KALEIDOSKOP PSPS RIAU

Kontroversi Rp40 Juta, Pemecatan GM, Musafir hingga di Ambang Degradasi

Feature | Rabu, 28 Desember 2022 - 12:17 WIB

Kontroversi Rp40 Juta, Pemecatan GM, Musafir hingga di Ambang Degradasi
Ratusan kursi berserakan dirusak suporter yang kecewa atas kekalahan PSPS di laga ini. (DOK: RIAUPOS.CO)

3 Mei 2021, PSPS Riau diambil alih pengusaha asal Malaysia yang juga pemilik klub Malaysia Kelantan FC Norizam Tukiman. Harapan pendukung PSPS agar Askar Bertuah kembali bisa bersaing di Liga Indonesia mencuat dan berjalan mulus di tahun pertama pengambilalihan. Tapi, harapan sirna di tahun kedua. Ya, PSPS justru berada di ambang degradsi.

Laporan DOFI ISKANDAR, Pekanbaru


Tahun ini, PSPS membuat heboh dunia sepakbola nasional. Tapi, bukan karena prestasi yang menterang, tapi media-media lokal, bahkan nasional justru ramai memberitakan kontroversi yang dibuat pemilik PSPS Norizam Tukiman. Sang pemilik tiba-tiba membatalkan laga uji coba melawan Kelantan FC  yang sedianya digelar di Stadion Utama Riau ada 12 Juli 2022.

Boz Zam, panggilan akrabnya membatalkan laga tersebut, beberapa jam jelang kick-off. Bahkan, saat itu penonton yang membeli tiket masuk telah memenuhi stadion, termasuk suporter Curva Nord. Kemarahan suporter pun tak sempat terkendali karena tak ada penjelasan terkait pembatalan tersebut kepada mereka.

Di tempat terpisah, Bos Zam justru menggelar jumpa pers di salah satu hotel di Jalan Diponegoro, Pekanbaru dan memposting penyataan resmi di Instgram PSPS Riau. Di depan beberapa awak media, Norizam mengatakan laga dibatalkan karena ada permintaan uang keamanan dari pihak terkait sebesar Rp40 juta.

“Polresta Pekanbaru meminta Rp40 juta untuk biaya keamanan pertandingan antara PSPS Riau FC dan Kelantan FC,” bunyi pernyataan resmi PSPS Riau di Instagram.

Tapi, pernyataan ini dibantah Polresta Pekanbaru, termasuk panitia pelaksana laga uji coba tersebut. Namun, kejadian ini berbuntut panjang. General Manager (GM) Edward Riansyah yang telah dipercaya mengelola PSPS sejak 2021 dipecat, persiapan menghadapi Liga 2 pun terdampak. Beberapa pemain senior memutuskan mundur dari tim.

Alhasil, saat saat berkompetisi, PSPS pun tak mampu tampil maksimal. Dari enam laga yang dijalani, PSPS tak pernah menang. PSPS hanya mampu meraih satu poin saat bermain imbang 1-1 di laga perdana menjamu Semen Padang di Stadion Utama. Bahkan, kekecewaan suporter memuncak ketika dikalahkan PSMS Medan 3-4 di Stadion Utama Riau.

Padahal, PSPS sempat unggul. Aksi anarkis suporter pun tak terelakkan. Kursi stadion dan beberapa fasilitas lainnya dirusak dan dibakar. Alhasil, PSPS pun dilarang main di stadion tersebut oleh Dispora Riau selaku pengelola Stadion Utama, baik untuk latihan maupun bertanding sebelum kerusakan diperbaiki. Tak hanya itu, PSPS juga disanksi denda dan bertanding tanpa penonton.

Sejak kejadian ini, PSPS pun mulai menjadi ‘’musafir’’. Tak pernah lagi kembali bertanding di Pekanbaru menggunakan Stadion Utama. PSPS  memakai Stadion Baharoeddin Siregar, Lubuk Pakam, Deli Serdang saat menjamu tamunya di sisa laga kandang Liga 2. “Curva Nord  minta saya keluar maka saya keluar dari Pekanbaru. Saya keluar dan saya bawa PSPS Riau,” kata Norizam.

Perpindahan home base PSPS Riau ke Deli Serdang ternyata tidak berjalan mulus. Ketika akan melakoni laga lanjutan kompetisi Liga 2 menghadapi Karo United pada tanggal 1 Oktober, PSPS Riau akan menggunakan Stadion Baharoeddin Siregar, Lubuk Pakam atau home base-nya PSDS Deli Serdang sempat mendapat kendala.

Jelang laga PSPS Riau versus Karo United tenyata mendapat penolakan dari para suporter PSDS Deli Serdang terkait penggunaan Stadion Baharoeddin Siregar. Penolakan itu pun diposting di akun Instagram  suporter PSDS Deli Serdang @antrakmania.

Di dalam postingan itu, Antrak Mania (suporter PSDS Deli Serdang) menolak PSPS menggunakan Stadion Baharoeddin Siregar. Karena stadion ini cukup untuk tim kebanggaan kami PSDS Deli Serdang. PSDS Deli Serdang memuat flyer dengan tulisan “Menolak PSPS Berkandang di Baharuoeddin !!!”

Kondisi ini juga berdampak ke prestasi tim. PSPS pun di ambang degradasi. PSPS tak pernah menang dalam enam laga yang dijalani dan menempati dasar klasemen yakni di posisi 9. PSPS tertinggal 15 poin dari pimpinan klasemen PSMS Medan, 4 poin dari peringkat 8 klasemen PSDS Deliserdang. Saat ini, kompetisi dihentikan sementara dam PSPS menyisakan dua laga lainnya di putaran pertama yakni melawan Sriwijaya FC dan PSKC.

