LIPUTAN KHUSUS

Bahaya! Inkubasi Virus Kian Cepat

Liputan Khusus | Minggu, 29 November 2015 - 13:23 WIB

Bahaya! Inkubasi Virus Kian Cepat

Berti bingung. Tak tahu kemana harus bercerita. Perlahan, ia mencari tahu soal penyakit itu dan siapa-siapa orang yang terinfeksi di Pekanbaru. Ternyata banyak. Lelaki dan perempuan. Teman-teman satu pekerjaan juga banyak. Kepada merekalah Berti bercerita sampai ia menemukan jalan untuk bisa menjadi PSK lebih lama tapi tetap dalam keadaan sehat.

Selain itu, Berti juga memahami lebih jauh tentang penyakit tersebut dari dokter yang menanganinya. Meski gelisah, takut dan tahu segala akibat bagi pengidap HIV, Berti tidak langsung meminum obat anti virus HIV/AIDS. 2014, baru Berti mulai minum obat tersebut. Waktu itu belum gratis. Paling tidak hampir Rp1 juta ia mengeluarkan biaya untuk obat dalam satu bulan. Penghasilannya sebagai PSK sekitar Rp5 juta satu bulan, digunakan untuk membeli obat dan biaya hidup keluarganya.

Baca Juga :2.900 Warga Pekanbaru Derita HIV/AIDS

‘’Suami saya suka ‘jajan’ di luar. Dialah yang menularkan virus HIV kepada saya sampai dia meninggal. Tapi saya tidak tahu sebelumnya. Saya tertular dari suami. Sekarang saya minum obat rutin. Sehari dua kali. Tidak boleh lupa agar HIV di tubuh saya tidak berubah jadi AIDS. Anak-anak sudah sekolah dan sehat semua. Saya tetap semangat juga karena teman saya ini,’’ kata Berti sambil memandang Reno, temannya yang mengidap AIDS.

Reno adalah ayah dari ke empat anaknya. Usianya 40 tahun. Asli warga Pekanbaru. Tiga di antaranya sudah sekolah. Sama seperti Berti, Reno juga mengidap penyakit yang belum ditemukan obatnya itu. Bedanya, Reno di level lebih tinggi yakni AIDS. Reno juga santai. Tidak ada resah di raut wajahnya. Hanya saja Reno lebih kurus. Kaos olahraga panjang yang dikenakannya sore itu, membuat tubuhnya terlihat lebih berisi. Wajahnya juga terlihat sedikit lebih muda dari usianya.

Dengan kondisinya yang sudah terpapar AIDS, Reno harus lebih menjaga stamina agar imun di dalam tubuhnya tetap terjaga. Tapi Reno sibuk. Setiap hari dia harus bolak balek dari rumah ke kantor, dari kantor ke rumah untuk menjemput dan mengantar anak-anaknya sekolah. Tapi, Reno terlihat tetap segar. Padahal, sudah 13 tahun virus AIDS bersarang dalam tubuhnya.

‘’Kuncinya harus tetap sehat. Menjaga stamina tubuh, makanan yang bergizi dan minum obat sehari dua kali tanpa henti. Ya, sampai sekarang saya sehat seperti yang Anda lihat. Saya berkerja dan beraktivitas seperti biasa,’’ Reno memulai ceritanya pula.

Kemungkinan besar Reno terinfeksi HIV pada tahun 2000. Ia juga lasak. Suka bergaul bebas dengan siapa saja. Tapi ia baru tahu kalau mengidap HIV pada 2002. Reno tidak begitu terkejut. Ia hanya menyesal karena tahun depan ia akan menikah. Tanpa banyak alasan, Reno terus berkonsultasi dengan dokter dan meminum obat. Pekanbaru waktu itu tidak seperti sekarang yang sudah banyak memiliki dokter, obat dan tempat pelayanan bagi pengidap HIV/Aids. Bahkan dokter yang mau menerimanya juga hanya sedikit.

‘’Saya terkena HIV pada 2002 waktu saya datang ke VCT untuk periksa. Ternyata positif. Saya terus berobat. Dulu obat susah, rumah sakit juga. Tidak semua dokter mau menerima pengidap HIV/Aids. Sekarang gampang. VCT banyak. Jangankan rumah sakit, Puskesmas juga melayani pengidap HIV/Aids,’’ aku Reno.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook