Karya para pelukis maestro Riau dipamerkan di Galeri Hang Nadim. Sebuah upaya mengingat dan menghargai para perupa generasi awal Riau ini.
RIAUPOS.CO - RUANGAN berhawa sejuk itu masih sepi di siang jelang sore itu, Jumat (18/8/2023). Yelmi Nanda Risfi, seniman yang sehari-hari bertugas di Galeri Hang Nadim (GHN), terlihat masih santai. Dia mengatakan, pengunjung lumayan ramai saat sore hingga malam hari. Namun dia tetap membuka galeri sejak siang, sekitar pukul 10.00 WIB. Katanya, pada jam dibuka hingga sore biasanya ada satu-dua pengunjung yang datang.
“Lumayanlah. Dari waktu ke waktu, rutinitas penyelenggaran pameran di Galeri Hang Nadim ini membuat pengunjung dan pecinta seni rupa terus bertambah,” kata Nanda.
Di dalam ruang pameran, ada puluhan lukisan yang tergantung di semua dinding. Untuk yang keempatkalinya, GHN menyelenggarakan pameran tahun 2023 ini. Kali ini bertajuk “MasterRia” dengan mengusung tema “Menyongsong Masa Depan Baru”. Pameran ini dibuka pada Sabtu (12/8) dan akan berlangsung hingga Kamis (31/8).
Jika dalam beberapa pameran sebelumnya memamerkan karya perupa/pelukis muda –baik dari segi usia maupun lama berkarya— kali ini yang dipamerkan adalah karya para perupa senior, yang bisa jadi adalah adalah masterpiece atau maestro, generasi pertama perupa di Riau. Mereka adalah Amrun Salmon, Armawi KH, Aswan R, Dahlan Magek, Dantje S Moeis, Emmy Kadir, Iwan Dona, Latif Hasim, Mirza Adrianus, OK Nizami Jamil hingga Tenas Effendi.
Seorang pengunjung terlihat sedang memotret lukisan berjudul Sultan Syarif Kasim II karya Tenas Effendi yang dipamerkan di Galeri Hang Nadim di kawasan Bandar Serai, Purna MTQ, Pekanbaru, Sabtu (12/8/2023).(M AKHWAN/RIAU POS)
Generasi sekarang pasti banyak yang terkejut dan tidak tahu, misalnya, bahwa almarhum Tenas Effendi yang dikenal sebagai budayawan multitalenta, ternyata juga seorang pelukis yang handal. Dalam pemeran ini, ada tiga lukisan karya Tenas yang dipamerkan, yakni Senja, Sultan Syarif Kasim II dan sebuah lukisan yang tak diketahui judulnya. Lukisan potret Sultan Syarif Kasim II menarik perhatian karena Tenas ternyata seorang pelukis potret yang tunak.
Menurut Said Amir Hamzah, sepupu Tenas Effendi --yang menyimpan lukisan potret Sultan Syarif Kasim II itu-- lukisan tersebut adalah karya masterpiece Tenas yang diselesaikannya tahun 1979. Rencananya lukisan tersebut akan dijual. Uang hasil penjualannya akan digunakan untuk merehabilitasi Perpustakaan Tenas Effendi di Pasir Putih, Kampar, yang kondisinya sudah mulai melapuk karena banyak dimakan rayap. Juga untuk rehab madrasah dan masjid yang didirikan oleh almarhum Tenas Effendi di sekita rumahnya.
“Mudah-mudahan niat baik ini diberkahi Allah SWT,” ujar Said Amir saat dihubungi Riau Pos, Sabtu (19/8/2023).
Kepala GHN, Furqon LW, menjelaskan, pameran karya para perupa senior Riau ini menarik karena selama ini banyak generasi sekarang yang tidak tahu dan ada yang baru memahami setelah melihat di pameran ini.
“Ini salah satu yang menarik dari pameran ini. Kita jadi tahu sesuatu yang selama ini tak diketahui publik tentang aktivitas melukis Pak Tenas Effendi,” ujarnya.
Dijelaskannya, berbeda dengan 12 pameran yang telah ditaja GHN sejak berdiri pada 19 Januari 2021 lalu, alas karsa pameran “MasteRiau” adalah adalah semangat untuk menghimpun referensi dari pelaku sejarah seni rupa di Riau. Karya-karya yang dipamerkan dalam kurun waktu sejak tahun 1962 hingga kini (2023), boleh jadi semacam lini masa mini dari masing-masing perupa dengan berbagai corak alirannya. Publik umum maupun seni, diharapkan menuai inspirasi dari peristiwa seni rupa ini.
“’MasterRiau’ itu adalah semacam tayang ulang karya rupa pelaku sejarah seni rupa Riau yang boleh jadi akan menjadi referensi dan inspirasi bagi para perupa Riau kini dan nanti,” jelas salah seorang kartunis terkemuka Riau ini.
Salah seorang perupa yang karyanya dipamerkan dalam “MasterRiau” ini, Dantje S Moeis, memberi apresiasi tinggi kepada GHN yang telah bekerja keras menyelenggarakan pameran ini. Menurut lelaki yang pernah bekerja di majalah Sagang dan beberapa media budaya/sastra di Riau ini, semangat GHN yang terus menyelenggarakan pameran, adalah semangat baru bagi dunia seni rupa di Riau.
