CERPEN BAMBANG KARYAWAN YS

Manusia Salai

Seni Budaya | Minggu, 18 Oktober 2015 - 01:34 WIB

Manusia Salai
(ILUSTASI DANTJE S MOEIS)

Aku diam sambil memaknai secara mendalam maksud gurauannya.

“Kau marah?”

Baca Juga :SBY-AHY Bertandang ke Hambalang, Partai Demokrat Resmi Dukung Prabowo

Tidak kujawab. Kualihkan sambil kuajaknya menikmati titik terindah untuk menikmati kabut asap dalam posisi terindahnya.

“Indah bukan? Lihatlah asap-asap itu seperti membentuk tarian bak balerina yang berputar beraturan.” Aku memperagakan seperti penari balet.

“Benar kawan. Seindah dirimu yang telah bermetamorfosa menjadi manusia salai ha ha,” tawamu kembali.

“Lihatlah alat itu, alat pengukur indeks standar pencemar udara selalu bertuliskan “BERBAHAYA”, sehingga penyakit ISPA bagi kami bukan lagi menjadi penyakit, tapi identitas!” kataku dengan tegas.

Melihat tawa lepas dengan pancaran mata indahnya membuatku menari menjalani hari bersama tarian asap yang berkeliling diseputarku.

Di depan cermin kucermati diriku yang menurut Sarah, ada sebuah keindahan dalam diriku.

“Benarkah?” Rasa penasaranku mencoba membandingkan foto diri orang-orang yang biasa tampil di media massa. Kuperhatikan kepalaku memang berukuran lebih kecil dibandingkan orang-orang yang datang ke daerahku. Mata mengecil dengan posisi masuk ke dalam rongga. Bulu mata lebat dan bola mataku berselaput. Alis mata ini tebal dengan rambutku tidak sehitam mereka. Belum lagi beda hidung yang telah mirip dengan masker, bibir kering dan pecah belah, gigi jarang dan kecil, punggungku membungkuk, dan kuku-kuku jemariku mudah lepas.

Hari-hari ke depan adalah hari-hari kebersamaan. Tiada hari tanpa Sarah. Foto bersamanya dengan setting asap, rekaman seluruh aktifitas harianku, dan segala detil tentangku dan teman-temanku didokumentasikannya.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook