LIPUTAN KHUSUS

Bahaya! Inkubasi Virus Kian Cepat

Liputan Khusus | Minggu, 29 November 2015 - 13:23 WIB

Bahaya! Inkubasi Virus Kian Cepat

Sedan merah meluncur. Salah satu hotel kelas menengah menjadi tujuan. Gerimis malam itu menambah suasana semakin meyakinkan. Awalnya Berti hanya diminta untuk menemani sampai pukul 22.00 WIB. Tapi perundingan berubah di tengah jalan. Berti dibocking hingga pagi. ‘’Bisa kok, Mas. Asal sesuai. Rp700 ribu saja untuk malam ini,’’ katanya manja. Tanpa berfikir panjang, lelaki itu mengiyakan.

Malam itu Berti bernasib baik. Rp700 ribu sampai pagi cukup mahal baginya. Sebab, pelanggan tidak bisa sepuas jika tidak memakai kondom. Tapi kelihaian Berti memnujuk, membuat pelanggan senang dan bisa menerima permintaan Berti. Apalagi dengan alasan kesehatan: mencari sehat bukan mencari penyakit.

Baca Juga :2.900 Warga Pekanbaru Derita HIV/AIDS

Berbeda dengan dua hari sebelumnya, Berti hanya ditawar Rp300 ribu untuk short time tapi sepuas-puasnya. Daripada tidak ada pemasukan, Berti menerima saja. Tak heran jika malam itu Berti memberikan pelayanan sebaik-baiknya agar si tauke getah menjadi pelanggan setia. Paling tidak setiap kali datang ke Pekanbaru, ia akan meminta Berti untuk menemaninya sepanjang malam.

‘’Sudah pasti tarif lebih murah dibandingkan teman-teman PSK lain yang melayani memang dengan tidak memakai kondom. Tapi saya, tidak mau menuluarkan virus dalam tubuh saya ke orang lain. Saya menjaga diri saya agar tidak terinveksi lagi dan menjaga orang lain agar tidak terinfeksi juga. Saya bilang sama pelanggan bahwa kita mencari sehat bukan mencari penyakit. Termasuk kepada tauke getah malam itu. Rata-rata pelanggan mengerti, bahkan lebih suka. Kalau tidak mau pakai kondom, lebih baik tidak usah,’’ aku Berti lagi.

Sesekali Berti melihat ke kanan dan kiri. Rasa khawatir memburat dari wajahnya. Ia tidak ingin cerita itu dengar oleh orang-orang yang lalu larang di lorong kecil depan kafe tempat kami duduk dan minum sore itu. Baginya, HIV yang dideritanya tetap rahasia. Hanya sesama teman pengidap juga yang tahu. Kepada Riau Pos ia hanya menceritakan pengalaman saja agar PSK dengan HIV/Aids lain juga menjaga untuk tidak terinfeksi atau menginveksi orang lain.

Berti menjalani pekerjaaanya sebagai PSK beberapa tahun sebelun mengetahui kalau virus HIV itu bersarang di tubuhnya. Awalnya ia tidak peduli dengan penyakit itu. Takut tertularpun tidak. Tapi setelah melihat teman satu pekerjaannya meninggal karena Aids, Berti mendatangi dokter di Rumah Sakit Santa Maria. Tepatnya pertengahan 2010. Alangkah terkejutnya Berti ketika dokter memvonis dirinya menginap penyakit tersebut.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook