Setelah menghadapi badai pandemi, pertumbuhan ekonomi di Riau kini menunjukkan angka yang menggembirakan. Grafiknya terus meroket dari tahun ke tahun. Meski sempat minus di 2020, namun di 2021 pertumbuhan ekonomi Riau mulai bangkit dan berada di angka 3,8 persen. Sedangkan di triwulan III tahun ini, pertumbuhan ekonomi di Riau bahkan mencapai 4,63 persen year on year (yoy). Jauh melampaui target yang ditetapkan pemerintah.
Laporan SITI AZURA dan PRAPTI DWI LESTARI, Pekanbaru
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau mencatat, pertumbuhan ekonomi Riau sangat kuat selama tahun 2022. Angka tersebut sekaligus menjadikan Riau sebagai provinsi dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terbesar di luar Jawa.
Kepala BPS Provinsi Riau, Misfaruddin mengatakan, pertumbuhan ekonomi Riau didorong oleh peningkatan permintaan domestik maupun permintaan luar negeri. “Secara spasial, pada triwulan III 2022 Provinsi Riau berkontribusi sebesar 5,12 persen terhadap perekonomian nasional. Provinsi Riau merupakan provinsi dengan PDRB terbesar ke-6 di Indonesia atau PDRB terbesar kedua di luar Pulau Jawa,” ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Bank Indonesia melalui Kepala Perwakilan Bank Indonesia Riau, Muhammad Nur mengatakan, pertumbuhan ekonomi di tahun ini sudah sangat jauh perkembangannya. “Hal itu ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi Riau yang sempat minus sekarang sudah recovery lagi. Bahkan recovery-nya lebih tinggi,” ujarnya kepada Riau Pos, Rabu (28/12).
Kondisi yang sudah kondusif dari tahun sebelumnya itu dikatakan M Nur dikarenakan penurunan status PPKM yang membuat mobilitas masyarakat kembali aktif. Kemudian, keberhasilan vaksinasi Covid-19 yang mempengaruhi status PPKM juga dinilainya turut mempengaruhi.
M Nur mengatakan, berdasarkan data dari Gubernur Riau, untuk saat ini ada tiga sektor yang menyumbang persentase tertinggi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Riau. “Boleh dibilang karena struktur ekonominya. Kemarin Pak Gubernur bilang industri manufaktur sudah yang paling tinggi, diikuti dengan pertanian dan minyak bumi serta gas. Kalau ditotal masih sumber daya alam yang memiliki persentase paling tinggi,” ujarnya.
Menurutnya, selama tahun 2022, output sektor ekonomi Riau relatif menggembirakan, terutama pada komoditas CPO, pulp and paper, dan migas. Kebijakan responsif pemerintah terkait dengan distribusi dan replanting kelapa sawit, telah menciptakan keseimbangan yang baik dalam memenuhi permintaan dan menjaga produktivitas ke depan.
Ekspor pada tahun 2022 ini dikatakannya meningkat cukup tinggi, terutama dari CPO. Menurutnya, hal tersebut juga dipengaruhi dari pengalihan Chevron ke Pertamina Hulu Rokan (PHR) yang diikuti upaya intensif dari PHR, terjadi sedikit peningkatan lifting.
“Jadi, sawit harganya lebih bagus. Ditambah industri lain berbasis sumber daya alam seperti pulp and paper yang melakukan pengembangan investasi demikian yang dilakukan perusahaan seperti RAPP memberikan dorongan terhadap pertumbuhan di ekonomi Riau tahun 2022,” paparnya.
Jika dirunut ke belakang, M Nur mengatakan bahwa pencapaian investasi di Riau selalu di atas 100 persen. Pada tahun 2019, dari target investasi Rp24 triliun, yang tercapai Rp41 triliun. Di tahun 2020, target Rp40 triliun tercapai Rp49 triliun. Di tahun 2021, target Rp48 triliun tercapai Rp53 triliun. Sedangkan di bulan September 2022, dari target investasi Rp60 triliun, yang sudah tercapai Rp71 triliun.
‘’Ini kan dilakukan oleh dunia usaha yang ada di Riau semua. Otomatis kalau dia berinvestasi dan selesai di tahun 2020. Mestinya di tahun 2021, yang diinvestasikan di 2020 itu sudah bisa menghasilkan profit,” ujarnya.
Nilai investasi di Riau tersebut dikatakan M Nur bukan hal yang bisa disepelekan. “Nggak main-main ini. Bahkan nilai investasi di Riau ini terbesar di luar Jawa dan posisi 5 di Indonesia. Ini kan hal-hal positif semuanya. Jadi kesimpulannya, 2022 itu tumbuh dengan sangat bagus,” jelasnya saat ditemui di ruangannya.