Melihat kondisi saat ini, kecil kemungkinan PSPS bisa selamat dari jeratan degradasi. Di putaran kedua, PSPS akan menjalani laga kandang super berat yakni menghadapi PSMS, Semen Padang, dan Karo United yang jago kandang.

Karena tidak memberikan hasil yang maksimal, akhirnya manajemen PSPS Riau secara resmi memecat M Yusuf Prasetyo sebagai pelatih kepala, Jumat (23/9). Pelatih yang akrab disapa Coach Yoyo itu digantikan oleh Riswandi sebagai karateker yang sebelumnya menjabat sebagai asisten pelatih PSPS Riau.

Presiden PSPS Riau Norizam Tukiman mengatakan, berkenaan hal itu sudah tertuang di dalam kontraknya. “Jadi kalau sudah tiga permainan berturut dia tidak memberikan kemenangan itu memang dia bisa dipecat. Itu memang sudah tertuang di dalam kontrak kerja sejak awal musim sebelum liga dimulai,” ujar Norizam Tukiman.

Tidak hanya Coach Yoyo, manajemen PSPS Riau juga memecat Coach Suwanda yang sebelumnya menjabat sebagai pelatih fisik dan Coach Fajarullah sebagai analisis performa. Dan juga mengevaluasi 12 orang pemain PSPS Riau, di antaranya Munhar, Dian Agus, Afiful, Yudhi, Afriansyah, Rio Hardiawan, Fadau, Suhendra, Yoga Pratama, Idham Jauhari, Revi Agung dan Asep Budi.

Agar penampilan PSPS Riau bisa lebih baik lagi untuk ke depannya, Norizam Tukiman mengangkat Jaino Matos sebagai High Performance Unit Consultant Director di PSPS Riau.

Norizam mengatakan, Jaino Matos akan diangkat sebagai High Performance Unit Consultant Director di PSPS Riau. Jaino bersama Dr Dodi Irwan Suparno di Pakuan Football Consultancy. PSPS Riau dan Pakuan Football Consultancy menjalin kerja sama dengan durasi 2 musim.

Fokus utamanya adalah untuk meningkatkan prestasi dan memantau fitnes pemain dan juga hal hal lain terkait dengan performa tim melalui data dan program serta periodization yang lebih teratur,” ujar Norizam.

Lepas Saham
Presiden klub PSPS Norizam Tukiman melepas sahamnya di PSPS sebesar 25 persen dari 81 persen saham miliknya (mayoritas). Saham 25 persen itu dilepas kepada seseorang bernama Rizal, Kamis (29/9).

Norizam mengatakan, saham PSPS Riau sebanyak 25 persen sudah di pegang Rizal. Dia berkomitmen siap memegang 25 persen saham PSPS Riau. Artinya Norizam dan Rizal menjadi pemegang saham mayoritas PSPS Riau.

“Bang Rizal siap untuk memegang saham 25 persen dari PSPS Riau. Artinya di sini saya bersama bang Rizal menjadi pemilik dari PSPS Riau,” ucapnya.

Dengan masuknya Rizal ini, sejauh ini ada empat pemilik PSPS. Selain Norizam dan Rizal, Anto Rachman dan Irvan Herman juga pemilik saham PSPS. Namun minoritas mereka hanya minoritas dan Norizam tetap mayoritas.

Tidak sampai di situ saja, bahkan kini Norizam juga telah bersedia menjual dan melepas seluruh saham miliknya di PSPS Riau seharga Rp15 miliar. Hal itu diungkapkannya, Selasa (18/10). Ia mengatakan, penjualan atau pelepasan 81 persen saham PSPS Riau miliknya dan partner merupakan permintaan dari masyarakat Riau dan suporter PSPS Riau (Curva Nord).

Menurut Norizam, pelepasan dan penjualan seluruh saham miliknya di PSPS Riau dan partner adalah sesuatu yang berat untuk dilaksanakan. Pasalnya, dirinya berniat ikhlas untuk memajukan prestasi PSPS Riau sejak awal.

“Namun setelah melakukan diskusi dan rapat di tingkat atasan serta melihat faktor-faktor lain demi masyarakat Riau, saya bersedia untuk menimbang melepaskan semua saham tersebut sejumlah 81 persen dengan syarat ada pihak yang dapat membeli saham tersebut dengan nilai yang ditawarkan sejumlah Rp15 miliar,” ujar Norizam.

Dijelaskannya, untuk nilai tersebut adalah jumlah akumulasi dari biaya akuisisi di awal serta operasional klub hingga saat ini, termasuk biaya yang akan diselesaikan tanpa memikirkan keuntungan. “Sekiranya ada individu, tokoh ataupun perusahaan yang berminat silakan melakukan pembayaran langsung kepada presiden klub secara penuh dan saham sebanyak 81 persen akan dipindahkan kepada pemilik baru,” imbuhnya.

Ditambahkannya, jika tidak ada yang berminat maka ia akan melanjutkan pengelolaan klub hingga selesai dan tidak menutup kemungkinan perpindahan home base. Keputusan ini diambil setelah adanya konflik antara manajemen PSPS Riau dengan Curva Nord 1955 (suporter PSPS Riau).

Semoga PSPS terselamatkan.***

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook