PERJALANAN KE PULAU KARANG (21)

Jauh dari Istri, Andi Verdyantoro Berjuang Membantu Pemberdayaan Masyarakat Sabu Raijua

Feature | Rabu, 29 Januari 2020 - 16:42 WIB

Jauh dari Istri, Andi Verdyantoro Berjuang Membantu Pemberdayaan Masyarakat Sabu Raijua
Pasar Rakyat Nagata di Pulau Sabu. Masyarakat Sabu Raijua diharapkan bekerja keras dan mampu memberdayakan dirinya sendiri secara ekonomi. (HARY B KORIUN/RIAUPOS.CO)

Kami sedang berada di ruang kerja SHEEP di Seba. Kami ngobrol sambil makan pisang dan kopi di malam yang sudah hampir larut.

Dari awal, kata Andi, SHEEP datang dengan niat tulus untuk membantu masyarakat memperbaiki kualitas diri mereka sendiri, terutama yang tinggal di pedesaan. SHEEP melakukan audensi dengan pihak Pemkab Sabu Raijua, dengan para camat, juga para kepala desa, kalangan gereja, dan tokoh-tokoh masyarakat. Respon mereka sangat baik. Bahkan saat SHEEP menambahkan beberapa desa di periode kedua, Bupati Sabu Raijua malah bertanya, “Mengapa tak semua desa?”


 “Kami datang bukan dengan bantuan dana atau barang, tetapi pemberdayaan. Membantu memberdayakan masyarakat,” ujar Andi lagi.

SHEEP ingin mengubah pola pikir, mindset. Harus banyak orang yang tahu, tidak hanya satu dua. Kalau satu dua, yang lain akan terlihat bodoh dan bisa dibodohi. Menurut Andi, hal ini penting. Dengan memberdayakan beberapa desa, diharapkan desa-desa tersebut akan menjadi percontohan atau model bagi desa lainnya dan saling menularkan ilmu. Selama ini, pemerintah desa di masing-masing desa sasaran merespon dengan baik, juga OMB dan OMS di masing-masing desa. Masyarakat juga antusias dan hingga kini belum ada penolakan dari mereka.

Andi berharap, Pemkab Sabu Raijua terus memberi dukungan program-program yang dilakukan SHEEP di daerah ini. Dan jika nanti misalnya program ini sudah berakhir karena satu dan lain hal, dia berharap Pemkab Sabu Raijua membuat program yang mirip agar masyarakat terus mendapatkan dampak baiknya dan bukan hanya memberikan program/proyek dan meninggalkannya tanpa monitoring dan evaluasi.

 “Harus ada lembaga atau orang-orang yang mau bekerja dengan baik dan jujur untuk masyarakat Sabu Raijua. Kasihan masyarakat di daerah ini kalau hanya menjadi objek pembangunan yang perencanaannya buruk. Pemkab harus punya masterplane pembangunan yang baik, termasuk RTRW (Rencana Tata Ruang dan Wilayah, red). Di daerah yang sulit air seperti ini, pemerintah juga harus punya manajemen air yang baik agar di puncak musim kemarau masyarakat tetap mendapatkan jaminan pasokan air yang memadai,” jelas Andi lagi.

Kami ngobrol hingga larut malam. Hari sudah larut malam, pukul 23.56 Wita. Saya harus kembali ke Menia. Pada jam segini, jalanan sangat sepi dan angin malam sangat kencang berhembus sehingga dinginnya sampai menusuk tulang.

Saya berpikir, semoga banyak orang yang datang ke Sabu Raijua seperti Andi. Membawa program dan langsung mengaplikasikannya ke masyarakat. Orang yang ingin masyarakat yang didatanginya berdaya dan kuat. (bersambung)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook