"Dengan contoh perpecahan di India tersebut, salah satunya karena bahasa, menurut saya alangkah bersyukurnya kita memiliki bahasa Indonesia yang justru lahir jauh sebelum Indonesia merdeka. Terbukti, dengan bahasa Indonesia yang diterima oleh semua etnis yang ada, NKRI masih tetap terjaga hingga hari ini," jelas mantan Kepala Kantor Bahasa Provinsi Lampung dan Balai Bahasa Provinsi Aceh tersebut.
***
SEKITAR 75 peserta hadir dan mengikuti kegiatan tersebut dari awal hingga akhir. Para pemangku kepentingan yang diundang adalah utusan dari DPRD Pekanbaru, Danrem 031/Wira Bima, Danlanud Roesmin Nurjadin, Polda Riau, Setda Riau, seluruh rektor dan direktur universitas atau sekolah tinggi yang ada di Riau, dan Dinas Kebudayaan Riau.
Kemudian juga Dinas Pendidikan seluruh kabupaten/kota di Riau, Dinas Komunikasi Informasi Statistik Riau, Dinas Pariwisata Riau, Kanwil Kemenag Riau, Ketua PGRI Riau, RRI Riau, TVRI Riau-Kepri, PWI Riau, AJI Riau, beberapa perusahaan swasta seperti RAPP dan Indah Kiat, editor bahasa, penyiar, pengacara, psikolog, pembawa acara, dan berbagai profesi lainnya.
"Kami berharap, para pemangku kepentingan yang ikut dalam kegiatan ini bisa menyebarluaskan pentingnya UKBI baik bagi penutur lokal maupun asing, karena hal ini adalah salah satu penguat untuk selalu mencintai bahasa Indonesia," jelas Abdul Muis lagi.
Menurutnya, penguatan kecintaan terhadap bahasa Indonesia harus selalu dilakukan kapan pun dan di mana pun. Rasa cinta bahasa negara itulah yang sudah tertanam pada diri rakyat Prancis, Italia, Jerman, Jepang, juga Korea Selatan, dan beberapa negara lainnya. Rakyat negara-negara tersebut dengan sangat sadar lebih mengutamakan bahasa negaranya dibanding bahasa asing.
Di bagian lain, Wakil Ketua DPRD Kota Pekanbaru, Ir Nofrizal, sangat mengapresiasi kegiatan ini. Menurutnya, meski sejak kecil sudah belajar bahasa Indonesia, namun masih banyak pemahamannya tentang bahasa Indonesia yang kurang.
"Menurut saya, kegiatan ini harus diapreasiasi dan kita semua harus terus menanamkan kecintaan terhadap bahasa Indonesia. Terutama masyarakat Riau, karena bahasa Indonesia yang menjadi bahasa resmi negara kita ini bibitnya berasal dari bahasa Melayu Riau," jelas politikus Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut saat didaulat untuk membuka acara.
Hal yang sama juga disampaikan Kadis Kebudayaan Riau, Drs Yoserizal Zen, yang mengikuti acara ini dari awal hingga akhir selama dua hari. Dijelaskan Yose, penguatan secara terus-menerus untuk mencintai bahasa Indonesia tak boleh dihentikan. Badan atau lembaga yang membidangi masalah ini, baik di pusat maupun daerah, harus terus bekerja keras dengan porsi masing-masing.
"Kegiatan ini sangat penting. Aplikasinya langsung ke masyarakat juga lebih penting," jelas Yose yang juga mantan wartawan di Riau Pos Grup tersebut.
Di akhir acara tersebut, seluruh peserta melakukan tes UKBI secara gratis. Kebanyakan dari peserta mengaku mendapatkan pengalaman berharga mengikuti tes tersebut. Beberapa dari mereka bahkan merasa heran karena tes TOEFL (bahasa Inggris) yang mereka dapatkan jauh lebih tinggi skornya dibanding hasil tes UKBI yang mereka melakukan.
"Pantas banyak nilai bahasa Inggris siswa-siswi di sekolah lebih tinggi dari nilai bahasa Indonesia. Mungkin selama ini kita agak abai dengan bahasa Indonesia karena dipakai setiap hari dan merasa tahu semuanya," kata salah seorang peserta, Elphi Alkairi.***