Atas semangat sang ayah itulah, Susiana bersama sejumlah kolega berencana membuat museum budaya Melayu dan Masjid Melayu. Dirinya dan kawan-kawan berencana membangunnya di kawasan Jalan Bakti, Pekanbaru.
‘’Saya berusaha menerjemahkan cita-cita beliau. Saya dalam bentuk generasi baru dari Tabrani Rab. Saya mencoba menerjemahkan mimpi-mimpinya itu setelah perjalanan lebih dari 20 thun bersama membesarkan lembaga pendidikan yang didirikannya. Museum ini nantinya akan menjadi rujukan bahan-nahan penelitian, berisi naskah-naskah Melayu yang menjadi referensi bagi orang-orang yang mempelajari seni dan budaya Melayu,’’ ungkapnya.
Sementara itu, Susiana sangat mengapresiasi Anugerah Sagang. Susi mengaku selalu mengikuti perkembangan Sagang dari tahun ke tahun hingga tak sadar baginya, sudah hadir di tengah-tengah masyarakat Melayu selama 20 tahun terakhir. Dia mendukung semangat Rida K Liamsi sebagai orang yang berada di balik hajatan besar tahunan di bidang seni dan budaya Melayu tersebut.
‘’Ini ikhtiar Pak Rida K Liamsi untuk menunjukkan bahwa Melayu eksis dan Riau itu ada. Keluarga kami sangat mendukung. Kami berharap Sagang lebih mengeksplor lagi berbagai kategori dan bidang yang layak mendapat apresiasi. Kami memang suka dengan tulisan, namun kalau bisa Sagang dapat memberikan tempat yang juga sama luasnya bagi yang tidak mampu menulis, tapi berkarya,’’ sebutnya.
Susi berharap, Sagang bereksplorasi tidak hanya pada seni dan budaya dalam bentuk tulisan, dan seni serta budaya yang memberikan dampak hebat terhadap pembangunan dan kemajuan daerah. Karena menurutnya, mengembangkan Melayu tidak hanya lewat budaya menulis saja, bahkan untuk karya nyata, masih ada yang jauh lebah berat perjuangannya.***