NEW YORK (RIAUPOS.CO) - Pertemuan darurat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) pada Selasa (19/12/2023) sempat terjadi bentrok perdebatan antara Rusia, Korea Utara melawan Amerika Serikat (AS), Korsel beserta sekutunya.
Perdebatan terjadi akibat pembahasan mengenai peluncuran rudal balistik antar benua terbaru Pyongyang.
Rudal ini disebut juga sebagai tindakan balasan peringatan terhadap ancaman dari AS dan kekuatan musuh lainnya.
Dalam pertemuan tersebut, Washington dan sembilan sekutunya membahas lima peluncuran ICBM Korea Utara, lebih dari 25 peluncuran rudal balistik dan tiga peluncuran satelit menggunakan teknologi rudal balistik tahun ini, yang melanggar berbagai resolusi Dewan Keamanan.
Menurut mereka, rudal balistik ini dapat mengancam perdamaian dan stabilitas negara – negara tetangga serta komunitas internasional.
Sementara itu Duta Besar Korea Utara Kim Song mendebat AS dan sekutunya dengan mengatakan, ini adalah “tahun paling berbahaya” dalam lanskap keamanan militer di Semenanjung Korea.
Ia merujuk pada peningkatan latihan militer AS-Korea Selatan dan pengerahan kapal selam bertenaga nuklir serta aset nuklir lainnya oleh Washington ke wilayah.
Kim mendesak masyarakat internasional untuk memikirkan masalah keamanan Korea Utara, dan menyebut tindakan balasannya sebagai respons yang benar-benar masuk akal dalam menjalankan hak sahnya untuk membela diri.
Ia juga memperingatkan Amerika Serikat dan Korea Selatan bahwa jika mereka terus melakukan ancaman militer yang ceroboh dan tidak bertanggung jawab, maka angkatan bersenjata Pyongyang akan bertindak.
“Korea Utara terus membangun kekuatan strategisnya yang lebih maju untuk membendung dan mengendalikan ancaman apa pun dari AS dan para pengikutnya dengan tindakan balasan yang segera, luar biasa, dan tegas,” Kim memperingatkan.
Sementara itu Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB Anna Evstigneeva membela Korea Utara dengan menyebut upaya untuk mengutuk Pyongyang sebagai “pendekatan sepihak.”
Ia menuduh Amerika Serikat mengerahkan mesin militernya yang sangat besar di wilayah tersebut, meskipun Washington mengatakan bahwa mereka tidak mempunyai niat bermusuhan.
Evstigneeva mengatakan, negaranya Rusia kembali menyerukan penyelesaian damai atas semua masalah di Semenanjung Korea melalui cara politik dan diplomatik tanpa tekanan eksternal.
Menjawab Rusia, Wood, wakil duta besar AS, membantah bahwa latihan militer bersifat defensif. Ia menyebut bahwa Korea Utaralah yang melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB.
Wood mengatakan, AS telah berulang kali mencoba melakukan dialog tanpa syarat dengan Pyongyang . tapi pihaknya menolak.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Eka G Putra
NEW YORK (RIAUPOS.CO) - Pertemuan darurat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) pada Selasa (19/12/2023) sempat terjadi bentrok perdebatan antara Rusia, Korea Utara melawan Amerika Serikat (AS), Korsel beserta sekutunya.
Perdebatan terjadi akibat pembahasan mengenai peluncuran rudal balistik antar benua terbaru Pyongyang.
Rudal ini disebut juga sebagai tindakan balasan peringatan terhadap ancaman dari AS dan kekuatan musuh lainnya.
Dalam pertemuan tersebut, Washington dan sembilan sekutunya membahas lima peluncuran ICBM Korea Utara, lebih dari 25 peluncuran rudal balistik dan tiga peluncuran satelit menggunakan teknologi rudal balistik tahun ini, yang melanggar berbagai resolusi Dewan Keamanan.
Menurut mereka, rudal balistik ini dapat mengancam perdamaian dan stabilitas negara – negara tetangga serta komunitas internasional.
Sementara itu Duta Besar Korea Utara Kim Song mendebat AS dan sekutunya dengan mengatakan, ini adalah “tahun paling berbahaya” dalam lanskap keamanan militer di Semenanjung Korea.
Ia merujuk pada peningkatan latihan militer AS-Korea Selatan dan pengerahan kapal selam bertenaga nuklir serta aset nuklir lainnya oleh Washington ke wilayah.
Kim mendesak masyarakat internasional untuk memikirkan masalah keamanan Korea Utara, dan menyebut tindakan balasannya sebagai respons yang benar-benar masuk akal dalam menjalankan hak sahnya untuk membela diri.
Ia juga memperingatkan Amerika Serikat dan Korea Selatan bahwa jika mereka terus melakukan ancaman militer yang ceroboh dan tidak bertanggung jawab, maka angkatan bersenjata Pyongyang akan bertindak.
“Korea Utara terus membangun kekuatan strategisnya yang lebih maju untuk membendung dan mengendalikan ancaman apa pun dari AS dan para pengikutnya dengan tindakan balasan yang segera, luar biasa, dan tegas,” Kim memperingatkan.
Sementara itu Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB Anna Evstigneeva membela Korea Utara dengan menyebut upaya untuk mengutuk Pyongyang sebagai “pendekatan sepihak.”
Ia menuduh Amerika Serikat mengerahkan mesin militernya yang sangat besar di wilayah tersebut, meskipun Washington mengatakan bahwa mereka tidak mempunyai niat bermusuhan.
Evstigneeva mengatakan, negaranya Rusia kembali menyerukan penyelesaian damai atas semua masalah di Semenanjung Korea melalui cara politik dan diplomatik tanpa tekanan eksternal.
Menjawab Rusia, Wood, wakil duta besar AS, membantah bahwa latihan militer bersifat defensif. Ia menyebut bahwa Korea Utaralah yang melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB.
Wood mengatakan, AS telah berulang kali mencoba melakukan dialog tanpa syarat dengan Pyongyang . tapi pihaknya menolak.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Eka G Putra