS.CO) - Staf Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengunjungi sebuah rumah sakit di Gaza yang merawat korban akibat serangan mematikan di sebuah kamp pengungsian. Di sana, para staf turut mendengar cerita menyedihkan tentang seluruh keluarga yang terbunuh dan melihat anak-anak sekarat.

Dari informasi yang dihimpun, sekitar 100 orang dibawa ke rumah sakit Al Aqsa untuk mendapat perawatan seadanya, dan banyak diantaranya adalah anak-anak. Meski demikian, semua korban membutuhkan perawatan segera karena luka serius akibat serangan Israel.


Dilansir dari media X milik Sean Casey selaku Koordinator Tim Medis Darurat dari WHO, pada Jumat (29/12), ia menggambarkan para dokter memberikan pereda nyeri kepada seorang anak laki-laki berusia sembilan tahun yang terluka parah bernama Ahmed.

"Dia dirawat dengan obat penenang untuk meringankan penderitaannya saat dia meninggal," ujar Casey dalam videonya di X.

Ahmed mengalami luka serius tatkala bangunan di sekitar tempat penampungannya meledak.

"Dia sedang menyeberang jalan di depan tempat penampungan tempat keluarganya tinggal dan bangunan di sampingnya meledak," tambahnya

Anak yang malang tersebut terkena pecahan peluru dan puing-puing bangunan yang meledak. Saat ini, bagian otaknya terbuka, seperti banyak kasus yang terjadi di Gaza sejak serangn Israel dilayangkan. Tidak ada dokter yang memiliki kapasitas untuk menangani kasus-kasus neurologis yang kompleks.

Meskipun Rumah Sakit Al Aqsa memiliki persediaan medis dan bahan bakar untuk menjalankan generator. Casey menegaskan bahwa fasilitas tersebut menerima lebih banyak pasien daripada kapasitas tempat tidur dan staff yang dapat menanganinya. Hal tersebut membuat banyak pasien yang terluka tidak dapat bertahan menunggu perawatan.

"Kami melihat hampir hanya kasus trauma yang muncul, dan pada skala yang cukup sulit dipercaya. Ini adalah pertumpahan darah seperti yang kami katakan sebelumnya, ini adalah pembantaian yang kejam," tutupnya.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook