Melalui seni rupa, pengenalan tentang para pejuang dan pahlawan bangsa kepada generasi muda dilakukan dalam pameran ini. Dari sini diharapkan terus muncul jiwa nasionalisme dan patriotisme.
RIAUPOS.CO - SEBUAH pameran seni rupa “langka” digelar oleh Galeri Hang Nadim (GHN) Pekanbaru. Yakni Pameran Lukisan Poster dengan tema “Pahlawanku Inspirasiku”. Pameran ini diselenggarakan pada 10-24 November 2023 di GHN, Anjungan Kampar, di kawasan Bandar Serai, Pekanbaru.
Disebut langka karena pameran serupa ini jarang –atau bahkan belum pernah—diselenggarakan, baik di Pekanbaru maupun Riau secara umum. Pameran ini diselenggarakan berkat adanya hasil karya dari lomba lukis poster perjuangan, yang oleh para penggerak GHN dianggap sayang jika tidak dipublis ke publik. Pameran ini adalah salah satu cara memperlihatkannya ke msyarakat secara luas.
Kepala GHN, Furqon LW, menjelaskan, pameran poster perjuangan ini membuat dia dan teman-temannya di GHN merasa bahagia setelah sekitar dua atau tiga bulan GHN tak melakukan pameran. Kebahagiaan tersebut makin bermakna karena dalam posisinya sebagai galeri seni rupa menegaskan fungsi seni sebagai medium penyebar nilai-nilai. Dalam hal ini nilai semangat kepahlawanan.
Menurut kartunis senior Riau ini, pameran lukisan poster ini memang disengaja mengusung tema kepahlawanan sebagai inspirasi, sebuah tema resmi dalam rangka Hari Pahlawan Nasional 2023. Lukisan poster yang dipamerkan adalah karya peserta lomba poster yang ditaja oleh Dewan Harian Daerah (DHD) Badan Pembudayaan Kejuangan 45, pada 31 Oktober 2023, ditambah beberapa karya seniman yang berpartisipasi khusus dalam pameran ini karena karyanya punya tema serupa.
“Untuk itu kami berterima kasih kepada pihak DHD 45 yang memberikan izin memamerkan 20 poster lomba tersebut. Terima kasih juga untuk seniman yang berpartisipasi dalam pameran kali ini,” ujar Furqon dalam acara pembukaan pameran, Jumat (10/11/2023).
Furqon berharap, pengunjung dan masyarakat pecinta seni rupa, terutama di Pekanbaru dan Riau, bisa menimati karya-karya tersebut. Selama pameran, jelasnya, banyak pelajar dan mahasiswa yang datang berkunjung. Dia bergembira dengan hal itu karena salah satu yang menjadi sasaran dari pameran ini adalah anak-anak muda. Mereka diharapkan bisa memahami perjuangan para pendahulunya di masa lalu dan kemudian tertanam jiwa nasionalisme dan patriotisme dalam dirinya.
“Banyak pelajar dan generasi milenial yang datang ke pameran ini. Kami senang dengan hal itu karena salah satu sasaran utama kami adalah mereka. Kami berharap nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme para pejuang itu bisa tertanam di hati mereka dengan mendalam,” tambah Furqon lagi.
Sekretaris Uum DHD 45 Riau, Rustam Efendi, sangat mengapresiasi kerja sama yang baik antara instansinya dengan GHN dalam menebarkan nilai-nilai kejuangan kepada generasi muda melalui seni.
“Walaupun ini baru kerja sama pertamakali dengan GHN, tapi kami lihat tujuan kegiatan ini tersampaikan secara efektif. Dengan dipamerkan selama dua pekan ke depan, tentu makin banyak masyarakat yang menerima pesan-pesan kepahlawanan dari karya-karya yang dipamerkan,” jelas Rustam.
Pada acara pembukaan, kolaborasi penyair Siti Salmah yang membacakan puisi Sutardji Calzoum Bachri diiringi gitar musisi Beni Reaw membuat suasana pembukaan makin mengharu-biru. Sebuah lagu perjuangan yang dinyanyikan musisi Zuarman Ahmad juga makin menghangatkan suasana yang sore itu kebetulan baru diguyur hujan. Pembukaan pameran ditandai dengan menggoreskan cat di kanvas oleh Sekum DHD 45 dan Kepala GHN. Kemudian dilanjutkan dengan meninjau pameran bersama-sama. Lantunan lagu-lagu perjuangan di ruangan galeri membuat suasana pameran terasa makin menumbuhkan semangat nasionalisme.
Adapun nama-nama yang ikut dalam pameran ini adalah Sultan Rayhan Elfendri, Darren Fortino, Christian Ocxiryan, M Alfaritson Effendi, Evelyn Aurelia Chen, Alza Adrizon, Suriaty, Gerik Jari, Ibnu Shem, Awang, Eko, Tya Harmonia, Nuha Suhailah, Novi Seprima, F Yohanes, Bucek, Kenny, Bombom, Fathiya El Wika, Yelmi Nanda, Furqon LW, Jati Wahyono, Cak Winda, dan Ben Sani. Alza Adrizon adalah juara pertama lomba poster dengan judul “De Padrische Tijger van Rokan”. Juara keduanya adalah F Yohanes dengan judul “Matahari Timur”. Sedang juara ketiga adalah M Alfaritson Effendi dengan judul “Sultan Siak Pembangun Negeri”.
Kurator pameran ini, Parlindungan Ravelino ST MDs, menjelaskan, kualitas para peserta lomba cukup bagus. Kriterianya, ada beberapa yang menonjol dan yang hasilnya baik. Secara lebih detil dia menjelaskan, pameran ini adalah sebuah perayaan seni yang didedikasikan untuk menggambarkan dan memperingati kehidupan serta perjuangan para pahlawan yang berasal dari tanah Melayu Riau. Pameran ini diharapkan menjadi jendela untuk mengintip sedikit ke dalam sejarah yang membanggakan dan memotret kisah kepahlawanan yang berakar dalam budaya dani dentitas Riau.
Melalui karya seni lukisan, kata Ketua Program Studi Desain Interior Universitas Lancang Kuning (Unilak) ini, para seniman berusaha dengan sepenuh hati untuk merayakan sosok-sosok inspiratif seperti TuankuTambusai, Raja Ali Haji, Mahmud Marzuki atau Tengku Buwang Asmara dan pahlawan lainnya, yang telah berjuang dengan dalam berbagai bidang kehidupan.
“Lukisan-lukisan ini mencoba memperlihatkan keberanian, ketabahan, serta semangat batas pada beberapa peristiwa-peristiwa heroik yang terjadi di Riau, baik masa kolonialisme, prakemerdekaan maupun pascakemerdekaan,” ujar Parlindungan, Kamis (23/11/2023) di Pekanbaru.
Ditambahkannya, beberapa referensi seperti peristiwa Perang Guntung, Perang Tengku Sulung, Perang Tuanku Tambusai, Peristiwa 5 Januari di Kota Rengat, Penembakan Pesawat Bomber B-25 Belanda di Simpang Tiga Pekanbaru, Peristia Pengibaran Bendera Merah Putih di Hotel Mountbatten Pekanbaru, dan banyak lagi persitiwa yang kisahnya menjadi sumber inspirasi bagi masyarakat Riau dan seluruh bangsa, direkam oleh para perupa yang dipamerkan dalam kegiatan ini.
Dengan beragam gaya, teknik, dan pendekatan artistik, ungkap Parlindungan, pameran ini menghadirkan 20 karya yang merupakan gambaran yang mendalam tentang peran pahlawan dalam membentuk sejarah dan identitas budaya Riau. Pengunjung diajak untuk menjelajahi lukisan-lukisan ini, menggali makna yang tersembunyi, dan merenungkan warisan pahlawan yang tak ternilai. “Pahlawanku Inspirasiku” adalah suatu penghormatan seni yang memungkinkan kita untuk menghargai serta mengambil inspirasi dari perjalanan hidup mereka yang telah membentuk masa depan tanah Melayu ini.
“Seingat saya, ini adalah pameran pertama di Riau yang bertema khusus tentang kepahlawanan,” ujar arsitek alumni Universitas Parahyangan, Bandung, ini.
Menurutnya, menjadi menarik karena pameran ini diikuti oleh perupa-perupa muda yang di-mix dengan para perupa yang sudah berpengalaman. Beberapa perupa senior seperti Furqon LW, Cak Winda, Yelmi Nanda, Bens Sani, dan Jati Wahyono membuat pameran ini lebih dinamis. Dengan begitu, ada ragam karya yang berisi hasil pemikiran dan konsep-konsep berbeda dari para perupa yang ikut pameran.
Parlindungan bersyukur –seperti juga yang disampaikan Furqon— masyarakat merespon dengan baik. Selama 15 hari pameran, rata-rata setiap harinya ada 30-40 pengunjung datang. Bahkan di hari-hari tertentu, misalnya pada akhir pekan, pengunjung lebih banyak yang datang. Mereka banyak datang secara rombongan, termasuk dari sekolah-sekolah yang memang diarahkan oleh sekolahnya untuk melakukan visit budaya ke pameran ini.
“Ini sangat positif. Sebuah cara memperkenalkan pahlawan daerah Riau lewat karya seni agar masyarakat, terutama generasi muda, tahu siapa saja pahlawan dari daerahnya,” kata salah seorang anggota Komunitas Jadiruang ini.
Dunia seni rupa di Pekanbaru, ujar Parlindungan, sedang mengalami tren positif, dengan aktifnya simpul-simpul komunitas seni. Generasi baru seperti Non Blok Ekosistem dengan beberapa kumpulan gerakan kolektifnya membuat kelompok seni kontemporer. Juga ada Suku Seni Riau dengan mengusung kesenian umum dan sastra juga sangat aktif. Kemudian GHN juga pada beberapa tahun terakhir rutin mengadakan pameran, dan masih banyak lagi
“Saya pikir denyut seni secara umum dan seni rupa khususnya, di Pekanbaru, sedang naik dengan baik. Tapi saya rasa ini masih kurang. Kita masih butuh kegiatan kesenian yang lebih aktif lagi. Sebaiknya kita menguatkan kembali rumah-rumah seni baik itu kolektif atau pun perseorangan agar lebih tersebar dan lebih bervariasi lagi kegiatannya,” ujarnya.***
Laporan HARY B KORIUN, Pekanbaru