Dantje melihat, GHN punya semangat pembaharu dari banyak aspek. Yakni semangat baru, wujud karya baru, sistem manajemen yang baru untuk dunia seni di Riau, juga dengan gagasan-gagasan yang baru. Sistem kuratorial yang lumayan serius dan ketat, juga harus diapresiasi. Termasuk dalam pameran kali ini yang memerkan karya-karya yang berada pada posisi pembaharuan “pada masanya”.
“Sehingga kesegaran pola pikir mereka, memunculkan sebuah gagasan yang belum terpikirkan oleh kami, sebagai pendahulu, untuk menghadirkan karya-karya para perupa dengan lukisan konvesional dan beberapa patung yang selama ini tak banyak diketahui masyarakat,” ujar Dantje saat dihubungi di Pekanbaru, Jumat (18/8).
Dalam pengantar kuratorialnya, Kurator GHN, Fachrozi Amri, menjelaskan, GHN mencoba menelusuri jejak-jejak seni rupa Riau. Sebagai pejuang harapan baru bagi ekosistem seni rupa di Riau, katanya, GHN mencoba menghadirkan kembali dan meminjam semangat zaman perupa-perupa terdahulu agar menjadi suri teladan bagi generasi muda dalam memperjuangkan karya mereka.
“MasteRiau” adalah tajuk dari perhelatan tersebut. Kata “master” mengarah pada orang-orang yang lebih dahulu menjejaki seni rupa di Riau, khususnya bagi mereka yang konsisten berada dalam ranah penciptaan produk rupa yang secara kuantitas persona jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Begitu juga catatan data peristiwa dan aktivitas mereka sangat minim.
“Riau bukanlah daerah yang memiliki potensi seni rupa modern, karena kawasan ini masih sangat muda dan bukan bagian dari daerah tujuan ekspansi feodalisme Eropa. Sejatinya senirupa modern Indonesia umumnya lahir dari akitivitas tersebut,” ujar lelaki yang dipanggil Ozi ini.
Menurutnya, sebagian besar perupa Riau terdahulu juga tidak pernah benar-benar menggantungkan hidup pada medan seni rupa, hanya sebatas bentuk dari aktualisasi diri untuk mengekspresikan garis rupa, sehingga momentum untuk membangun ideologi dan kerangka berpikir berkesenian tidak pernah diwacanakan secara serius. Jadi, katanya, wajar saja jika kultur dan peradapan rupa yang ideal tidak pernah terealisasi di Riau, bahkan sampai saat ini.
Ditambahkannya, berada di luar ekosistem yang mapan merupakan problematika bagi setiap seniman, terutama mereka pendahulu pada masa akses komunikasi dunia belum seperti sekarang. Perjuangan dan pengorbanan mereka untuk menghadirkan karya tidak bisa di pandang sebelah mata.
“Permasalahan pelik yang dihadapi seni rupa Riau tidak akan pernah tuntas jika tidak kita selesaikan dari akarnya,” ujar Ozi lagi.
Pembukaan pameran ini dihadiri oleh hampir semua perupa yang karyanya dipamerkan, yakni OK Nizami Jamil, Iwan Dona Syuman, Emmy Kadir, Latif Hasyim, perwakilan keluarga Tenas Effendi dan perwakilan keluarga Armawi KH. Hadir juga Ketua Komisi I DPRD Riau Eddy A Mohd Yatim, Ketua KPU Riau Ilham M Yasir, Kabag Ekraf Dinas Pariwisata Riau Amri Setiawan, Ketua Jaringan Teater Riau (JTR) Rian Harahap, seniman Aris Abeba, seniman Fedli Aziz, Sekretaris Koalisi Seni dan Jaringan Seniman Riau Aristofani Fahmi, penggerak Rumah Budaya Sikukeluang Herry Budiman, dan beberapa seniman lainnya.
Ketika membuka pameran, Eddy A Mohd Yatim mengaku mendapat kehormatan karena yang dipamerkan adalah karya para maestro Riau yang pada masanya namanya sudah melegenda. Menurut Edi, meski tidak terlalu tunak dalam dunia kesenian, namun sedikit-banyak dia pernah bersentuhan dan melihat bagaimana mereka berkarya serta istiqamah di jalan seni budaya ini hingga ke titik akhir.
“Mereka benar-benar memiliki integritas dan idealisme, serta semangat keriauan yang tinggi dalam menghasilkan karya. Azam yang semestinya terus kita jaga dan tetap dilestarikan,” kata mantan Pemimpin Redaksi Batam Pos dan Wakil Pemimpin Redaksi Riau Pos ini..
Mantan Ketua Dewan Kesenian Kota Pekanbaru (DKKP) ini sangat mengapresiasi upaya GHN untuk terus menjaga dan merawat “kegelisahan” para perupa agar tetap berkarya dan memberikan yang terbaik untuk negeri ini. Meski pun dalam “kesunyian” GHN terus berbuat dengan segala upayanya.
“Ke depan, saya berharap upaya GHN membentang asa dalam ‘sunyi’ ini bisa mengusik Pemerintah Provinsi Riau untuk memberi perhatian khusus. Dan saya, yang kebetulan ada pada posisi di legislatif saat ini meski dengan kuasa yang terbatas, akan terus mencari dan memberi laluan agar teman-teman seniman dan budayawan di Riau, bisa terus menjaga eksistensi serta menghasilkan karya-karya yang gemilang,” ujar politikus Partai Demokrat ini.***
Laporan HARY B KORIUN, Pekanbaru